Rain Bowen

200 37 26
                                    


"Mereka berdua pergi lagi," kataku yang sedang berteduh di dalam tenda kecil.

Akhir-akhir ini Rudy dan Fraul sering bepergian keluar dari daerah kumuh. Gara-gara mereka, aku harus melakukan pekerjaan sendirian lagi hari ini.

"Rain, ada yang butuh bantuan." Panggil seorang pria dari luar.

Namaku adalah Rain Bowen, umur 20 tahun. Bagi penduduk di daerah ini, aku adalah seorang dokter. Aku juga tidak punya pekerjaan yang lain, jadi kurasa tidak ada salahnya menjadi perawat di daerah kumuh.

Aku pertama kali bertemu Rudy saat aku dikeluarkan dari kelompokku. Aku menolong Rudy yang terkena luka bakar, dan dia memberiku tempat tinggal di daerah kumuh. Sejak saat itu, aku dianggap dokter di daerah ini.

Aku dulunya adalah anggota pemberontak yang disebut Black Prison. Tidak kusangka, keahlian pengobatan yang kupelajari dari pemberontak, sekarang sangat berguna untuk orang lain selain pemberontak.

Tidak ada alasan khusus aku dikeluarkan dari kelompok Black Prison. Aku sangat menghormati pemimpinku, Nicanor. Anggota-anggota lain juga sangat baik padaku. Hanya saja, aku merasa tidak cocok berada diantara mereka.

"Bagaimana?," tanya pria yang saat ini sedang kuperiksa, "apa lukanya parah?."

"Tidak, hanya terkilir saja." Jawabku.

Aku menyuruh seseorang untuk mencarikan air es, sementara aku memeriksa kotak obatku. Rasanya aku sudah terbiasa menangani luka-luka kecil seperti ini.

"Ini obat pereda nyeri," aku menyerahkan obat yang kupegang, "kalau air esnya sudah datang, kau tinggal mengompresnya saja." Lanjutku lalu meninggalkan pasien.

Sang Pasien memandang kakinya yang masih terasa sakit. Aku memeriksa kotak obatku untuk memastikan jumlah obat yang tersisa. Dua hari lagi, pengantar dari kota akan datang, persediaanku harus bertahan sampai mereka tiba.

"Rain!." Terdengar suara Fraul dari kejauhan.

Aku berbalik dan melihat Fraul berlari di bawah terik matahari yang panas.

"Di mana Rudy?" tanyaku yang tidak melihat Rudy bersama Fraul.

"Dia masih di Zona Perang," jawabnya.

"Kau meninggalkannya sendirian?!"

Sejak kecil, Fraul dan Rudy telah belajar untuk bertahan hidup dari serangan pemberontak, tidak heran jika mereka berani untuk memasuki daerah perang berdua. Aku juga telah mengajari mereka cara menggunakan senjata untuk jaga-jaga jika terjadi sesuatu.

"Ada seseorang yang terluka, kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja." Fraul terdengar terburu-buru.

"Tenang dulu, ceritakan apa yang terjadi." Kataku.

"Ada perempuan yang diserang pemberontak. Perempuan itu selamat, tapi dia tertembak dipaha. Rudy sedang menjaganya."

Setelah mendengar penjelasan Fraul, aku bergegas menuju lokasi tempat Rudy menjaga perempuan itu. Jarak dari daerah kumuh ke daerah perang cukup jauh, cuaca yang panas membuatku cepat kelelahan. Aku memegang erat kotak obatku sambil berlari kecil mengikuti Fraul dari belakang.

Tidak lama kemudian, kami tidak di sebuah bangunan yang memiliki banyak jendela tanpa kaca. Di tengah bangunan, Rudy bersama seorang perempuan yang dari gaya pakaiannya sudah jelas seorang pemberontak.

"Fraul, kau tidak bilang kalau yang terluka itu pemberontak," aku mulai emosi.

"Kalau aku bilang, kau tidak akan datang," Fraul mendorongku.

The War For Baby's Soul [HIATUS]Where stories live. Discover now