DREAM : 8

390 35 0
                                    

'jangan berpura-pura kuat!, jika ini menyakitkan menangislah, jangan di tahan itu akan membuat lukamu membusuk'

~NADA~

⭐⭐⭐⭐⭐⭐DREAM⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Hari sudah semangkin gelap, Nada dan Mayra juga sudah berjalan pulang, di perjalanan tidak sengaja Mayra melihat ke arah rumah Andra.

Di sana seperti ada tamu, memang tidak aneh sih dengan hal itu, tapi ntah kenapa perasaan Mayra sedikit berbeda saat melihat itu.

"May, ayo cepat masuk, ntar magrib" ucap Nada yang sukses membuat lamunan Mayra buyar.

Dengan cepat Mayra menghampiri Nada yang sudah berada di depan pagar rumahnya.

"kau itu kenapa sih?, bulan lalu juga, saat ada tamu di rumah ibu, kamu juga bengong," ucap Nada dan membuka pintu pagar.

"ntah lah, perasaanku mengatakan akan ada sesuatu tapi aku tidak tau apa itu" Mayra mengikuti Nada masuk ke dalam rumah.

Nada yang tidak mau menanggapi pun hanya ber'oh' saja dan lebih memilih masuk ke dalam kamar mandi.

Sedangkan Mayra, dia masih bingung dengan perasaannya sendiri, dia lebih memilih duduk di pinggiran kasur dan melamun.

Tok...tok...

Suara ketukan pintu membuat lamunan Mayra buyar, dengan cepat dia menghampiri pintu depan dan membukanya.

"ibu! Ayo masuk bu" ucap Mayra mempersilakan masuk.

"tidak, ibu di sini aja" ucap ibu Dwi dan tersenyum begitu lembut.

Tidak lama mata ibu Dwi mulai berkaca-kaca, Mayra yang menyadari hal itu bingung harus berbuat apa.

"ibu, kenapa na-" ucapan Mayra terpotong saat ibu Dwi tiba-tiba memeluknya.

"ada apa bu?" ucap Mayra bingung.

Bu Dwi pun akhirnya melepaskan pelukannya dan menyerahkan sebuah kertas yang terbungkus plastik cantik.
Ternyata itu sebuah undangan, saat Mayra membaca bagian depannya, dia sempat sedikit terkejut namun dia kembali ke wajah yang semula.

"wah! tidak terasa Andra akan menikah sebentar lagi" ucap Mayra dengan suara yang terdengar aneh.

Mayra tersenyum menatap Ibu Dwi di depannya, mengusap air mata wanita yang ada di depannya itu dengan lembut.

"ibu, jangan nangis ya? Sulit memang melepas anak satu-satunya tapi itu pilihannya bukan? Itu yang terbaik untuknya, percayalah" ucap Mayra yang terdengar untuk dirinya sendiri.

"maafkan ibu nak, ibu baru memberi tahu bahkan saat acaranya akan di laksanakan beberapa hari lagi" ucap ibu Dwi.

"hahaha gak apa bu" Mayra mencoba membuat suasana tidak canggung.

Itu berhasil, ibu Dwi tersenyum dan kembali memeluk Mayra.

"ibu pulang dulu ya?"

Mayra mengangguk, masih dengan senyuman yang mengembang menemani setiap langkah kepergian ibu Dwi.

Saat ibu Dwi sudah benar-benar tidak terlihat, Mayra menutup pintu dengan lembut dan akhirnya merosot ke bawah.

Sakit rasanya berpura-pura baik-baik saja.

Mayra menangis di sana, menangis tanpa suara, dia sering melakukan itu agar tidak ada yang menyadarinya menangis.

Mayra tahu ini akan terjadi, tapi hatinya masih belum siap dia masih mencintai Andra, mantan kekasihnya.
Mayra tidak mau menangis terlalu lama, dia mengusap matanya kasar, membersihkan sisa-sisa air mata di pipinya dan tersenyum lebar.

DREAM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang