14. In Your Dream

15.4K 2K 116
                                    

"Mba, tau nggak berita tentang perusahaannya Mas Jaehyun?" Tanya Anna begitu gue datang dan duduk dikursi yang ada diruangan gue.

"Yang tentang banyak perusahaan memutus hubungan kerjasama sama JJH London?" Tanya gue.

"Iya."

"Itu tau, tapi aku masih belum tau penyebabnya kenapa."

"Kalau yang aku denger sih mba," kata Anna dengan mukanya yang penuh semangat, "katanya Mas Jaehyunnya ada masalah sama Mba Fanya. Mas Jaehyun bisa kerjasama sama perusahaan-perusahaan besar kan gara-gara orangtuanya Mba Fanya."

Ini salah satu alasan kenapa gue tetap menjadikan Anna sebagai asisten gue. Dia tau informasi-informasi yang belum tentu gue tau. Buktinya kayak barusan, dia tau apa yang terjadi dengan JJH London hanya dalam kurang waktu 24 jam. Dia juga tau kalau ada masalah antara Jaehyun dan Fanya yang menyebabkan perusahaan-perusahaannya memutus kerjasama dengan JJH London.

"Kamu tau darimana?" Tanya gue, mau memastikan apa sumber yang dia dapatkan itu dari sumber terpercaya atau nggak.

"Dari temen aku yang kerja di JJH London."

"Dia bilang ke kamu?"

"Iya. Dia bilang tadi malem di grup chat sama temen-temen aku yang lain."

"Jadi kalian suka ngegosipin bos kalian di grup chat itu?"

"Hehehe." Dia cuma nyengir.

"Jangan-jangan kamu suka gosipin aku juga ya? Ngaku!"

Ekspresinya mendadak berubah jadi panik, nggak nyangka kayaknya kalau gue akan ngomong gitu.

"Nggak mba! Saya nggak pernah ngomongin yang jelek-jelek tentang Mba Lana. Yang saya omongin itu cuma yang baik-baiknya aja."

"Kamu nggak ngomong kayak gitu cuma karena kamu sama temen-temen kamu ketauan suka ngomongin bos kalian kan?"

"Nggak kok mba! Masa bos sebaik Mba Lana diomongin yang jelek-jelek sih? Yaampun mana ada orang sejahat itu ke mba." Katanya sambil geleng-geleng lalu mengalihkan pandangannya ke layar komputer yang ada didepannya.

———————

Karena hari ini Nana, dan temen-temen gue yang lain nggak ada yang ngajak makan siang ke gue, gue memutuskan untuk makan siang di kantor aja sama pegawai gue yang lain. Jarang juga gue makan di kantin kantor.

Begitu gue memasuki kawasan kantin di kantor, semuanya langsung pada nunduk gitu dan menyapa gue sambil tersenyum. Gue bales aja lagi dengan sapaan dan senyuman.

"Saya boleh gabung di meja sini nggak?" Tanya gue ke salah satu meja yang ada di kantin kantor. Gue asal milih meja aja, lagian penuh juga ini kantinnya. Susah lagi kalau mau cari yang kosong.

Begitu melihat gue, semua orang yang ada di meja itu langsung melotot dan berdiri untuk menyapa gue. Tatapannya yang tadi melotot berubah menjadi ramah.

"Boleh, mba! Kosong kok!" Kata salah satu pegawai sambil tersenyum ke arah gue. Waktu gue liat badge namanya, namanya adalah Hendery.

"Makasih, Hendery." Kata gue sambil senyum.
"Duduk aja lagi, lanjutin makannya." Kata gue sambil mengambil tempat duduk. Soalnya daritadi mereka masih berdiri nungguin gue duduk.

Begitu gue suruh melanjutkan makannya, mereka langsung makan lagi. Tapi keadaan di meja ini hening banget, kayak pada takut untuk ngobrol.

"Kok waktu saya dateng langsung pada diem? Padahal tadi rame banget waktu saya dateng."

"O-oh eh, kan lagi makan mba, jadi nggak boleh banyak bicara hehehe." Balas, siapa itu namanya, oh, Winwin.

"Jadi kalau makan harus diem-dieman?" Tanya gue lagi, kali ini ke Winwin.

Lacuna: A Blank Space | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now