Eighteen

31.8K 1.7K 17
                                    

Varischa sedang menyantap makan malamnya di meja ruang tengah. Dan seperti biasa, ada Albert yang menemani wanita itu.

"Apa tidakpapa kamu hampir tiap hari makan malam denganku ?" tanya Varischa ditengah kunyahannya. Albert mengerutkan dahinya lalu meletakkan sendok yang ia pegang ke atas piring. "Tentu saja tidakpapa. Memangnya kenapa ?"

Mata Albert menyipit memandang Varischa. "Jangan jangan, kamu mau menyelundupkan lelaki lain ya ke apartment ? Makanya kamu tidak suka kalau aku di sini terus."

Bola mata Varischa memutar kesal. Dan setelah menelan makanannya, ia berkata, "Pikiranmu itu, kenapa selalu negatif thinking. Aku hanya memikirkan keluargamu. Coba kamu pikir, sudah berapa lama kamu tidak makan malam bersama dengan mereka ?"

Albert terdiam sambil memikirkan jawaban dari pertanyaan Varischa barusan. Diam-diam pria itu membenarkan ucapan dari Varischa tadi.

Benar juga. Rasanya jarang sekali aku makan malam keluarga.

"See ? Pasti kamu jarang sekali sampai lupa kapan terakhir kali makan malam dengan mereka." ucap Varischa dengan nada penuh kemenangan. Albert tidak menyahut dan memilih untuk kembali memakan makan malamnya.

Suara televisi yang sedang mendominasi tiba-tiba saja tercampur dengan nada dering ponsel Varischa. Wanita itu langsung meraih ponsel yang berada di tengah meja dan senyumnya langsung terbit ketika melihat siapa sang penelpon.

'Tanteee.'

'Raihaaan, lagi apa ?'

'Mainan, Tante. Papa beliin mainan baru. Besok kalo Tante ke rumah Raihan, jangan lupa beliin mainan lagi ya.'

Varischa tergelak. 'Ponakan Tante pinter banget morotin. Adek kamu mana ?'

Kamera ponsel di seberang sana langsung bergerak dan menampilkan Reina yang sedang bermain dengan bonekanya.

'Reinaaaa.'

Bayi berusia sebelas bulan itu langsung beralih menatap Varischa dan menampilkan deretan giginya yang hanya ada beberapa.

'Ya ampun, Tante kangeen.'

'Sama Raihan juga nggak, Tante ?' kakak dari bayi tadi kini kembali muncul di layar dan membuat Varischa memasang wajah pura-pura cuek. 'Nggak tuh. Tante kangennya cuma sama Reina.'

Mulut Raihan langsung maju sekian centi dan membuat Varischa terkekeh. 'Kangen juga, Raihan sayang. Nanti kalo Tante pulang, bilang Papa ya suruh anterin ke rumah Eyang.'

'Paaaa, nanti kalo Tante pulang, anterin ke rumah Eyang ya.' tidak perlu menunggu lama pesan dari Varischa langsung tersampaikan. Dan balasan berupa teriakan 'ya' dari kakak Varischa terdengar.

'Tante, itu cowok di belakang Tante siapa ?'

Varischa langsung menoleh ke belakang dan terkejut ketika posisi Albert kini sudah berpindah ke belakang tubuhnya.

"Kapan kamu pindah ke belakangku ?!" tanya Varischa sedikit panik. Albert menaikkan sebelah alisnya. "Baru saja. Aku penasaran, siapa yang berhasil menarik perhatianmu dari lelaki tampan seperti aku."

Varischa berdecak kesal lalu merubah posisi duduknya agar Albert tidak terlihat.

'Itu te-'

'Paaaa, Tante punya pacar.'

Terlambat. Varischa memejamkan matanya menahan kesal.

Sial, pasti setelah ini kakaknya akan mengintrogasi dirinya. Dan untuk mencegah itu terjadi, Varischa langsung memutuskan sambungan video call.

At the Drop of a Hat - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang