Bab 24. Tentang Elvan

22 10 1
                                    

Setelah sapu di letakkan kembali ke tempatnya, Artha segera menghapus papan tulis. Hari ini adalah jadwalnya piket sepulang sekolah. Sudah selesai, Artha mengambil tasnya dan beranjak pulang.

Bugh bugh

Terdengar suara orang berkelahi di salah satu kelas. Artha mencoba mencari arah sumber suara itu. Sekolah belum terlalu sepi, guru-guru masih ada yang berada di sekolah, masak sudah ada yang berulah. Mata Artha melotot, di situ Elvan sudah terkapar dengan luka-lukanya.

"NGGAK PANTAS TAU NGGAK LOE ITU DEKETIN CEWEK GUE!!" Riski kembali menendang perut Elvan.

"Ada apa, Tha?" Artha menoleh, Samuel sudah berdiri di sampingnya mengeraskan rahang.

"Itu kak,"

Samuel melangkah masuk lalu menolong Elvan. "Loe nggak papa?"

"JANGAN IKUT CAMPUR!" kata Riski berapi-api.

"Ini masih di sekolah, jadi juga urusan gue." kata Samuel tenang. Dia membantu Elvan berdiri.

Devon muncul dari sudut belakang kelas dengan santai. Dia berjalan menghampiri mereka lalu menepuk pundak Riski. "Yuk, balik!"

Riski mengambil tasnya dengan kasar lalu melangkah keluar mengikuti Devon. Sesampai di depan pintu Devon menghentikan langkahnya sejenak, menatap Artha yang menunduk ketakutan.

"Elvan yang salah," Devon mengelus pipi Artha sekilas lalu melangkah pergi kembali diikuti Riski. Artha tercenung sejenak menatap punggung Devon yang perlahan menjauh lalu mengikuti Samuel yang memapah Elvan menuju UKS.

"Aww..." rintih Elvan saat Artha mengobati lukanya.

"Maaf kak, sakit banget ya?" Artha meringis melihat wajah Elvan yang penuh lebam. Terjadi keheningan sejenak sampai Elvan membuka suara.

"Sebenarnya bukan gue yang salah." ucap Elvan. Artha mendengarkannya dengan baik.

"Gue nggak nyium adik kelas dan gue nggak tahu kalau dia pacarnya."

Artha meletakkan peralatan P3K kembali karena sudah selesai mengobati. "Adik kelas yang tiba-tiba nyium gue siang tadi."

"Hah?"

"Terserah loe percaya atau nggak, tapi gitu kenyataannya." Elvan menghela nafas sejenak. "Loe temannya Sarah, kan?" tanyanya.

Artha mengangguk antusias. "Kok kakak bisa kenal sama dia?"

"Tolong tanyain sama dia, kenal nggak sama yang namanya Elvan." Elvan beranjak dari ranjang UKS, mengambil tasnya dan hendak pulang.

"Eh, kakak mau ke mana?" Artha menatap Elvan khawatir.

"Pulang. Makasih buat pertolongannya." Elvan melangkah keluar dari UKS.

Selang beberapa menit Samuel datang dan mengajak Artha pulang.

📖Not Alone📖

Artha mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk Sarah. Hingga ia bisa melihat Sarah melambaikan tangannya di meja paling ujung dekat jendela, dia menghampirinya.

"Minum dulu nih, udah gue pesenin."

Artha duduk lalu menyeruput jus melon yang sudah dipesankan Sarah. "Tumben loe ngajak ketemuan, biasanya juga gue." Sarah terkekeh.

"Pengen aja," jawab Artha.

"Eh, ada tas pengeluaran terbaru nih, beli yuk!" Sarah menunjukkan sebuah foto tas. Artha memperhatikannya secara detail.

"Ahh, mahal banget." kata Artha.

"Ya sih, tapi ini tuh limited edision. Gue pokoknya mau beli!" Sarah mengutak-atik ponselnya.

"Eh Sar,"

"Hmm."

"Btw, loe kenal nggak sama cowok yang namanya Elvan?" tanya Artha

"Eh?" Sarah nampak terkejut. "Uhm... loe janji nggak bakalan bilang ini ke siapa-siapa, ya?"

Artha mengangguk dua kali. Sarah membasahi bibirnya lalu berkata pelan, "Elvan itu juga cowok gue." Artha tersedak kentang goreng, dengan segera dia meminum jusnya kembali.

"Loe gila, ya?" Nada suara Artha meninggi.

"Ya, mau gimana lagi, gue nggak tega nolak cowok." jawab Sarah enteng lalu memakan kentang gorengnya. Artha tercenung, ternyata ini penyebab Riski memukuli Elvan.

"Ya ampun, loe nggak tahu ya akibatnya. Riski memukuli Elvan tau nggak sampai babak belur, kalau aja gue sama ketos nggak datang, pasti di UGD dia sekarang." Artha mulai emosi dengan kelakuan temannya yang satu ini.

"Hah masa, terus sekarang gimana dia?  makanya kok gue chatt nggak dibalas. Yah, pasti kandas dong gue," Sarah membuat ekspresi wajah cemberut.

"Dia babak belur lah, gara-gara loe. Padahal baik hlo dia, waktu itu mau nyapa gue,"

"Hmm, gampanglah nanti gue urus yang penting gue sama Riski tetap lanjut." Sarah memijit pelipisnya.

***

Next?

Not AloneWhere stories live. Discover now