chap 2

2.4K 112 1
                                    

CHAPTER DUA

Sesuatu pasti terjadi di panti asuhan. Sesuatu yang genting pasti terjadi di sana. Demi Tuhan! Kalau ini benar-benar ulah Mr. Priceton, ia berniat akan membakar kamarnya atau mengacaukan ruangan di lantai dua. Merusak beberapa furnitur atau melempar lukisan sampai terjatuh ke bawah. Apapun.

Namun, Karle hanya mengigit bibir bawahnya setelah sambungan tertutup. Pikirannya berkecamuk dengan langkahnya pelan. Kepalanya begitu ribut sampai ia tidak menyadari Charlotte mengarahkannya menuju tangga di bagian Utara.

"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Karle seraya mengusap wajahnya. Dia berkeringat, gemetaran namun masih bisa berdiri. Apapun terjadi di panti asuhan, dan jika Mr. Priceton benar-benar berbuat nekat, Karle benar-benar akan mengacaukan. "Char, apakah Tuan sudah berangkat? Apakah dia—"

"Kita akan bertemu Mrs. Jetkins, ingat?" Ia mengulas senyuman tipis. "Tuan sudah menyuruhnya untuk datang." Ia menuruni anak tangga lebar tersebut sedangkan Karle mengikutinya setengah linglung.

Sesosok wanita bertubuh tinggi menyambut mereka. Karle menjabat tangannya karena wanita yang dikenalkan sebagai Mrs Jetkins tersebut telah tersenyum ramah dan mengulurkan tangan. "Hallo, Nona Karleigh."

"Hai."

"Jadi," Mrs. Jetkins mengedarkan pandangannya. "Kau sudah siap untuk berkeliling dan berkebun bersamaku?"

"Apa ... harus? Aku pikir aku tidak dalam ..." Karle mengusap tengkuknya. "Kondisi baik. Apalagi ada sebagi urusan yang aku perlu tuntaskan."

Mrs. Jetkins tetap tersenyum. "Itu bisa menunggu," suaranya jernih sekaligus tegas bersamaan. Dia mengandeng tangan Karle, membungkus telapak tangannya dalam dekapan erat. "Tuan sudah memperintahkan, Nona, kurasa dia benci pemberontak." Dia berbisik pelan.

Karle merenggut pelan, mencoba menarik tangannya namun mereka tetap melangkah bersamaan. "Tapi ... aku tidak mau!"

"Nona."

"Tidak mau!" ulangnya, lebih keras. Wajahnya merah padam, sedangkan tubuhnya memberontak. "Aku bilang ...."

"Kau mau dengar sesuatu?" Mereka berhenti mendadak. Karle mendongak pada wajah Mrs. Jetkins. Dagu lancipnya begitu terlihat jelas. "Keluargaku hidup tenang seminggu yang lalu, sebelum Mr. Priceton datang dan menawarkanku sebuah pekerjaan. Aku enggan, aku pikir ini konyol—bukan hanya kau, Nona. Namun, dia mengancamku, dia bilang keluargaku akan terkena kemiskinan. Terbukti, kami terlunta-lunta dalam dua hari karena orang tuaku mendadak dipecat dari pekerjaan mereka. Alasannya tidak jelas, mereka hanya mengatakan orang tuaku tidak pantas. Padahal, mereka telah bekerja di perkebunan Mr. Priceton nyaris lima tahun lamanya. Dia kejam, tidak berbelas kasih, dan dia tidak menolerasi bentuk perlawanan apapun." Ia menyentakan tangan Karle. "Apalagi dari orang lemah seperti kita."

Karle terkesiap. "Tapi ... bagaimana ..."

"Sekarang jangan bicara lagi, ini bukan pekerjaan yang sulit 'kan?" Ia memasang senyum separuh seraya kaki mereka melangkah bersamaan, menelusuri lantai marmer berkilap, beberapa permadani lebar membentang yang penuh corak-corak rumit.

Karle menundukkan wajah. Bagaimana dengan Mom di sana? Bagaimana dengan keluarganya di sana? Apakah bernasib serupa dengan keluarga Mrs. Jetkins?

"Jadi, Nona, ini adalah ruang tamu keluarga Priceton," gumam Mrs. Jetkins. "Di sini Tuan sering melaksanakan beberapa pertemuan dengan beberapa orang penting, dan juga rekan kerjanya. Pejabat tinggi di negeri ini telah menginjakkan kaki mereka di sini."

hidden desire (2017) ✔Where stories live. Discover now