Seventeen

32.3K 1.9K 10
                                    

"Kamu yakin mau pulang ?" Albert sudah menanyakan pertanyaan itu berulang kali kepada Varischa. Varischa yang sedang menyetak tiket kereta apinya mendengus. "Mau berapa kalipun kamu bertanya, jawabanku tetap sama, Al. Aku akan pulang. Ini sudah satu bulan."

Seperti sebelumnya, Albert membalas jawaban Varischa dengan helaan napas.

"Astaga, Albert. Aku di Semarang cuma dua hari. Senin dini hari aku sudah balik ke sini lagi. Sebenarnya apa yang jadi masalah ?" tanya Varischa gemas. Albert mendekat dan memandangi kekasihnya dengan pandangan tak terbaca. "Memangnya kamu tidak takut akan merindukanku ?" tanya lelaki itu akhirnya.

Varischa tersenyum pongah. "Tidak sama sekali."

"Benarkah ?Kalau begitu apa kamu tidak takut kekasih tampanmu ini akan digoda wanita lain ?"

"Tidak."

"Kamu tidak-"

"Tidak." potong Varischa cepat. Wanita itu kemudian berjalan mendahului Albert menuju ke salah satu bangku yang kosong.

Albert langsung menduduki sisi sebelah Varischa dan memandangnya dengan pandangan memelas. Membuat Varischa berdecak dan mau tak mau membalas tatapan pria di sampingnya. "Kenapa kamu seperti baru pertama kali pacaran, sih ?" sungut Varischa sebal. Albert mengedikkan bahu singkat sebelum berkata, "Well, aku sudah lama sekali tidak berpacaran. Jadi, anggap saja ini sama seperti aku berpacaran untuk yang pertama kalinya."

Varischa menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Ia kemudian menghembuskan napasnya keras sebelum bangkit dan berjalan kembali menuju pintu masuk.

"Mau ke mana ?" cegah Albert langsung. Tanpa menghentikan langkahnya Varischa menjawab, "Masuk ke dalam. Aku tidak sabar ingin naik kereta dan tidak bertemu denganmu."

Mulut Albert menganga mendengar ucapan kekasihnya. Ia lalu menarik tangan Varischa dengan cepat dan membuat wanita itu kembali menghadap padanya. "Seriously ? Aku sangat ingin menghabiskan waktu denganmu. Kenapa kamu tidak begitu ?"

"Kita sudah terlalu banyak menghabiskan waktu bersama, Albert. Kamu tidak ingat kalau hampir setiap hari kamu berkunjung ke apartment ? Apalagi waktu weekend, kamu akan mendekam di dalam apartment bersamaku dari pagi sampai malam." balas Varischa dengan tatapan jengah. Albert meringis kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Baiklah baiklah, masuk sana. Aku akan menjemputmu besok Senin."

"Tidak usah, Al. Itu dini hari dan aku tidak ingin merepotkanmu."

Albert menggeleng tegas. "Aku ingin kamu aman, Varischa. Aku tidak akan membiarkanmu pulang dini hari sendirian."

"Tapi, Al-"

"Ssht, aku tidak menerima protes. Masuklah, sebelum aku mencegahmu lagi." Albert menggerakkan dagunya mengarah pada pintu masuk. Varischa mengangguk singkat lalu maju selangkah mendekati Albert. Dan tanpa diduga, wanita itu memberikan kecupan singkat di pipi Albert.

"Jangan merindukanku ya."

----------

Hari Minggu pagi, Albert yang sudah selesai mandi langsung turun ke lantai bawah dan berjalan menuju dapur. Pria itu tersenyum ketika matanya menangkap keberadaan mamanya.

"Good morning, Mam." sapa Albert yang seperti biasa langsung memeluk mamanya. Martha yang sedang mengupas jeruk terkejut. "Tumben sekali anak Mama ini ada di rumah. Biasanya sudah pergi terus baru pulang nanti malam."

Albert terkekeh lalu melayangkan kecupan sayang di pelipis Martha. "Albert rindu bermesraan dengan Mama. Mau kencan dengan Al tidak hari ini ?"

Martha membalikkan tubuh dan menatap putra pertamanya dengan tatapan curiga. "Kenapa ? Kamu putus ya sama pacar kamu ?"

At the Drop of a Hat - ENDWhere stories live. Discover now