Twenty Seven (END)

52.9K 1.9K 17
                                    

Keluarga Varischa sudah resmi menerima pinangan dari kelurga Albert. Dan tak terasa semuanya berjalan begitu cepat. Kini, tinggal sepuluh hari lagi dimana Albert dan Varischa dinyatakan sebagai suami istri.

"Kamu tidak lelah ?" Varischa terhenyak saat mendengar pertanyaan dari Albert yang tiba-tiba saja muncul dan memeluknya dari belakang. Wanita itu dengan kesal memukul tangan Albert yang kini melingkari perutnya. "Kenapa kebiasaanmu mengagetkan orang belum hilang juga ?!"

Albert terkekeh sambil mengeratkan pelukannya. Ia lalu menyandarkan dagunya pada pundak kiri Varischa. "Serahkan saja semuanya pada WO. Calon pengantin tidak boleh terlalu lelah."

"Tapi tetap saja kan, kita perlu mengawasi jalannya persiapan pernikahan."

"Kamu semangat sekali ya. Sepertinya sekarang kamu yang lebih tidak sabar untuk menikah denganku." goda Albert dengan senyum menggodanya. Varischa mendengus. Ia lalu menolehkan kepalanya ke belakang dan memberikan Albert pandangan kesal. "Aku berharap hanya menikah satu kali seumur hidup. Jadi, aku ingin membuat pernikahan kita benar-benar berkesan."

Albert menyipitkan kedua matanya. "Tentu saja kamu akan menikah satu kali seumur hidup. Memangnya, kamu pikir aku akan mengizinkanmu menikah dengan laki-laki lain lagi ?"

Varischa membuang mukanya ke depan. "Justru yang aku khawatirkan adalah kamu, Al. Kamu tampan, kaya, pintar, benar-benar lelaki yang mengundang para wanita perusak rumah tangga."

"Belum apa-apa calon istriku ini sudah cemburu."

"Albert, aku serius!"

Albert kembali terkekeh. Ia lalu memberikan kecupan singkat di pelipis kekasihnya. "Aku sudah bilang kan, kalau aku mencintaimu ? Aku sama sekali tidak berniat untuk mengatakannya kepada wanita lain lagi, sayang. Hanya kamu sampai kapanpun."

"Dasar gombal!"

Kali ini Albert tergelak. Ia sama sekali tidak menyangka jika ucapan seriusnya dibalas seperti itu oleh Varischa. "Tapi suka kan ?"

"Tidak."

"Oh ya ? Lalu kenapa pipimu memerah ?"

Dengan spontan tangan Varischa langsung bergerak menangkup kedua pipinya. Dalam hati ia merutuki dirinya sendiri yang begitu mudah merasa tersanjung dengan ucapan manis Albert barusan.

"Sudahlah, aku mau ambil minum." ucap Varischa sambil berusaha melapaskan pelukan Albert. Albert menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak mau. Aku sedang ingin memeluk wanita yang sebentar lagi akan menjadi istriku ini."

----------

Albert berdiri resah di depan pintu kamar Varischa. Wanita yang dua hari lagi akan menjadi istrinya itu sekarang sedang terbaring lemah di dalam sana karena demam. Dan sekarang wanita itu sedang diperiksa oleh dokter keluarganya yang baru saja tiba.

"Duduk dulu, Al." perintah Andy yang sudah semenjak kemarin datang di Jakarta. Kakak Varischa itu lama-lama merasa jengah karena melihat calon adik iparnya yang sedari tadi mondar-mandir tidak jelas di depan kamar Varischa.

Albert menoleh dan menatap Andy sebentar sebelum akhirnya mengangguk lalu berjalan menuju sofa. Helaan napas panjanganya terdengar beriringan saat ia mendudukkan diri di sofa. Albert menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dan memejamkan mata untuk menenangkan diri.

"Adikku hanya demam biasa, Al. Tenang saja. Lusa pasti dia sudah sehat dan bisa melaksanakan pernikahan kalian." ucap Andy yang mencoba menenangkan Albert. Masih dengan kedua matanya yang terpejam, Albert mendesah. "Astaga, adikmu itu keras kepala sekali, An. Aku sudah menyuruhnya untuk tidak terlalu sibuk tapi dia tidak mendengarkanku."

At the Drop of a Hat - ENDWhere stories live. Discover now