Bab 8. Cucu Pemilik Sekolah

30 12 4
                                    

Seisi sekolah heboh karena cucu dari pendiri sekolah ini mulai sekarang akan bersekolah disini.

Dan berita itu memang benar. Cucu itu yang diketahui bernama Devon Bryantino berkelas di XII IPS 2. Ketampanannya tidak kalah dari Samuel.

Banyak orang yang membicarakannya saat ini, terutama kaum hawa. Berbeda dengan Samuel yang playboy, Devon malah terkesan cuek dan dingin. Itu yang membuatnya misterius dan semakin menarik perhatian banyak orang.

Terutama dikelas X IPA 1, dikelas itu hampir semua siswinya mengagumi dan mengidolakannya. Artha yang tidak mempunyai teman tidak tahu tentang apa yang mereka bicarakan.

Artha hanya diam membaca buku paket Biologinya sambil sesekali mendengarkan apa yang bisa didengarnya dari mulut teman-teman sekelasnya.

Setelah merasa bosan dengan nama-nama ilmiah yang memenuhi otaknya, Artha berjalan menuju toilet karena ada sesuatu yang harus dikeluarkan.

Sialnya, ditengah perjalanan ia menubruk bahu seseorang. Ia gugup dan langsung meminta maaf. Anehnya, biasanya orang-orang akan langsung membullynya. Tapi kali ini pria itu hanya menatapnya dengan wajah datar dan langsung pergi.

"Aneh!" gumam Artha. Namun ia bersyukur karena ia tidak dibully saat ini.

Artha tak ingin ambil pusing dan langsung menuju toilet wanita. Setelah selesai dengan urusan pencernaannya, Artha berjalan kembali kekelas.

Setelah Artha duduk dibangkunya, bu guru datang dan pelajaran pun dimulai. Banyak ekspresi yang ditunjukkan berbagai siswa saat bu guru menjelaskan materi sejarah ditemukannya atom beserta penemunya dan hal-hal lain yang menyangkutnya.

Ada siswa yang berbisik-bisik dengan teman sebangkunya, ada yang melamun, ada juga yang memperhatikan, bahkan ada juga yang menahan rasa kantuknya.

Hingga bel berbunyi, saatnya pulang sekolah. Ibu  guru menutup kegiatan belajar hari ini dan para murid segera pulang.

Artha berjalan pelan agar tidak terdesak-desakan nantinya. Namun dilantai bawah ia berpapasan dengan Samuel. Samuel menyunggingkan senyum manis namun sorotan matanya menusuk dan ia segera berlalu.

Artha menatap punggung Samuel yang perlahan menjauh dari jangkauan matanya. Saat ia akan melangkah kembali, tiba-tiba ada air berbau amis yang mengguyur tubuhnya.

Ia mendongak menatap keatas, dia bisa melihat banyak orang yang tertawa puas. Segitu bencikah mereka kepada Artha, sebenarnya apa salahnya?

Artha menatap tubuhnya yang basah kuyup dan berbau amis. Sepertinya ini adalah air bekas cucian piring. Artha menghela napasnya dan menghapus jejak air matanya. Ia tidak membawa baju ganti apapun.

Ia hanya membawa jaket hijau kesukaannya. Tapi sudah dipastikan itu juga basah karena tasnya tidak tahan air. Artha melihat ada seorang pria yang berdiri beberapa meter dari hadapannya.

Dia adalah pria yang ditemuinya dikamar mandi tadi dengan wajah datar. Namun ia segera beranjak dari situ setelah Artha melihatnya. Ternyata Artha salah, ia pikir pria itu akan menolongnya. Namun Artha salah, ia sama saja dengan yang lain.

Akhirnya Artha melangkah menuju kamar mandi. Dia membasuh seluruh tubuhnya bahkan bajunya sekaligus untuk menghilangkan bau amis yang menempel.

Berulang kali dia menggosokkan tubuhnya dengan sabun cuci tangan yang ada. Setelah dirasa bau amisnya berkurang, dia segera keluar dari kamar mandi untuk menjemur tas, sepatu, dan juga dirinya sendiri. Tidak mungkin ia akan pulang dengan kondisi seperti ini. Neneknya pasti khawatir.

*
Devon beranjak pergi saat gadis itu mulai menatapnya seakan meminta tolong. Sebenarnya dia juga kasihan, tapi itu bukan urusannya.

Saat diparkiran, ia sayup-sayup mendengar suara orang tertawa.

"Iya kak, dia basah kuyup dan bau pastinya." kata seorang perempuan.

"Hmm bagus, biarkan dia terus seperti itu."

"Gimana kak sama masalah nilai raportku nanti, aku bakalan dapat nilai sempurna 'kan?"

"Gampang diatur."

Devon mengepalkan tangannya. Ternyata Samuel dalang dari pembullyan ini. Meskipun sudah dapat Devon tebak kalau Samuel pasti salah dalam menggunakan kekuasaannya disekolah ini.

Devon berbalik arah menuju taman sekolah agar tidak ketahuan menguping pembicaraan mereka. Namun apa yang ditemukannya ditaman sekolah membuatnya meringis.

Gadis itu berjemur dengan barang-barangnya yang basah kuyup. Apalagi dalaman gadis itu kelihatan, membuat mata suci Devon ternodai. Devon mendengus, bagaimana jika ada laki-laki mesum yang melihatnya. Devon berjalan menuju tempat gadis itu berdiri dan membalutkan jaket hitamnya kebadan gadis itu.

Gadis itu nampak terkejut. "Pakai dan segera pulang, loe dan barang loe udah agak kering."

Setelah mengucapkan itu Devon segera pergi dari tempat itu. "Makasih kak!" teriak Artha kepada Devon namun Devon tak menanggapinya. Menoleh saja tidak.

Artha segera memakai jaket itu dan pulang karena hari sudah sore. Ia tak ingin neneknya khawatir.

*

Setelah Artha selesai membersihkan dirinya dan mencuci semua pakaiannya termasuk jaket itu, dia merebahkan tubuhnya diatas kasur.

Tubuhnya sangat lelah. Bukan, bukan tubuhnya yang lelah melainkan hatinya. Baru dua bulan dia bersekolah disitu rasanya sangat berat. Apalagi selama tiga tahun nanti? Apakah dia akan kuat?

Artha meremas rambutnya dan menyembunyikan dirinya dibalik selimut tebalnya. Ia merindukan saat-saat SMP. Saat dia tertawa bersama sahabatnya, saat ia dipuji karena kelebihannya, dan saat ia dimanja oleh orang tuanya.

Rasanya disaat seperti ini ia ingin curhat kepada Ibunya dan menangis dipelukannya. Namun itu hal yang mustahil terjadi. Orangtuanya sudah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya. Air mata Artha berhasil menetes.

"Artha, turun makan dulu cu!" teriak Nenek Mina dari bawah.

Artha segera menghapus air matanya dan beranjak turun. "Iya nek, Artha turun."

"Ayo makan dulu ya, habis ini kita kerumahnya Nenek Ami. Katanya, cucunya Sam mau ketemu kamu."

Artha tersedak lalu minum. "Maaf Nek, Artha nggak bisa kesana nanti. Artha banyak tugas."

Nenek Mina terlihat kecewa. "Yah, padahal Nenek lihat kalian sudah dekat. Apa kalian mempunyai suatu hubungan?"

Artha mengangguk. "Tetangga dan Kakak adik kelas." ucap Artha lempeng sambil memasukkan sesendok nasi kedalam mulutnya. 'Juga pembully dan korban bully' imbuh Artha dalam hati.

"Maksud nenek selain itu!"

"Nggak ada."

***

📎Untuk next chapter aku boleh minta 10  votment aja ya😂

Love you readers😘💞



Not AloneHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin