Twelve

34.7K 2.1K 59
                                    

Varischa menghembuskan napas lelah ketika melihat arloji di tangan kirinya. Sepertinya, waktu sedang berteman dengan si siput. Sehingga mengakibatkan jarum jam bergerak begitu lama.

"Var, lo beneran nggak mau tinggal sama gue aja ?" tanya Meddy untuk yang kesekian kalinya. Wanita itu sedang melongokkan kepalanya ke meja Varischa.

"Nggak usah, Med. Entar adek lo tidur di mana ?"

"Gampanglah, gue suruh tidur di luar."

Varischa menggeleng pelan dan memberikan senyuman kecil. "Nggakpapa, Med. Gue udah dapet tempat tinggal."

Meddy mengerucutkan mulutnya dan terdiam sesaat memandang temannya. "Kok rumah lo bisa kebakaran sih ?"

"Rumah sebelah gasnya mledak. Terus nyebar, deh. Mana rumah kita sederet kecil-keci lagi, kan gampang banget mrembet."

"Ngomongin apa, sih ? Ngomongin gue ya pasti." celutuk Bunga yang baru saja datang dari luar ruangan. Varischa dan Meddy mendengus serempak. "Ngapain juga ngomongin lo. Mending ngomongin bos-bos rupawan kita lah."

Varischa terkekeh mendengar sahutan Meddy. Ia lalu berdiri dan melongok ke arah isi mug yang dibawa Bunga. "Nggak bilang kalo mau ke pantry. Gue mau nitip kopi juga."

"Yee, bikin aja ndiri." balas Bunga yang dibalas dengan dengusan Varischa.

"Males gue, jauh. Udah gue nyicip aja punya lo." tanpa meminta persetujuan sang pemilik, Varischa langsung berdiri dan merebut mug milik Bunga. Bunga akhirnya hanya pasrah dan bersedekap menatap temannya itu.

"Ngomong ngomong bos, kabar lo sama Pak Albert gimana ?"

Varischa langsung tersedak dan terbatuk hebat ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan Bunga barusan. Meddy dengan sigap megambil tissu di mejanya dan memberikannya pada Varischa.

"Sialan lo, bikin gue keselek." ucap Varischa ketika akhirnya tersedaknya sudah usai. Bunga hanya meringis dan membalas, "Kan gue cuma tanya, kenapa lo ampe kaget sampe keselek gitu ?"

"Ya lo nanyanya masak hubungan gue sama Pak Albert." sungut Varischa yang masih sibuk membersihkan mulutnya.

"Eh tapi gue penasaran juga sih, Var. Perjalanan hubungan lo sama pak bos gimana ?" timpal Meddy yang membuat mata Varischa mendelik galak. "Kalian ni ya, nggak usah nanya yang aneh-aneh, deh. Entar kalo kedengeran yang lain dikiranya beneran gue ada hubungan sama Pak Albert."

"Ya kan kita mendoakan. Sapa tahu jadi beneran."

Varischa memutar bola mata kesal dan memilih untuk kembali duduk di kursinya. "Nggak usah. Doa kalian nggak bakal terkabul."

"Awas ya lo, ampe lo beneran jadi sama si bos, gue minta lo traktir kita makan seharian. Sarapan, makan siang sama makan malem di restoran mewah."

"Setuju." timpal Bunga semangat.

Varischa mendengus lalu menghembuskan napasnya lelah.

Jangan sampai mereka tahu kalau aku tinggal di tempat Albert. Bisa berabe nanti.

----------

Varischa baru saja hendak memesan ojol ketika sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Keningnya mengerut dan tiba-tiba langsung merasa panik ketika mengetahui Albert lah yang menelponnya. Wanita itu langsung mencari tempat tersembunyi lalu barulah ia mengangkat panggilan itu.

'Kenapa lama sekali mengangkatnya ?'

'Ada apa ?'

'Kamu pulang naik apa ?'

At the Drop of a Hat - ENDWhere stories live. Discover now