2 - Anak Lainnya?

19.2K 1.1K 72
                                    

Baru hari pertama Geng Rascal masuk sekolah, tempat duduk dibagian tepi dekat jendela dan pintu itu sudah ribut. Kerjaan mereka cuma ngobrol, bercanda dan lain-lain. Saat guru memberi tugas, mereka malah bercanda.

Sekarang jam pelajaran terakhir. Pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar. Sejujurnya, 78% manusia di Indonesia pasti tidak suka belajar. Itu membosankan, kan? Mereka cuma datang ke Sekolah biar dapet uang jajan. Selebihnya, berkumpul dengan teman-teman.

Kalau cewek, biasanya mungkin emang niat belajar. Tapi, 70% lebih asik ngegibah, kan?

Kelas 10 itu, kelas awal. Masih ada kelas 11 dan kelas 12 sebagai Senior. Yang lainnya mungkin akan tunduk pada kakak kelas mereka masing-masing sebagai tanda hormat. Tapi, tidak bagi Geng Rascal. Mereka ga bakal menghormati siapapun kecuali kedua orang tua mereka sendiri, dan guru-guru sekolah.

Pak Fredy selaku guru pelajaran Komputer dan Jaringan Dasar mulai sebal karena Geng Rascal itu berisik, banget.

Entah ngomongin apa. Yang pasti, mereka ngomongin hal yang ga penting.

"Yang namanya Arsen, siapa?" tanya Pak Fredy.

Tidak ada yang menjawab. Anak murid lainnya diam, kecuali ke 7 orang itu yang masih bercanda disana.

"Arsen?"

"Arsen Raditya Arkharega?"

Masih tidak ada jawaban. Dan kali ini, raut wajah Pak Fredy agak sedikit berubah. Mungkin, kesel?

"ARSEN RADITYA ARKHAREGA!"

Ke 7 Laki-laki itu akhirnya menoleh bersamaan.

"Apaan?" tanya Arsen, reflek.

"Apanya yang apaan?"

Arsen tidak sadar, ia kira murid lain yang memanggilnya. Jadi, laki-laki itu menatap seisi kelas. "Siapa yang manggil?"

Beberapa anak-anak lainnya memberi kode kalau yang manggil dia itu Pak Fredy. Tapi Arsen terlalu bodoh buat memahami kode kayak gitu.

"Saya yang manggil. Kamu, Arsen?"

Akhirnya Arsen menoleh ke arah Pak Fredy. Pria bertubuh tegap itu tengah memandangnya dari meja guru.

"Oh, iya." sahutnya, singkat.

"Kamu duduk sendiri?"

"Hooh."

"Apaan hooh? Jawab yang bener." protes Pak Fredy. Pria itu kesal karena baginya, Arsen tidak sopan.

"Iya nih pak. Bapak mau nemenin? Haha!"

"Masih kelas 10 aja udah kurang ajar banget. Heran sama murid baru jaman sekarang ya, ck ck ck." keluh Pak Fredy, ia kembali fokus mengisi buku agenda kelasnya.

"Terus dia manggil lu buat apaan?" tanya Ganang.

Arsen menoleh, "Audah."

"Udah manggil pake teriak-teriak, tapi kagak jelas." protes Aldo, dengan nada berbisik.

Arsen hanya menggidikkan bahunya, tanda bahwa ia nggak tau apa-apa. Kemudian ia membenarkan posisi duduknya yang semula menghadap belakang jadi menghadap ke depan.

Jam pelajaran itu habis pukul 12.20 dan diakhiri dengan bel pulang yang berbunyi keras. Baru saja bel berbunyi, sorakan bahagia dari murid-murid setiap kelas sudah terdengar. Dasar, anak-anak.

Kegiatan yang sudah biasa dilakukan disaat bel pulang sekolah berbunyi yaitu membereskan alat tulis dan buku, kemudian berdoa dan pulang. Mainstream.

Entah norak atau apa, tapi saat Geng Rascal baru saja turun dari lantai atas dan berada ditengah lapangan, segerombolan murid-murid perempuan langsung menyerbu mereka layaknya takjil dihari puasa.

ARSEN (END)Where stories live. Discover now