DREAM : 7

387 39 0
                                    

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐ DREAM ⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Hani meletakkan map yang berisi surat di atas meja dan menatap kedua wanita dengan umur yang berpaut jauh di depannya itu.

"Jadi bagaimana, kau mau bekerja sama?" ucap Hani dan menatap gadis yang lebih muda darinya.

Gadis itu tampak sedikit berfikir lalu tiba-tiba dia tersenyum, senyum miring, dia sedang merencanakan sesuatu.

"dengan ke dua gadis itu menjadi stylist, aku tentu saja mau" ucapnya masih dengan senyuman evilnya.

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu tersenyum.

Brak!

"eomma! A-" ucapan laki-laki yang baru saja memasuki ruangan itu terhenti saat melihat gadis yang seumuran dengannya.

"Rara?!" Devan tersenyum miring dan sedikit terkekeh.

"Devan, ada apa?" ucap Choonhe saat melihat perubahan ekspresi anaknya.

Devan menatap sekilas ibunya itu dan kembali menatap Rara, kini tatapannya seperti merendahkan.

"mau apa dia disini?" ucap Devan sinis.

Choonhe berdiri, dia tidak percaya anaknya menjadi seperti ini, sungguh hatinya teriris melihat pangeran kecilnya yang dulu tidak pernah sedikitpun merendahkan perempuan kini dia sendiri yang melihatnya.

Choonhe melihat mantan suaminya di mata anaknya saat ini, Choonhe mendidik anaknya agar tidak seperti ayahnya saat besar namun kini dia merasa gagal.

Devan yang sadar akan hal itu langsung mengubah tatapannya menjadi datar dan menarik tangan Rara agar gadis itu berdiri.

"maafkan aku atas kekacauan ini, apapun ini aku harap batalkan, aku berjanji akan menggantikan apapun itu" ucap Devan dan menarik tangan Rara aga keluar dari ruangan itu.

Devan tidak mau melukai hati ibunya, kalau dia sampai tidak bisa menahan diri dengan Rara.

Devan memaksa Rara untuk masuk ke dalam mobilnya dan dengan cepat dia berlari untuk memasuki mobilnya juga.

Dengan kecepatan penuh Devan melajukan mobilnya, tidak tahu akan kemana yang di pikiran Devan saat ini adalah membawa jauh-jauh gadis yang di sampingnya itu dari keluarganya.

"Devan, hentikan mobilnya!" teriak Rara.

Seketika itu juga Devan menghentikan mobilnya, untung tidak terjadi tabrakan karena jalanan cukup sepi.

"sudah aku katakan, menjauh dari hidupku" ucap Devan tanpa melihat Rara.

"Devan... Aku hanya bekerja sama dengan teman ibumu" Rara mencoba membela dirinya.

Devan terkekeh dengan senyuman miring dia menatap Rara dengan tajam.

"cukup kau melukaiku, jangan sampai kau melukai orang-orang yang aku cintai" ucap Devan.

"orang-orang? Apa itu termasuk Nada dan Muria?" ucap Rara dengan sedikit kekehan.

Devan tidak menjawab.

"aku mencintaimu Devan! Kenapa kau-"

"mencintai?" Devan terkekeh dengan keras saat ini dan kembali menatap Rara "lalu kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau tidak ada kabar di saat aku hampir gila!" Devan memukul stir mobilnya.

"di saat aku sangat mencintaimu, kau pergi begitu saja! Kau tidak tahu apa yang aku lewati selama ini bukan, aku tahu saat kau kembali kau bahkan tidak mau menjengukku dan kau mengatakan pada temanmu bahwa kau tidak mengenaliku, tidak mengenali orang gila sepertiku!" teriak Devan, air matanya sudah lolos dari tempatnya.

DREAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang