Three

48.8K 2.8K 43
                                    

Varischa sudah berada di ruangan Nek Ranti ketika Albert memasuki ruang inap sambil membawa sebuah keranjang buah di tangannya. Pria itu langsung mendapatkan sambutan hangat dari Nek Ranti dan keluarganya yang sedang menunggui.

Varischa yang memperhatikan bosnya sedari pria itu datang, kini mengerutkan kening karena tidak percaya dengan apa yang barusan ia lihat.

Albert tersenyum. Pria dingin itu ternyata bisa tersenyum.

Dan sialnya, Varischa harus mengakui jika wajah rupawan Albert semakin mempesona ketika bibirnya tertarik ke atas seperti tadi.

Pukul setengah sembilan malam, Varischa akhirnya memutuskan untuk berpamitan. Ia kemudian berjalan keluar ruangan tanpa menyapa bosnya sama sekali. Bukan apa-apa, Varischa hanya malas untuk berinteraksi dengan pria dingin itu.

Varischa sudah sampai di luar lobby dan hendak memesan ojek online ketika sebuah suara yang berasal dari sampingnya terdengar.

"Kamu bawa kendaraan ?" tanya Albert dengan nada datar. Fokus Varischa pada ponselnya langsung teralihkan kepada pria di sampingnya. "Tidak, Pak. Tapi ini saya mau pesan ojol."

"Ojol ?" gumam Albert tidak mengerti dengan suara pelan. Varischa yang masih mampu mendengarnya mengulum senyum menahan tawa. "Ojol itu singkatan dari Ojek Online, Pak."

Albert yang tentu saja memiliki harga diri tinggi memilih untuk tidak menyahuti dan berdeham pelan.

"Biar saya antar saja." ucap lelaki itu ketika Varischa baru saja kembali menyentuh ponselnya. Varischa tentu saja merasa terkejut dan memandang Albert dengan pandangan tidak percaya. Ia kemudian menggeleng. "Tidak usah, Pak. Saya bisa pulang sendiri."

Albert menipiskan bibirnya kesal lalu memasukkan kedua tangannya pada saku sebelum membalas, "Bisa kamu tidak membatah ucapan saya ? Ini sudah malam, berbahaya."

"Saya sudah tahu juga kalau ini sudah malam, Sir. Tapi jalanan Jakarta masih ramai dan saya naik motor. Jadi kalau ada apa-apa, masih banyak orang yang bisa melihat dan membantu saya nantinya."

Albert terdiam sesaat sebelum menghela napas. "Apa kamu tidak berpikir bisa saja supirnya nanti membawamu ke jalanan sepi ? Dan siapa nanti yang akan menolong kamu ?"

Kesabaran Varischa semakin menipis ketika mendengar celotehan atasannya barusan. Ia kini bahkan sudah berkacak pinggang menatap pria itu. "Seharusnya Bapak tidak berpikiran negatif seperti itu. Lagi pula, saya sudah sering naik ojol, tapi tidak terjadi apa-apa."

"Saya tidak berpikiran negatif, saya hanya waspada dan berjaga-jaga."

Varischa mendesah sebal. "Terserah apapun itu. Pak, lagi pula kalaupun hal itu terjadi kepada saya, saya tidak akan menyalahkan Anda. Hubungan kita yang hanya sekedar bawahan dan atasan, tidak berkaitan dengan hal ini bukan ?"

"Ikut saya dengan sukarela atau kamu saya panggul ?" ucap Albert memberikan keputusan final. Pria itu kini nampak mengetatkan rahangnya menahan emosi. Varischa tentu saja kembali terkejut. Ia bahkan membuka mulutnya lebar karena tidak percaya dengan ucapan atasannya barusan.

"Terlalu lama."

Dan tanpa diduga, Albert bergerak menarik sebelah tangan Varischa lalu membawanya menuju mobil.

----------

Sepanjang perjalanan, yang dilakukan Albert dan Varischa adalah terdiam. Albert memilih untuk fokus menyetir. Dan Varischa sama sekali tidak berniat untuk kembali membuka suara setelah menyebutkan alamat tempat tinggalnya kepada pria di sampingnya.

"Berhenti di depan saja, Pak. Gang tempat tinggal saya kecil." ucap Varischa ketika mobil Albert sudah sampai di dekat rumah kontrakannya. Albert menurut dan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.

At the Drop of a Hat - ENDWhere stories live. Discover now