Bab 5. Hukuman

22 12 5
                                    

Artha berdiri dibawah tiang bendera sambil hormat kepadanya.

Ia dihukum Samuel untuk hormat kepada bendera sampai ia puas melihat Artha menderita.

Kulit Artha sudah kemerah-merahan akibat terik matahari yang menyengat. Namun, Samuel tidak mempedulikannya.

Ia kini malah menyiram Artha dengan air dingin yang dibelinya dikantin. Akibatnya, Artha jadi semakin lemas. Untung saja seragam disekolahnya tidak tipis.  Jika tidak, pasti akan tembus pandang.

"Uhm... kayaknya loe kepanasan ya?" kata Samuel dengan seringainya.

Ia berjalan mendekati Artha lalu berbisik ditelinganya. "Jadilah pacar gue dan penderitaan loe akan berakhir."

Artha mendorong bahu Samuel agar menjauh darinya. Namun sedetik kemudian ia berkunang-kunang hingga akhirnya pingsan.

*
Artha terbangun dengan kondisi wajah yang pucat. Petugas UKS langsung memberikan minyak kayu putih kepadanya.

"Kamu udah makan waktu istirahat kedua tadi?" Artha menggeleng lemah. Bagaimana bisa makan kalau dirinya dihukum.

"Ini, kamu makan dulu ya setelah itu minum obat." Petugas UKS dari organisasi PMR itu menyodorkan nasi bungkus dan teh hangat serta obat.

Artha menerimanya lalu memakannya dengan khidmat. "Badan kamu panas. Sepertinya kamu demam. Kamu yang dihukum tadi, ya?"

"Iya, itu aku." Petugas bernametag Nadina itu tersenyum masam menatap Artha.

"Kamu ada masalah apa dengan kak Sam sampai kaya gini?" Artha hanya menggeleng.

"Kamu tahu? Yang membelikan semua ini adalah kak Sam hlo." pernyataan dari Nadina itu membuat Artha tersedak.

Nadine segera memberikannya air minum. "Dia kayaknya suka sama kamu. Tapi... kok dia ngebully kamu ya?"

Artha menarik napas setelah minum lalu menatap Nadina. "Dia... nggak mungkin suka sama aku." kata Artha

"Oh gitu. Yaudah, kamu habisin ya makanan kamu terus minum obat. Aku mau kembali kekelas dulu." Artha mengangguk.

Nadine melepas jas putihnya dan melangkah pergi. Artha melamun sejenak sebelum ada yang mengejutkannya.

"Loe demam?" Samuel menaikkan satu alisnya. Artha memalingkan mukanya tak mau melihat Samuel.

"Sini gue suapin, gue bertanggung jawab kok." Samuel mengambil makanan dari tangan Artha dan mulai menyuapinya namun Artha menolak.

"Gue langsung minum obat aja, gue pusing." kata Artha dengan suara serak.

Samuel mendengus kasar lalu membukakan obat untuk Artha. Artha meminumnya lalu bersiap untuk tidur. "Nanti gue antarin loe pulang. Nggak usah nolak atau loe bakalan celaka dijalan!"

Samuel melangkah pergi setelah mengatakan hal tersebut. Artha hanya bisa pasrah jika seperti ini. Samuel selalu melakukan setiap ancamannya dengan baik. Hal itu membuat Artha menderita.

*

Artha bangun setelah Samuel membangunkannya dan mengajaknya pulang. Ia hanya menurut karena ia sedang pusing saat ini.

"Sayang, kok kamu sama dia sih?!"

Artha mengenal suara ini. Ini adalah suara Agnes, kakak kelasnya sekaligus pacarnya Samuel.

"Aku mau antar dia pulang. Dia sakit gara-gara aku."

"Tapi nggak harus dong sayang. 'Kan kamu bisa pesenin dia taksi."

"Nggak bisa."

"Kenapa nggak bisa? kamu suka sama dia?"

Ahh, drama telah dimulai disaat yang tidak tepat. Artha sudah pusing malah ditambah dengan drama usang seperti ini.

Not AloneWhere stories live. Discover now