Bab 28. Kok gitu?

4 3 0
                                    

Seorang pria sedang menengok kesana-kemari mencari seseorang yang akan menjemputnya di sini. Ahh, bandara sangat ramai siang ini.

"Tuan!" panggil seorang sopir sambil sedikit berlari menghampirinya.

"Mari Tuan, mobil ada di sebelah sana. Sini, tasnya saya bawakan."
Pak sopir mengambil alih tas dan koper lalu berjalan sambil menunjukkan arah di mana mobil berada dan segera mengantarkan sang majikan kembali ke rumah masa kecilnya.

***

Semenjak kejadian waktu itu, Melinda menjadi pendiam. Ada beberapa rumor mengatakan kalau dia akan pindah sekolah bulan ini.

Menghela napas lelah, Artha membuka lembaran buku komik yang dibelinya kemarin sore sambil menyeruput es teh.

"Eh, ngapain tuh?"

"Lihat deh, lihat!"

Terdengar suara bisikan-bisikan saat Melinda bangkit dari duduknya dan berjalan pelan menghampiri Artha. Tatapannya terus menunduk sampai tepat dihadapan Artha.

"Tha," panggilnya lirih.

Artha yang memang menyadari kehadirannya hanya meliriknya sekilas tak minat. Mungkinkah dia hanya ingin meminta maaf atas kejadian waktu itu, pikir Artha.

"Tolong, maafin perbuatan aku waktu itu. Aku saat itu sedang benar-benar emosi dan kebetulan waktu itu aku lagi PMS. Jadi, aku nggak bisa ngontrol emosi aku,"

Dengan alasan PMS dia bilang?

"Tolong maafin aku ya, Tha," ucapnya sambil tersenyum kikuk.

Artha lebih cepat menyeruput es tehnya sebelum menjawab. Entah kenapa hawanya mendadak menjadi terasa panas.
"Iya," kata Artha singkat setelah selesai minum.

"Aku tahu kalau ka--"

"Kalau tahu ya nyadar diri, dong. Buruan pergi sana gih, buat panas orang aja!" Sahut Samuel yang tiba-tiba saja sudah ada di sini entah sejak kapan.

Suasana kelas semakin ricuh. Bisa ditafsirkan para penghuni kelas sedang menggosipkan hal ini.

Melinda yang merasa diusir mengangguk pelan sejenak lalu melangkah pergi dari hadapan Artha dan Samuel.

"Masih haus?" tanya Samuel mengabaikan keadaan sekitar.

Artha menggeleng lalu melanjutkan aktivitas membaca komiknya.

Drrt drrt

Samuel merogoh saku celananya untuk mengambil handphonenya.

"Hm?"

"..."

"Bitch!" umpat Samuel lalu menutup sambungan teleponnya.

Artha yang mendengar Samuel mengumpat mendongak menatapnya dengan kening berkerut, "kenapa, Kak?"

Samuel hanya menggeleng sambil tersenyum kecil. Setelah itu dia keluar kelas karena bel masuk telah berbunyi.

***

Not AloneWhere stories live. Discover now