43. On Break

10.1K 1.3K 125
                                    

Jaehyun mengangguk pelan begitu mendengar ucapan gue barusan. Seakan-akan dia mengerti apa yang dia harus lakukan selanjutnya.

"Tapi, gue tau orang yang udah ngerokok dan minum dalam waktu yang lama... gak bisa untuk langsung tiba-tiba berhenti. Kalau kata dokter gimana?"

Gue juga bingung apa yang harus Jaehyun lakukan. Emang bener kan orang yang sering banget ngerokok dan minum, gak bisa langsung berhenti tiba-tiba. Yang ada nanti tubuhnya shock. Tapi untuk melanjutkan ngerokok dan minum juga gak mungkin kayaknya. Yang ada hanya memperparah kondisi dia sekarang.

"Kata dokter gue harus banyak ngemil, untuk ngegantiin asupan rokok. Sama gue harus tinggal sama mama dulu kayaknya biar ada yang ngingetin untuk gak minum. Sama gue gak boleh stress dan banyak pikiran."

"Emang lo stress sama banyak pikiran karena apa? Perusahaan lo? Kalau iya, gue bantuin perusahaan lo biar lo gak usah stress dan banyak pikiran. I'd do that for you."

"Nggak bukan karena perusahaan gue."

"Terus? Karena apa?"

Masa iya karena Fanya sih? Udah segitu Jaehyun diselingkuhin, ngapain dia masih mikirin Fanya?

"Gue stress karena gue berusaha memikirkan cara untuk baikan dan berhubungan sama lo lagi."

Dia mikirin gue ternyata. Berusaha memikirkan gimana caranya biar gue mau baikan sama dia. Kalau kayak gini gue jadi merasa orang paling jahat sedunia, karena bikin orang stress mikirin gimana caranya gue mau baikan sama orang itu, gimana caranya gue mau baikan sama Jaehyun.

"Jangan stress dan banyak pikiran lagi. Gue gak akan kemana-mana sekarang. Fokus ke kesehatan lo, Jaehyun."

Jaehyun tersenyum pahit,
"Sedih ya, kita baru baikan waktu kondisi gue udah kayak gini."

"It's better late than never."

Gak kerasa, langit London kini telah berubah warna menjadi hitam. Dihiasi dengen beberapa bintang di langit yang ikut membantu bulan menyinari bumi di malam hari.

Ada banyak pertanyaan yang masih berkeliaran di pikiran gue. Gue mau nanya tapi takut bikin Jaehyun sedih. Gue gak mau dia sedih lagi.

"Lo kalau mau ada yang ditanya, tinggal tanya." Kata Jaehyun tiba-tiba. Seakan-akan dia bisa membaca pikiran gue.

"Kok tau deh?"

"Gue gak kenal ko sebulan dua bulan aja, Lana. Bilang aja. Lo mau tau apa?"

"Hmm..." kata gue sedikit ragu, "lo... kanker paru-parunya udah sampe stadium berapa?"

"Sampe stadium 3."

Gue yang mendengar jawaban Jaehyun barusan langsung berasa dicabik-cabik tau gak? Gimana nggak, kalau udah stadium 3 berarti udah parah kan? Bahkan setau gue life expectancy-nya hanya sampai 5 tahun.

"Life expectancy gue juga diperkirakan hanya mencapai 5 tahun. Gak lebih. Kecuali ada keajaiban yang memihak di gue." Lanjutnya. Makin sedih gue.

"Is there anything you would like to do?" Tanya gue ke Jaehyun. Maksud dari pertanyaan gue ini yaitu wishlist Jaehyun yang belum kesampean hari ini.

"Gue mau keliling dunia sama lo."

Keliling dunia sama gue? Oke. Gue sebenernya gak mengharapkan Jaehyun bakal bilang gitu. Tapi gue bakal ngelakuin apa aja buat dia. Kalau dia mau keliling dunia sama gue, oke akan gue turuti permintaannya.

"Oke, tapi kalau ada apa-apa gimana?" Gue kembali bertanya dengan nada yang khawatir. Kalau ada apa-apa gimana?

"Gue punya dokter pribadi gue." Jaehyun emang uangnya banyak, dia bahkan bisa mempekerjakan dokter pribadi untuk dia seorang.

Lacuna: A Blank Space | Jung JaehyunOù les histoires vivent. Découvrez maintenant