Rencana Yang Sia-Sia

50 20 26
                                    


Zelia, Fraul, dan salah satu anggota Zavier, tiba di lapangan. Rudy dan Clover sudah menunggu di mobil sejak tadi. Grey yang baru saja selesai mengurus Rafael, memberi tanda pada Zelia dan Fraul agar segera menuju mobil.

"Terima kasih sudah membantu, biar aku yang mengurus sisanya," kata Fraul menyuruh anak buah Zavier pergi.

"Haha, dengan tangan kecilmu itu, bagaimana kau bisa mengangkat semua ini?" anak buah Zavier meremehkan Fraul.

"Sudah, pergi sana. Jangan dekat-dekat dengan idola kami lagi."

Semua mobil pengantar bersiap untuk berangkat, Zavier dan beberapa anggotanya mengambil kesempatan untuk memeriksa setiap rumah. Tiba-tiba, bersamaan dengan suara deru kendaraan yang mulai melaju, terdengar suara mesin menyala dari dalam pabrik. Awalnya Zavier tidak terlalu peduli, tapi suara teriakan Rafael kemudian menyita perhatiannya.

"Cepat periksa pabrik!" perintah Zavier.

Zavier dan anggotanya berlarian menuju pabrik. Saat itu, Zavier merasakan kejanggalan sebelum dia menyerbu masuk. Para penduduk kota terlihat tidak peduli dan hanya melambaikan tangan pada para pengantar.

Zavier dan anggotanya menyerbu masuk. Suara teriakan Rafael menggema di dalam pabrik. Zavier dan anggotanya mendongak ke langit-langit untuk melihat Rafael. Kaki Rafael di gantung dengan tali yang hampir putus, lalu di bawahnya ada mesin penggiling daging besar yang bersiap menangkapnya.

"Matikan mesinnya!" teriak Rafael.

Anggota Zavier panik dan sibuk mencari saklar untuk mematikan mesin penggiling. Zavier yang hanya diam, tiba-tiba melihat tombol untuk mematikannya. Suara mesin yang tadinya terasa sangat keras, perlahan mulai meredam. Tapi, keadaan masih belum berubah, kali ini mereka harus menurunkan Rafael.

Disaat yang lainnya sibuk melepaskan ikatan Rafael, tiba-tiba Zavier teringat para pengantar yang sudah keluar dari kota.

"Teman-teman Zelia sedang menuju Contribucion, sebagian dari kalian cepat kejar mereka," kata Zavier lalu berlari ke luar pabrik.

"Tunggu dulu," Rafael menghentikan Zavier, "pengantar yang menuju Contribucion hanya umpan, tujuan mereka yang sebenarnya adalah markas Pelmeni."

"Bagaimana kalau yang itu juga umpan?"

"Mereka mengira aku masih pingsan saat mereka membicarakan rencananya. Aku menjadi pengalih perhatian agar kalian tidak melihat kendaraan Zelia menuju arah lain."

Sementara itu, mobil yang dikendarai Zelia dan teman-temannya melaju sangat cepat menuju markas Pelmeni. Seperti biasa, Clover yang menyetir, Rudy duduk di sebelahnya sambil menggendong sang bayi, lalu yang lainnya berada di kursi belakang.

"Bayinya menangis, jangan terlalu cepat!" protes Rudy.

"Kita harus tiba di markas Pelmeni sebelum Zavier tahu kalau mobil kita tidak bergabung dengan mobil-mobil yang menuju Contribucion," kata Clover yang masih tetap melajukan mobil dengan cepat.

"Kurasa butuh waktu lama untuk mereka tahu. Aku sudah menyuruh pengantar itu untuk terlihat terburu-buru agar bisa memberi kita banyak waktu."

"Rudy, sebagus apapun rencana, pasti ada celah untuk menghancurkan rencana itu. Itulah sebabnya kita harus merencanakan hal lain saat rencana yang pertama gagal. Tanpa rencana lain, pilihan kita hanya menyerah."

Rudy diam lalu memeluk sang bayi lebih erat. Mobil yang mereka kendarai sudah hampir masuk ke salah satu kota tak berpenghuni. Kota itu adalah tempat Zavier menyembunyikan senjata-senjatanya.

The War For Baby's Soul [HIATUS]Where stories live. Discover now