Five

42.3K 2.6K 23
                                    

Dua bulan berlalu begitu saja. Varischa melakukan pekerjaannya dengan baik. Pun dengan Albert yang masih sibuk dengan berbagai dokumen dan pertemuannya. Setelah kejadian mengantuk saat rapat, mereka berdua sama sekali belum pernah berbicara. Sesekali memang kedua orang itu sempat bertatap muka ketika jam kerja. Namun, Varischa hanya sempat melempar senyum sebagai sapaan dan Albert pun hanya membalas dengan anggukan singat. Tidak ada yang berarti.

"Astaga astaga astaga, kalian tahu nggak sebentar lagi kita mau ada acara gathering ?" celutuk Meddy yang baru saja datang sambil membawa makanannya di meja kafetaria yang sudah ditempati oleh Varischa dan Bunga. Wanita itu kini sedang memajukan kursinya sampai mendekati meja sambil menampilkan wajah cerahnya.

"Gathering apaan, Med ?" balas Bunga setelah menelan suapan pertamanya.

"Jadi, tiap tahun perusahaan kita ngadain gathering biar karyawannya makin akrab gitu, lho."

"Yang ikut semua karyawan, Med ?" kali ini Varischa yang menyahut. Meddy mengangguk dan kini senyumannya semakin lebar. "Plus bos tampan kita, Pak Albert. Astaga, akhirnya gue bisa lihat wajah tampannya bos kita. Gue seneng banget anjir."

Bunga yang mendengarnya kini ikut merasakan euforia yang sama dengan Meddy. Namun, berbeda dengan kedua temannya, Varischa malah hanya menanggapi dengan kedikan cuek dan memilih kembali memakan makanannya.

----------

"Viano ternyata kaya banget yak. Sampe bisa nyewa satu pesawat buat kita-kita semua." celutuk Bunga ketika karyawan Viano Retail baru saja mendarat di bandara Ngurah Rai, Bali.

"Yaiyalah. Perusahaan kita ini masuk dua puluh besar perusahaan terbesar di dunia, cuy." balas Meddy dengan nada suara bangga. Varischa yang berada diantara kedua temannya hanya ikut mengangguk mengerti.

Setelah semuanya mendapatkan barang bawaan masing-masing, pemandu acara tiap regu mengumpulkan anggotanya masing-masing. Regu dibentuk berdasarkan divisi yang terbentuk di Viano Retail. Jadi, total ada enam regu termasuk divisi bagian umum dan administrasi.

Tempat pertama yang dituju adalah hotel dimana mereka akan menginap. Satu kamar dihuni oleh tiga orang. Jadi, tentu saja Varischa berpasangan dengan kedua temannya yaitu Meddy dan Bunga.

Begitu mendapatkan kunci kamar, mereka bertiga langsung beranjak untuk mencari kamar yang akan mereka tempati selama tiga hari ini.

----------

Lima belas menit kemudian, semua karyawan diharapkan untuk berkumpul di halaman belakang hotel. Mereka akan mendengarkan beberapa kata pembukaan acara dari sang CEO dan ketua panitia.

Bunga, Meddy dan beberapa karyawati lainnya sedari tadi tidak berhenti bersorak karena sebentar lagi akan melihat bos mereka yang katanya memiliki wajah bening bak air di tengah gurun itu. Varischa yang kebetulan memiliki dua buah telinga normal hanya bisa menggelengkan kepala tidak percaya saat mendengar segala puji-pujian yang diperuntukan kepada Albert. Dirinya tidak habis pikir, mengapa sebagian besar kaumnya sangat mengagumi atasan mereka yang begitu dingin itu.

Suara ramai yang berasal dari para karyawan tiba-tiba lenyap begitu saja ketika Albert sang CEO muncul dan kini memposisikan dirinya di panggung kecil yang disediakan oleh pihak hotel. Pria itu nampak lebih santai karena mengenakan celana kain dan sweater berwarna abu-abu sebagai atasannya. Tapi, untuk wajahnya, tetap saja tidak ada yang berubah. Tetap datar dan dingin seperti biasa.

Varischa diam-diam bergidik saat menatap wajah Albert. Dia bahkan lupa jika pria yang sedang berdiri di depan sana itu pernah tersenyum dan dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

Setelah mendengarkan dua pidato pembukaan, akhirnya dapat disimpulkan jika hari ini kegiatan mereka full diadakan di dalam hotel. Besok dan hari terakhir barulah mereka berjalan-jalan menyambangi tempat wisata pulau Bali. Tentu saja suara lenguhan kecewa terdengar memenuhi arena, membuat sang ketua acara terkekeh lalu berusaha untuk menenangkan.

At the Drop of a Hat - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang