Bab 23. Nonton

15 9 0
                                    

Sarah masih berusaha membujuk Artha agar mau menemaninya nonton bioskop.

"Ayolah Tha, nanti loe sama Devon deh. Gue bilangin Riski biar mau bujuk dia,"

"Nggak ya nggak." tegas Artha. "Waktu ke pasar malam aja loe nggak jadi datang, gimana nanti."

"Itu kan karena ada urusan mendadak, Tha." Sarah nampak memelas. "Nanti loe gue traktir es krim deh sepuasnya, gimana?"

"Bohong!" Artha menutupi wajahnya dengan bantal, malas mendengar ocehan dari mulut Sarah.

"Beneran deh, suer! Tha, loe nggak lagi tidur kan?" Sarah menggoyang-goyangkan tubuh Artha.

"Iya-iya bawel!"

***

"Ahh, tadi filmnya sweet banget." kata Sarah sambil senyum-senyum sendiri.

"Lain kali mau nonton lagi?" tanya Riski, Sarah mengangguk cepat.

Mereka sedang perjalanan menuju parkiran. Sarah bergelayut manja di lengan Riski, Artha dan Devon mengikuti mereka di belakangnya. Artha memasang wajah kusut karena sudah menjadi nyamuk sedangkan Devon masih datar dan memasukkan kedua tangannya di saku celananya.

"Kita mau mampir dulu, kalian duluan aja." kata Sarah setelah sampai di parkiran.

"Udah malam hlo, Sar, kalian mau ke mana sih?" tanya Artha.

"Ada deh, ya udah ya bye!" Sarah masuk ke dalam mobil di susul Riski dan perlahan mobil mereka menjauh. Artha dan Devon pun begitu, mereka masuk ke dalam mobil dan segera pulang.

Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Artha mulai mengantuk dan Devon fokus menyetir. Setelah mereka sampai, Devon menggoyangkan bahu Artha pelan karena Artha tertidur.

"Tha, udah sampai." Artha belum bangun juga.

Sebenarnya Artha tidak terlalu nyenyak, hanya saja malas untuk membuka kedua matanya. Devon berdecak, malas juga jika harus menggendong Artha. Devon mengamati Artha yang sedang tertidur. Memang dari segi fisik dia tidak terlalu mirip dengan Lesya, tetapi sifatnya hampir sama. Mereka suka es krim, suka boneka, sama pintarnya, sama cengengnya, dan penurut.

Diam-diam Devon mendekati wajah Artha, mungkin hanya lima senti jarak antar keduanya. Jantung Artha berdetup kencang, bagaimanapun juga dia masih setengah sadar. Nafas Devon terasa hangat dan nafasnya masih teratur. Sedangkan Artha mencoba untuk tetap menetralkan deru nafasnya.

Cup

Devon mencium pipi kanan Artha. Setelah itu dia berkata, "Tha, bangun." Devon mulai menjauhkan dirinya.

Artha bangun. "Udah sampai?" tanya Artha basa-basi. Devon mengangguk. Artha mengucapkan terima kasih dan segera turun dari dalam mobil Devon. Ketika mobil Devon melaju, Artha baru masuk ke dalam rumahnya lalu kamarnya.

"Aaaaaa, kak Devon nyium pipi gue!" kata Artha. Dia tidak berteriak karena neneknya mungkin sudah tidur.

"Aaaahh..." Artha berguling-guling di atas kasurnya sambil memeluk salah satu bonekanya. Hingga ia terjatuh dari atas kasurnya. "Aww," rintih Artha.

**

Terik matahari terasa menyengat kulit. Para siswa berkumpul untuk melihat salah satu siswa dihukum di tengah lapangan. Dia di hukum untuk hormat bendera sampai pulang sekolah oleh Samuel.

Artha jadi teringat waktu dulu dia juga dihukum seperti itu. Artha menggigit rotinya dan mengunyahnya pelan-pelan, dia menyipitkan matanya. Sepertinya dia kenal orang itu. Artha nampak berpikir dan menerawang. Matanya sedikit membulat ketika dia mengingat sesuatu. "Kak Elvan?" gumam Artha.

Artha berlari kecil menuju pinggir lapangan untuk memastikan. Ternyata benar, dia memang Elvan. Samuel tersenyum ketika tahu Artha berada di sudut lapangan. Dia berjalan menghampiri Artha yang masih diam di tempatnya.

"Nyariin gue?" goda Samuel.

"Nggak," Artha menggeleng dua kali.

Artha membasahi bibir bawahnya. "Kenapa dia di hukum, kak?"

"Ketahuan nyium adik kelas secara paksa di UKS." jawab Samuel lalu meminum air mineralnya. Artha terkejut, Elvan seperti itu kah?

"Masak sih kak?" Artha masih tidak percaya.

"Hu'um. Kenapa, loe mau gue cium juga?" Samuel menunjukkan smirk-nya.

Artha mendelik. "Nggak usah, makasih." Artha berbalik lalu pergi kembali ke kelas.

Samuel terkekeh melihat reaksi Artha. Bibirnya bilang tidak mau tapi pipinya memerah seperti kepiting rebus.

"Hormat yang benar!" teriak Samuel.

"Tha, tadi kak Sam nyamperin loe?" tanya Nata kepo setelah Artha sampai di kelas.

"Iya sih, tapi cum--"

"Enaknya jadi loe, para cogan pada mendekat. Rahasia loe apa sih, skincare loe apa?"

"Rahasianya makan es krim." Artha tertawa melihat wajah bingung Nata.

"Emang bisa ya?" tanya Nata konyol.

***

Not AloneWhere stories live. Discover now