31. What is She Doing?

11.6K 1.4K 21
                                    

Waktu gue selama satu di minggu udah berlalu. Lucas juga ke London untuk meeting sama kliennya. Anna juga nyamperin gue ke London karena banyak meeting yang dilaksanakan di London terkait dengan La Mode, gedung mall baru yang akan gue dirikan di Inggris.

Seperti yang udah gue sampaikan sebelumnya, mall ini itu kayak department store tapi isinya cuma pakaian aja, lebih ke fashion pokoknya.

Lucas sama keluarga gue juga udah ketemu. Mama sama papa seneng banget bisa ketemu sama Lucas. Begitupun dengan Sasha dan Sabine, mereka selama ini hanya tau Lucas dari foto dan video.

Awalnya Lucas takut begitu gue suruh ke rumah untuk ketemu mama sama papa. Tapi gue yakinin dia biar gak takut, mama papa kan gak gigit jadi ngapain takut? Hehe.

Sekarang gue udah balik lagi ke Perancis, Lucas juga ikut gue ke Perancis bareng sama Anna. Dia bilang dia mau stay dulu di Perancis sebelum dia balik ke Hongkong.

Ya gue sih seneng-seneng aja Lucas ke Perancis. Gue kangen juga sama dia, udah lama juga gue, Lucas, dan Nana gak ngabisin waktu bareng.

"Cas, kita delivery aja ya? Nanti aku tanyain Nana dia mau makan apa." Tanya gue ke Lucas yang lagi duduk di samping gue sambil nonton serial Netflix yang judulnya Anne with an E.

"Boleh, kamu capek ya?" Tanyanya melirik ke gue sebentar sebelum pandangannya fokus lagi ke TV yang ada didepannya.

"Iya."

"Ududu kasian." Ucapnya dengan suara yang sengaja dibuat imut, tangannya ada di atas kepala gue sambil mengelus dengan lembut.

"Pijitin tangan aku dong. Pegel. Hehehe." Pinta gue. Gue emang sering minta Lucas untuk mijitin tangan atau kepala gue, apalagi kalau kepala gue yang dipijitin enak banget, bikin ngantuk.

Lucas gak nolak waktu gue minta dia mijitin tangan kiri gue. Sedangkan tangan kanan gue memegang handphone yang akan gue gunakan untuk menelfon Nana, menanyakan makanan apa yang dia inginkan untuk makan malem.

"Halo, Na?" Kata gue ke balik telfon. Nana gak langsung mengangkat saat dering pertama, dia ngangkatnya waktu dering keenam. Iya gue hitung pas dering keberapa dia angkat telfon guenya.

"Eh hello, kenapa?"

"Kita gak jadi masak, mau delivery order aja. Lo mau makan apa?"

"Chinese restaurant yang biasa kita pesen kan?"

"Gak, kali ini chinese restaurant-nya yang ada di New York biar jauh."

"Ah suka ngelawak tapi garing lo. Gue mau mie goreng sama hakau aja 2 porsi ya. Minumnya mau teh manis dingin."

"Ketawa dong lo ah gimana sih? Katanya temen yang baik. Btw, kalau lo mau teh manis dingin, bikin aja sendiri gak usah pesen."

"Yaaaah, beli aja beli. Rasanya di restoran tuh lebih enak dibanding bikin sendiri."

"Bilang aja lo males buat."

"Hehehehe." Gue bisa tau sekarang ekspresinya Nana lagi nyengir lebar sampe keliatan gigi-giginya. Gak lupa matanya juga ikutan tersenyum.

"Yaudah, gue mau pesen nih. Mau apa lagi?"

"Udah itu aja, thank you Lana my best friend forever!"

"Geli banget deh, yaudah ya bye!"

"Daaah~"

Lucas daritadi merhatiin gue telfonan sama Nana ternyata. Waktu gue udah selesain telfonan sama Nana, dia langsung muji gue. Kayaknya mau sesuatu.
"Kamu cantik banget. Aku suka ngeliat kamu senyum." Pujinya. Hayah, Lucas... kamu belajar ngegombal dimana sih?

Lacuna: A Blank Space | Jung JaehyunWhere stories live. Discover now