Thirteen

33.2K 2.1K 68
                                    

Albert terdiam beberapa saat di depan pintu. Pria itu menghela napasnya sebelum mengangkat tangan dan mengetuknya.

Tak lama kemudian, akhirnya pintu di depannya terbuka. "Oh look at this, Uncle Al." Gerald sang pemilik rumah lah yang membukakan pintu. Pria itu sedang menggendong putra pertamanya yang baru berusia tiga bulan.

Albert langsung mendekat dan melayangkan beberapa kecupan di pipi gembul Arthur. "Boleh aku gendong ?"

Gerald mengangguk lalu mengangsurkan anaknya ke dalam gendongan Albert. Kedua pria itu kemudian melangkah beriringan memasuki rumah.

"Siapa, Ger ?" teriak Renata, istri Gerald yang baru saja berjalan mendekat dari arah dapur.

"Albert, sayang." jawab Gerald. Renata yang sudah mulai nampak, tersenyum lalu berjalan mendekati kedua pria itu. "Sebentar ya, makan malamnya sebentar lagi siap. Mau minum apa, Al ?" tawar Renata.

"Ada orange juice tidak ?"

Gerald mendengus. "Berikan air putih saja, Ren. Anak ini suka merepotkan kalau datang."

Albert menoleh kepada sepupunya dan memberikan pandangan tidak terima. "Bukankah kau bertingkah lebih parah kalau datang ke rumahku ?"

"Itu kan Tante Martha sendiri yang mau menyediakan. Bukan aku yang meminta." elak Gerald. Albert hendak membalas, namun Renata langsung menengahi perbincangan dari kedua lelaki dewasa itu. "Sudah sudah, di kulkas masih ada persediaan. Tidak usah ribut. Seharusnya kalian ingat umur."

Gerald dan Albert langsung terdiam serempak. Keduanya sama-sama menunduk sampai akhirnya Renata berjalan meninggalkan mereka menuju dapur.

"Kenapa Renata jadi galak sekarang ?" tanya Albert berbisik. Gerald mengedikkan bahu. "Entahlah. Mungkin karena baru saja melahirkan."

"Apa hubungannya ?" sahut Albert dengan wajah bingung. Gerald menghela napas dan menggeleng tidak mengerti. "Sudahlah, buat apa kita membahas istriku. Lebih baik kita bahas saja dirimu."

Albert menghela napas lalu mendudukkan dirinya di atas sofa. "Membahasku ? Memangnya apa yang perlu dibahas tentang diriku ?"

Gerald menyeringai. "Kita itu tumbuh besar bersama, Al. Mana mungkin aku tidak tahu kalau kau sedang galau seperti ini."

Albert tidak menjawab dan memilih menunduk untuk menggoda anak sepupunya.

"Ada apa ?" tanya Gerald saat Albert tak kunjung juga berucap. Albert mendongak dan akhirnya menunjukkan ekspresi yang sangat mewakili keadaannya sekarang.

"Tunggu sebentar, aku bawa Arthur ke Renata dulu. Tunggu aku di taman belakang."

Albert tidak membantah. Pria itu langsung mengangsurkan Arthur kepada ayahnya. Dan setelahnya, Albert bangkit lalu berjalan menuju taman belakang rumah Gerald.

---------

"Jadi, bagaimana perkembangan hubunganmu dengan karyawanmu itu ?" tanya Gerald begitu dirinya menduduki kursi di sebelah Albert. Albert yang sedang termenung terhenyak. Pria itu menoleh dan berdecak ketika mendapati wajah Gerald yang nampak santai tak berdosa.

"Bisa tidak kau memberikan tanda-tanda kehadiran ? Seperti ninja saja." ucapan yang baru saja terlontar dari bibirnya, membuat Albert merutuki dirinya sendiri.

Shit, aku jadi teringat dia lagi.

Gerald terkekeh lalu membalas, "Bukan aku yang salah. Kau saja yang terlalu fokus memandang rumput di depan sana. Apa sih yang menarik ? Kau pasti sudah melihat rumput tiap hari."

Albert mendengus lalu tangannya mengambil segelas jus jeruk di atas meja bulat kecil di depannya.

"Kenapa ? Jangan membuatku penasaran, Al." kata Gerald yang mulai merasa tidak sabar. Albert terkekeh lalu membalas, "Penasaran, eh ?"

At the Drop of a Hat - ENDWhere stories live. Discover now