Sixteen

31.9K 1.9K 20
                                    

Varischa tanpa sadar mengeluarkan desahan singkat ketika membaca pesan dari Albert. Pria itu mengatakan jika tidak bisa mengantarnya pulang karena masih menghadiri pertemuan dengan tamu penting di luar kantor. Namun, sejurus kemudian ia merutuki dirinya sendiri.

Kenapa gue harus sedih Albert nggak bisa jemput ?

"Lo bareng Pak Albert, Var ?" tanya Bunga yang kini melongokkan kepalanya pada kubikel Varischa. Varischa menoleh dan menggeleng. "Dia masih rapat di luar."

Mendengar itu membuat wajah Bunga berbinar dan menautkan kedua tangannya di depan dada. "Ikut yuk kumpul sama anak HRD."

"Kumpul apaan sih ?"

"Si Danu kan ulang tahun, katanya mau nraktir minum kopi."

"Semuanya ?"

Bunga mendadak membungkuk dan berbisik, "Kagak, cuma yang muda muda aja."

Varischa manggut-manggut mengerti. "Ok, gue ikut, deh. Tapi gue nebeng lo, dong. Lo nggak bareng sama si Arul kan ?"

Bunga menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal lalu meringis. "Gue bareng sama si Arul, Var."

Varischa memberengut lalu menyedekapkan kedua tangannya. "Meddy tadi bareng sama si Roni yak. Terus gue gimana, dong ? Ya udah deh, gue nggak usah ikut."

"Eh eh eh, kenapa nggak sama si Danu aja, sih ? Dia kan biasanya lowong. Bentar, coba gue tanyain doi." ucap Bunga bersemangat. Varischa sudah hendak menghentikan niat temannya itu, namun Bunga sudah meluncur terlebih dahulu menuju kubikel di pojok ruangan milik Danu.

Akhirnya, yang bisa dilakukan oleh Varischa hanyalah membereskan barang-barangnya yang masih berserakan di atas meja.

---------

"Umur lo berapa sih, Dan ?" tanya Varischa ketika mereka berdua baru saja turun dari motor.

"Dua puluh enam, Var. Samaan kan sama lo ?" balas Danu seraya menggantungkan helmnya di spion. Varischa memberengut dan memukul lengan Danu kesal. "Enak aja, gue masih 24 ya. Belum setua lo."

Danu berdecak. "Yaelah, beda cuma dua tahun. Bentar lagi juga lo tua sama kayak gue."

Varischa ingin menyahuti ucapan Danu barusan, namun kehadiran rekan-rekan kerjanya yang lain membuatnya kembali mengatupkan mulutnya.

"Eh pacar lo mana, Dan ?" tanya Meddy yang baru saja datang.

"Lagi otw ke sini dia."

"Lah kagak lo jemput ?"

"Kagak, kantornya dia lumayan jauh dari sini. Lagian kan gue mesti ngeboncengin ni anak curut satu." balas Danu seraya mengarahkan jari telunjuk kanannya kepada Varischa. Varischa mendengus dan melayangkan pukulan yang agak keras pada lengan Danu, membuat pria itu meringis.

"Nih ya, kalo orang nggak tahu kalian udah pada punya pacar masing-masing, pasti dikiranya kalian pacaran." celutuk Bunga yang berada di samping Varischa. Danu dan Varischa secara kompak mendelik ngeri.

"Amit amit." "Dih, ogah." sahut keduanya bebarengan.

"Lagian nih, Dan, saingan lo berat, sekelas Pak Albert." Meddy menatap Varischa dengan pandangan menggoda. Danu langsung terbahak. "Makanya, kagak bakal dah gue sama dia jadian. Kantor kita bakalan bersalju nanti gara-gara Pak Albert marah."

"Lah kok bisa bersalju ?"

"Kan Pak Albert dinginnya minta ampun."

Varischa memutar bola matanya. "Kagak kali. Pak Albert nggak sedingin itu."

At the Drop of a Hat - ENDWhere stories live. Discover now