Eleven

34.7K 2K 24
                                    

Albert langsung menuruni mobil dan meninggalkan kendaraan itu begitu saja setibanya ia di tempat Varischa. Langkahnya terus ia tujukan ke arah asap hitam yang masih mengepul. Napasnya terengah-engah ketika Albert sudah berada di segerombolan warga yang tengah menyaksikan beberapa rumah berderet di gang ini habis terlalap api.

Pandangan pria itu kemudian berkeliling dan akhirnya ia bisa bernapas lega ketika mengenali bawahannya yang sedang menatap bangunan di depan sana yang terbakar.

"Varischa." Albert menekan pundak wanita itu. Varischa yang sedari tadi melamun kini menoleh dengan gerakan pelan. Wajahnya nampak terhiasi corengan hitam karena asap dan ekspresinya terlihat ling lung.

Albert yang menangkap itu semua terlihat mengetatkan rahang menahan sesuatu yang bergejolak di hatinya.

Aku tidak suka melihat wanita itu seperti ini.

"Kamu tidakpapa ?" tanya Albert setelah sekian detik Varischa tidak kunjung juga mengeluarkan suara. Hanya gelengan yang mampu diberikan oleh wanita itu. Albert yang tidak tahan akhirnya menggeram dan tanpa diduga langsung membawa Varischa ke dalam pelukannya.

"You are save, now. Jangan takut, Varischa." bisik Albert yang membuat Varischa akhirnya bereaksi. Wanita itu seolah tersadar dan langsung memeluk erat tubuh Albert. Lalu, tak lama kemudian, akhirnya Varischa menangis.

-----------

"Maaf, saya merepotkan Anda, Pak Albert." ucap Varischa untuk yang kesekian kalinya ketika mereka baru saja memasuki apartment pribadi milik Albert. Albert terdengar berdecak dan langsung membalikkan tubuhnya menghadap wanita itu. "Saya tidak merasa direpotkan, Varischa. Bisa kamu berhenti mengatakan hal semacam itu ?"

Varischa tersenyum lalu mengangguk.

"Duduklah dulu." perintah Albert yang tengah berjalan menuju dapur. Tak ada pilihan lain selain menuruti perintah sang pemilik apartement, Varischa berjalan menuju sofa yang berada di depan tv dan mendudukkan dirinya di sana.

"Apa kamu masih punya pakaian ?" tanya Albert seraya menaruh segelas teh hangat di atas meja.

"Hanya baju kotor yang kemarin saya bawa ke Semarang. Tadi, saya hanya sempat membawa tas ransel ini. Untungnya, semua barang penting ada di dalam tas dan belum sempat saya keluarkan."

"Saya tunjukkan kamar kamu." ajak Albert seraya berdiri. Varischa langsung mengikuti langkah atasannya dan berjalan di belakang pria itu.

"Ini kamar kamu dan yang di seberang adalah kamar saya. Kamu tidak usah khawatir, saya tidak tidur di sini. Kamu bebas tinggal di sini."

Varischa mengangguk dan diam-diam merasa lega karena ucapan yang didengarnya barusan. Tentu saja, bagaimana bisa ia tenang kalau harus tinggal satu atap dengan atasannya itu ?

"Masuklah, kamu butuh membersihkan diri. Sebentar, saya pinjamkan pakaian."

----------

Albert mengulum senyum ketika melihat penampilan Varischa yang sedang mengenakan pakaiannya. Wanita itu terlihat tenggelam saat mengenakan celana training dan hoodie miliknya.

"Besok kamu saya izinkan tidak masuk kerja. Beristirahatlah, kamu perlu memulihkan diri." kata Albert membuka suara. Varischa menggeleng. "Tidak perlu, Pak. Saya tidakpapa, tidur satu malam saja sudah cukup."

"Tidak usah membantah, Varischa. Banyak sekali karyawan yang mau menggantikan posisi kamu untuk libur bekerja."

Albert kemudian berdiri. "Anggap rumah kamu sendiri. Kamu bebas melakukan apa saja di sini. Saya cuma minta satu hal, tolong jaga kebersihan apartment saya."

At the Drop of a Hat - ENDWhere stories live. Discover now