chap 21

1.2K 68 5
                                    

CHAPTER DUA PULUH SATU

Pria berambut cokelat tersebut terduduk di salah satu kursi besarnya. Dia menggengam gelas tinggi berisi wine yang tadi separuhnya sudah ia teguk habis. "Aku ingin kau menyelidiki pria yang tadi itu, jangan sampai ada yang lolos, kau dengar?"

"Baik, Tuan."

Hazel mengembuskan napas, memandang salah satu lukisan yang terpanjang bosan. "Aku tidak mau Karleigh sampai kabur lagi, dan pastikan Jalang itu pun mendapatkan balasannya." Dua anak buahnya cepat mengangguk dan menyingkir dari pandangannya. Hazel meneguk wine-nya perlahan. "Tidak ada yang boleh menyentuh Karleigh apalagi membawanya lari dariku. Tidak ada."

Charlotte muncul tidak berapa lama. "Tuan, Nyonya sudah ada di kamarnya, apa yang harus saya lakukan?"

Hazel meliriknya kecil. "Jaga dia, jangan biarkan dia sampai kabur lagi. Atau .."

"Baiklah, Tuan."

"Dan satu hal, selama aku tidak ada di rumah, kau harus berikan laporan tiap jamnya padaku secara detail." Setelah itu, Hazel pun bangkit seraya berjalan keluar dari ruangan. Charlotte telah menganggukkan kepala sedangkan dia mendekati pengawalnya yang baru masuk. "Kita bisa menemuinya sekarang?"

"Tentu, Tuan." Mobil telah dipersiapkan. Hazel masuk dengan gerakan luwes dan membiarkan pengawalnya menutup pintu limosin tersebut. Tidak berapa lama, Tony sang supir mulai melajukan kendaraan. Letak rumah yang digunakan sebagai tempat 'sekap' itu tidak begitu jauh.

Hazel turun dengan kacamata hitam bertengger di hidung bangirnya. Beberapa krunya ikut turun bersama dengannya. "Buka pintunya, izinkan aku melihat mereka." Nampak beberapa orang yang terikat. Di antaranya masih pingsan namun yang paling berontak justru yang menarik perhatian Hasel. "Lepas penyumpalnya."

Rudolfo terbatuk-batuk sebelum meludahi bagian depan jas Hazel. "Bedebah! Lepaskan Karle sekarang juga! Penjahat gila sepertimu tidak berhak untuknya!"

"Sungguh?" Ia mengeluarkan sapu tangan, mengusap noda menjijikkan yang mengotori setelan mahalnya. "Siapa pula kau yang berhak akan Karleighku?"

"Yang pasti aku bukan pria bejat sepertimu!"

Hazel tertawa. "Kau baru asja membuat masalah dengan pria bejat ini. Dengar, aku bukanlah tipe orang yang senang bernegosiasi tapi," ia menjambak sisi kepala Rudolfo sampai pria itu memekik keras. "Jauhi, Karleigh."

"Argh!"

Hasel menyentakkannya. "Kau tidak tahu apa yang akan aku lakukan kepadamu kalau sampai dia jatuh ke tanganmu, dan kau tahu? Jangan pernah merengek pada Bosmu yang payah itu." Ia melepaskan kepala Rudolfo dengan hentakan. Dia mengusap tangannya dengan sapu tangan lain "Well, aku takjub dengan keberanianmu, namun tidak cukup hanya itu saja."

"Kau tidak pantas menyentuhnya!"

"Kau tidak kenal siapa aku, Tuan," bisiknya pelan," Karleigh akan menjadi milikku dan selamanya akan begitu." Ia mengisyaratkan pada penjaganya untuk kembali menyumpal mulut Rudolfo, yang jelas mendapatkan perlawanan keras. Pria itu menggelepar laksana ikan yang kehabisan air, setelahnya menyentak-nyetak kursi besi yang menjadi tumpuannya. "Aku mau mereka dikawai dengan baik, dan tangkap Janet untuk diserahkan ke depan mataku. Jalang itu salah berurusan dengan Hazel Priceton."

*

Karle terbangun dengan wajah kaku dan kering. Jejak air matanya memang telah mengering namun itu membuat dia ingin menangis lebih keras. Rasanya tenggorokannya ingin berteriak namun dia tidak mau. Alhasil, dia hanya menyandarkan tubuh pada daun pintu dan mulai terisak. Ini neraka! Segala hal di sini adalah kepalsuan dan penuh penderitaan!

Karle melempar beberapa barang, bahkan mengeluarkan seluruh isi lemarinya, beserta kotak-kotak sepatu atau perhiasan hingga luluh lantah. Charlotte masuk, menghentikannya. "Nona, apa yang Anda lakukan, bagaimana kalau Tuan sampai tahu?"

"Aku tidak mau di sini!" Ia mengibaskan tangannya di atasmeja rias, membuat segalanya jatuh ke lantai. "Aku benci di sini!"

"Tenanglah diri Anda."

"Dia itu monster!"

Charlotte masih menahan pinggang Karle. "Tidak, Nona, tidak. Dia menjaga Anda, dia selalu menjaga Anda seperti yang sudah-sudah. Apa Anda tahu apa yang akan terjadi kalau beliau tidak ada?" Karle mengusap matanya yang basah. "Anda akan mati, Nona. Dia berkorban banyak demi Anda. Kematian orang tua Anda adalah yang paling ia sesali."

Karle meringis. "Apa yang ia tahu soal mereka?"

"Mereka adalah mantan pekerja di sini, bodyguard khususnya, dan mereka meninggal karena membela Tuan. Tuan begitu menyesal, Anda tahu, dia habiskan hidupnya dalam penderitaan dan luka. Bahkan dia tidak rela saat harus melepaskan Anda."

"Bagaimana—" Suara Karle serak nan parau. "Aku bisa percaya kepadamu?"

"Saya tidak akan pernah berbohong pada Anda, Nona. Itu kenyataannya." Karle hanya menatap singkat sebelum kembali memberontak.

"Biar aku yang mengurusnya, Charlotte." Mrs. Jetkins masuk seraya menahan bahu Karle, membuat mata mereka bertemu. "Kita harus bicarakan ini, oke? Tenangkan dirimu dahulu, Nona."

*

Rumah ini bagaikan saksi bisu. Karle menundukkan wajah, dia hanya bisa mengigit biirnya dalam sementara Mrs. Jetkins mulai terduduk di hadapannya. Mereka berada di ruang tengah lantai dua, karena Karle masih belum stabil. "Aku ingin bicara padamu, Nona. Ini tidak seburuk kelihatannya. Kendalikan dirimu."

"Aku ingin pulang."

"Di sinilah tempatmu. Tuan dan Nyonya Wallace telah menyerahkanmu pada Mr. Priceton, dan aku yakin mereka tidak salah karena itu," jelasnya. Karle menggeleng keras. "Aku mengenal orang tuamu, aku ingat sekarang. Karleigh Jane Wallace. Aku mengenalmu, aku tahu kau."

"Omong kosong!"

Mrs. Jetkins berdecak. "Tidak. Kau harus dengarkan aku sekarang." Sementara Mrs. Jetkins tetap memandanginya, Karle mulai memalingkan wajah. "Aku tahu kau membencinya, aku tahu kau muak—"

"Kau seharusnya ... tidak mengatakan aku harus di sini," gumam Karle.

"Tapi kau harus dengarkan aku, Mr. Priceton memang buruk. Kau bisa sebut dia kejam atau bahkan bajingan, tapi sebenarnya dia melindungimu. Banyak sekali yang mengincar hidupmu, Nona Karleigh. Kau bukanlah Karleigh kau pikir sebelumnya, kau adalah Karleigh Wallace dan itu—"

Karle memasang tampang piasnya. "Apa artinya semua itu?"

"Kau dalam bahaya, sayang. Kau adalah putri emas yang mereka cari, mereka menginginkan segalanya darimu. Harta warisan orang tuamu hampir setara dengan beberapa banyak saham dan juga resort mewah. Mereka menyiapkan untukmu."

"Lalu?"

"Mr. Priceton yang mereka pilih untukmu. Pria itu adalah pria yang sama seperti yang kau temui waktu dahulu, dan dia adalah pria yang tepat untukmu."

Karle hanya menelan kekesalannya dalam-dalam. Segalanya tidak masuk akal! Mengapa semua orang terus begini? Namun Karle mulai tenang. Dia hanya terdiam beberapa saat.

"Kau ingat apa? Mr. Priceton nyaris mati hanya karena membawamu pergi kemari. Dia mempertaruhkan segalanya untukmu. Kau ingat sepuluh tahun lalu? Pertama kali kau pulang dari rumah sakit dan dibawa ke panti? Kau bisa ingat sebelum kekacauan itu?"

[]

hidden desire (2017) ✔Where stories live. Discover now