Bab 19. Mendekati UTS

19 13 1
                                    

Suasana X IPA 1 hari ini begitu ricuh. Banyak yang mengeluh akan cepatnya datang hari di mana UTS akan berlangsung. Padahal banyak materi dari berbagai mapel yang belum bisa di pahami dan juga...

Semakin cepat most wanted di Martha Jaya akan angkat kaki dari sini.

Artha masih tenang dengan alam bawah sadarnya. Entah mimpi apa yang datang menghampirinya sampai-sampai ia terlihat begitu nyenyak.

Cekrekk

Alex tersenyum puas kala hasil jepretennya terlihat bagus. Tak ragu dia mengirimkannya kepada Devon. Wajah damai Artha saat tidur membuatnya terlihat cantik natural.

Di kelasnya, Devon membuka handphonenya saat benda itu bergetar. Dia mengabaikan guru geografi yang sedang berpidato di depan kelas sambil membawa peta.

Devon tersenyum saat melihat apa yang dikirimkan Alex. Riski yang duduk di sampingnya mencuri-curi pandang ke layar handphone milik Devon.

"Tatap aja terus jangan sampai kedip," sindir Riski dengan suara pelan.

"Sikapnya mirip banget sama Lesya." kata Devon tanpa menoleh.

"Tapi mereka tetap orang yang berbeda. Jangan disama-samain." Riski memperingatkan.

Devon mengatupkan bibirnya. Entah kenapa bayangan tentang Lesya terus menghantuinya. Adiknya itu pasti sekarang seumuran dengan Artha jika saja...

Kecelakaan itu tidak terjadi dan merenggut nyawanya.

Devon mendesah napas kasar lalu menggelosor siap untuk tidur. "Dasar kebo!" ejek Riski.

***

"Kak, ayo main ke rumah kakak Thata," rengek Leo sejak tadi. Kuping Samuel sampai gatal mendengarnya.

"Kakak lagi belajar, Leo." kata Nino, ayah mereka.

"Kalau gitu sehabis belajar aja." Leo masih belum menyerah.

"Ya udah, sekarang Leo main sama ayah dulu, ya?" Samuel mengelus rambut Leo dengan lembut. Dia memang sangat sayang kepada adiknya.

Leo mengangguk senang lalu bermain dengan ayahnya. "Kok Devon nggak ke sini ya?" tanya Nino di sela aktivitas bermainnya dengan Leo.

"Nggak tahu yah," Samuel mulai malas.

"Padahal dia sudah lama hlo balik ke Indonesianya. Tapi kok nggak mau ke sini, kalian berantem ya?"

"Nggak." jawab Samuel acuh tak acuh.

"Jangan bohong sama Ayah,"

Samuel menutup bukunya dan mengajak Leo langsung ke rumah Artha. Nino hanya mengulum senyum. "Dari dulu sama aja, nggak pernah akur."

***

Samuel mengetuk pintu rumah Nenek Mina. Tak lama kemudian Artha membukakan pintu. Leo langsung memeluk kaki jenjang milik Artha, Artha terkejut dan langsung menggendong Leo.

"Wah Leo makin besar ya, makin berat." mereka berdua tertawa.

"Oh iya, mari masuk kak," Artha mempersilakan masuk.

"Mau minum apa?" tawar Artha setelah sampai di ruang tamu.

"Air putih aja." jawab Samuel.

Artha mendudukkan Leo sebentar lalu berjalan menuju dapur dan kembali membawa nampan berisi air putih, es krim, dan beberapa cemilan ringan.

"Wah es krim!" pekik Leo senang. Artha membukakan sebungkus es krim untuk Leo. Leo sangat menikmati es krim itu.

"Udah sembuh?" tanya Samuel.

"Alhamdullillah udah kak," Artha tersenyum manis.

"Kok kakak nggak kelihatan akhir-akhir ini, kakak sibuk ya?"

"Nggak, cuma malas keluar kelas aja."

"Kok gitu?" Artha nampak bingung.

"Kan udah ada yang bisa jagain loe, jadi gue nggak perlu khawatir."

"Maksudnya?"

"Loe udah aman dari orang kaya gue yang sukanya nyakitin loe."

Artha terdiam beberapa saat hingga Leo memecah keheningan di antara mereka. "Es krimnya habis kak."

"Oh, mau minum air putih dulu?" Leo mengangguk. Artha segera mengambilkan segelas air dan Leo meneguknya hingga tersisa setengah.

"Leo ngantuk kak."

"Ya udah Leo tidur aja, ya," Beberapa menit kemudian Leo sudah tidur nyenyak di pangkuan Artha.

"Kita balik ya, gue takut nggak bisa nahan buat nyakitin loe,"

"Ta--tapi Leo-nya masih tidur kak." Artha menatap Leo yang tidur nyenyak.

"Gue gendong aja, gue bisa kok."

"Nggak mau di sini dulu aja kak?"

"Loe mau deket sama gue?" Samuel menaikkan satu alisnya.

"Artha tau kalau aslinya kakak itu baik." Artha tersenyum tulus. "Buktinya kakak mau jadi sandaran saya waktu itu."

"Gue cuma modus." elak Samuel.

"Nggak, Artha tau kakak waktu itu benar-benar tulus." Artha menatap Samuel penuh arti. Mereka menumbuk mata selama beberapa detik.

"Itu karena gue sayang sama loe," Samuel masih menatap Artha. Artha mengalihkan pandangannya. "Diminum dulu lah kak," Artha mengalihkan pembicaraan, dan Samuel tidak suka itu.

***



Not AloneDär berättelser lever. Upptäck nu