Twenty Two

28.4K 1.7K 32
                                    

Albert sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata sedari sang Papa membawanya paksa menuju ke rumah Amanda dalam rangka ulang tahun wanita itu. Seperti yang Albert ucapkan kemarin di telepon, ia tidak memiliki niat untuk datang ke pesta ulang tahun sialan ini. Namun, sepertinya Amanda berhasil membujuk Mario, komplotan baru wanita itu untuk membawanya datang ke rumah keluarga Amanda.

"Majulah, Al. Acara potong kue sebentar lagi dimulai." Mario yang sedari tadi tidak mengajak bicara putra pertamanya akhirnya bersuara. Albert memilih untuk diam dan tidak menuruti apa yang diperintahkan oleh ayahnya barusan.

"Maju atau Papa akan menganggu wanitamu itu." itulah ancaman yang sedari tadi Mario lontarkan kepada Albert. Albert mendengus dan menoleh menatap Mario dengan tatapan tajam. "Silahkan lakukan itu, Pa. Dan aku akan merusak pesta sialan ini sekarang juga. Aku akan membuat wanita kesayangan Papa itu malu luar biasa."

Kedua pria berbeda usia itu saling beradu pandang. Dan akhirnya, kegiatan itu selesai ketika sang pembawa acara mulai berbicara.

Albert terdiam beberapa saat dan ketika firasatnya mengatakan jika dirinya akan segera dipanggil, ia berbalik hendak meninggalkan tempat ini.

"Mau kemana kamu ?" Mario menahan lengan Albert. Tanpa menunjukkan ekspresi sama sekali, Albert menatap sang ayah lalu menghempaskan tangan pria itu dengan kasar. "Aku sudah datang. Dan seperti janji Papa tadi, setelahnya aku bebas melakukan apa saja."

----------

Varischa kembali mengecek ponselnya ketika jam pulang kantor sudah terlewat hampir satu jam. Wanita itu menunggu Albert yang seperti biasa akan mengantarkannya pulang.

Varischa akhirnya menyerah dan memutuskan untuk menyambangi ruangan Albert. Jika pria itu benar-benar sudah tidak ada, barulah ia akan pulang sendiri.

Setelah pintu lift terbuka di lantai ruangan Albert, Varischa berjalan perlahan menuju sebuah pintu di ujung lorong. Suara langkah kakinya menggema karena kesunyian yang tercipta di lantai ini.

Tangan Varischa bergerak mengetuk pintu beberapa kali. Setelah menunggu beberapa saat dan tidak juga mendapatkan sahutan dari dalam, Varischa memutuskan untuk membuka pintu berwarna hitam di depannya.

Varischa menyembulkan kepalanya ke dalam dan menelusuri ruangan Albert yang begitu besar. Ia sudah hendak kembali menutup pintu karena tidak menemukan tanda-tanda kehidupan ketika matanya menangkap sesosok orang yang sedang tertidur di sofa.

Hembusan napas lega keluar dari mulut Varischa karena akhirnya menemukan kekasihnya. Ia lalu memasukkan dirinya ke dalam ruangan dan menutup pintu di belakangnya sepelan mungkin.

Kedua kaki Varischa kembali melangkah mendekati sofa yang berada di tengah ruangan. Wanita itu kemudian berjongkok saat sudah berada di depan Albert. Ia terdiam cukup lama, memperhatikan wajah sang kekasih yang nampak lelah. Lalu, tanpa sadar jemari Varischa sudah mendarat lembut di wajah Albert.

Senyum lemah Varischa menghiasi wajahnya saat jemarinya bergerak menelusuri kening Albert.

"Kenapa kamu terlihat begitu lelah ?" bisik Varischa pelan. Varischa kemudian menghentikkan gerakan tangannya dan hendak menyudahi kegiatannya itu. Namun, kedua mata Albert tiba-tiba terbuka dan tangan pria itu menahan tangan Varischa.

"Kenapa tidak membangunkanku ?" tanya Albert dengan suara serak. Pria itu mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya redup di ruangannya. Beberapa saat kemudian, Albert mendudukkan dirinya dan menyuruh Varischa untuk duduk di sebelahnya.

Varischa tidak berkata-kata dan menuruti perintah Albert barusan. Varischa baru saja mendaratkan bokongnya di atas sofa saat ia merasakan sebuah beban berat mendarat di pahanya. Varischa berjengat kaget. Ia lalu menatap tajam wajah Albert yang sudah berada di pangkuannya.

At the Drop of a Hat - ENDKde žijí příběhy. Začni objevovat