Eight

36.3K 2.2K 13
                                    

"Var, sorry. Gue sama sekali nggak nyangka si Edo punya niat nggak baik ke lo."

"Udahlah, Med. Lo udah minta maaf ke gue tiga kali. Lagian, itu bukan salah lo, Med. Salah si Edo."

Meddy yang sedang memasang wajah bersalahnya lalu bergerak menarik Varischa ke dalam pelukannya.

"Seharusnya gue nggak ngijinin si Edo waktu bilang mau ngedeketin lo."

Varischa terdengar menghembuskan napas panjang seraya menepuk pelan punggung temannya. "It's ok, Med. Mending kita lupain aja ya masalah ini."

Meddy memundurkan tubuh lalu tersenyum dan mengangguk menyetujui ucapan Varischa.

"Btw, beneran Pak Albert yang nolongin lo tadi malem ?" tanya Meddy ketika pelukan mereka sudah terurai. Varischa sedikit terkejut ketika temannya ini mengetahui perihal Albert.

Varischa mengangguk singkat sebagai jawaban.

"Kok dia bisa tahu ya, Var ? Gue jadi ikut curiga kalo kalian ada apa-apanya." ucap Meddy dengan pandangan menyipit.

Varischa terdengar berdecak sebal. "Nah kan, kenapa lo jadi ikut-ikutan yang laen sih. Percaya deh, gue sama Pak Albert nggak ada apa-apa. Dan untuk masalah tadi malem, katanya dia sempet denger rencananya si Edo siangnya."

Meddy menganggukkan kepalanya mengerti. "Tapi kenapa dia nggak bilang aja ya siangnya ke lo ? Kenapa dia sampe repot-repot dateng ke klub semalem."

Varischa mengedikkan bahunya cuek. "Entah."

"Jangan jangan, bos caem kita itu punya rasa sama lo, Var."

Varischa mendesah sebal lalu memukul pelan lengan Meddy. "Pikiran lo ngawur. Udah ah ayo balik ke ruangan, entar si Bunga nyariin lagi."

----------

Albert sedang melakukan rapat dengan para petinggi Viano grup. Ia menduduki kursi yang berada tidak jauh dari sepupunya, Gerald.

Sekarang, Gerald sedang membuka suara, meminta para petinggi untuk melakukan pekerjaan sesuai perintahnya. Semuanya nampak memperhatikan dengan seksama, terkecuali Albert. Pria itu sedang menundukkan kepalanya sambil memainkan pena yang sedang berada di tangannya. Pikiran Albert sedang berkelana jauh, memikirkan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Varischa tadi malam.

Lalu, karena tak kunjung juga mendapatkan jawaban yang tepat, Albert mengacak rambutnya kesal dan tanpa sadar mendesah keras. Hal itu tentu saja membuat para peserta rapat mengarahkan pandangannya pada Albert.

"Albert." Gerald memanggil sepupunya dengan suara sedikit keras, berusaha untuk mengembalikan pikiran pria itu ke alam nyata. Dan panggilan itu berhasil, Albert langsung mendongak dan terkejut ketika pandangan semua orang sedang terarah kepadanya.

Albert berdeham lalu menoleh kepada Gerald. "Ada apa ?"

"Are you ok ?"

Albert mengangguk yakin. "Ya, aku baik-baik saja."

"Kalau begitu, perhatikan aku."

----------

"Apa yang ada di dalam kepalamu itu, Al ?"

Pertanyaan dari Gerald membuat Albert yang sedang memainkan makanan di piringnya mendongak. Ia berdeham lalu menjawab, "Tentu saja otak, Ger. Apa memangnya yang ada di dalam kepala manusia ?"

Gerald terkekeh. "Dari dulu kau memang pintar mengelak, Al."

Albert tersenyum kecil lalu menyuapkan makanannya ke dalam mulut. Setelah selesai mengunyah, ia kemudian meminum air putih di samping piring.

At the Drop of a Hat - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang