chap 15 bagian 2

1.1K 65 1
                                    

CHAPTER LIMA BELAS BAGIAN 2

Ini seperti kutukan! Andai saja Karle bisa bertukar jiwa dan tubuh dengan siapapun, pasti dia akan mengajukan diri dari menit pertama Mr. Priceton bersamanya berduaan di dalam kamar. Mr. Priceton untungnya tidak melakukan apapun selain membuat mentalnya ciut. Selama itu, Karle terus berusaha agar bisa mencakar wajah rupawannya.

"Hanya karena kau punya uang dan berkuasa, bukan berarti kau berhak mendapatkanku kembali."

"Aku tidak pernah melepaskanmu, aku hanya membiarkanmu tinggal bersama mereka sedangkan aku tetap memantaumu. Aku mendapat laporan rutin tentangmu—apakah kau mau melihat betapa konyolnya pesta ke tujuh belasmu? Oh, ya, siapa pemuda menyedihkan itu? Aku harusnya meninju wajahnya."

Wajah Karle kontan semerah kepiting rebus. "Apa maksudmu?!"

Mr. Priceton mengulas senyuman. "Aku tahu segalanya, aku mendapatkan segalanya yang aku inginkan, dan urusanmu bukanlah hal yang sulit. Petugas panti itu kesulitan dalam dana, dan kau adalah tambang emas mereka. Selama kau di sana, mereka tidak pernah berhenti mendapatkan dana, dan kau seharusnya berterimakasih kepadaku sekarang."

"Kau..."

"Sama-sama, Sayang. Aku memang murah hati."

Karle mengetatkan rahangnya, dia hendak bergerak tapi Mr. Priceton sepertinya tiadk membiarkan sama sekali. "Setidaknya menyingkir dari atas tubuhku! Apa kau sudah gila?"

"Lihatlah bagaimana kau marah. Saran penting: kau tidak cocok marah-marah, Sayang, kau terlihat makin ... mengairahkan, kau tahu?" Ia terkekeh geli di saat Karle justru hendak mengangkat tangannya tinggi tapi cepat ditangkap oleh pria itu. "Refleksmu yang terburuk. Aku heran, apakah mereka mengajarkanmu caranya bersikap sopan dan manis?"

"Aku tidak bersikap sopan dan manis untuk orang seperti dirimu," tandasnya.

Mr. Priceton menyeringai dalam. "Baiklah."

"Dan aku akan temukan cara untuk pergi dari sini," katanya penuh penekanan. Mr. Priceton hanya mengangguk lamat-lamat sedangkan wajah Karle kian merah padam. Baru kali ini ada yang bersikap buruk dan kurang ajar seperti ini kepadanya, dan ya, dia ingin sekali mencakar wajah pria ini. "Apa ada yang pernah mengatakanmu soal wajahmu?'

"Wajahku yang ... tampan ini?"

Karle memutar bola matanya. "Wajahmu yang menjengkelkan." Dia tidak ingat sejak kapan dia bisa jadi sesinis ini pada seseorang. "Kau orang terlahir yang ingin aku lihat."

"Sangat manis, baby. Aku tersanjung."

*

"Apa maksudnya?" jerit Karle. Seharian ini bagaikan terdapat goncangan besar karena perlakuan Mr. Priceton padanya. Apalagi deretan baju itu sudah tersodor di depan matanya.

"Ini bukan apa-apa."

Karle melipat tangan. "Tapi aku tidak butuh semua ini. Ini berlebihan!" Mr. Priceton menepuk tanganya, mendatangkan seorang pria yang pernah ia lihat. "Elliot?"

"Nona, senang bertemu dengan Anda."

"Apa yang kau lakukan?"

Ellior melirik singkat Mr. Priceton yang bergeming. Dia beralih pada wajah Karle yang dilingkupi kebingungan apalagi alis tebal gadis itu telah bertemu satu sama lain. "Tuan ini meresmikan dirimu sebagai ahli warisnya."

"Apa?"

"Dengan tambahan sedikit kemewahan dan tamu undangan dan sekaligus peresmian pertunangan kita," sambung Mr. Priceton. "Kau tahu bagaimana aku ingin menunjukkan semua ini kan?" Ia merangkul tubuh Karle, berbisik rendah di dekat gadis itu. "Aku akan memperkenalkanmu di hadapan semuanya, bahwa kau satu-satunya keluarga Walace masih hidup."

"Keluarga ... Walace?'

Elliot pun mengangguk. "Orang tua Anda adalah Emillio dan Siena Walace, mereka memiliki sebagian saham bersama Tuan Priceton."

Karle mengerutkan dahinya, menoleh kecil. "Apa kau tidak salah orang?"

"Aku tidak pernah salah mengenalimu, sejak dahulu." Mr. Priceton menarik sebuah senyuman. Karle tidak membalas apapun, dipandangnya lagi deretan gaun-gaun malam beraneka warna bernuansa gelap tersebut. Dia tidak inginkan gaun, atau Hazel, atau nama Walace! Dia hanya mau kembali ke panti!

"Ini tidak benar."

Mr. Priceton terkekeh. "Kau akan tahu nanti."

[]

hidden desire (2017) ✔Where stories live. Discover now