43 - Tragedi tragis

5.3K 390 4
                                    

Ganang duduk dibangkunya, dengan seorang gadis yang duduk manis diatas pangkuannya sambil mengayun-ayunkan kakinya dengan menggoda. Ganang memeluk gadis itu dari belakang dengan erat sedangkan gadis itu hanya menikmati setiap sentuhan hangat yang Ganang berikan.

Laki-laki itu menatap Arsen. Arsen selalu diam semenjak Ganang menceritakan kejadian tadi pagi, saat ia pergi ketoilet dengan Gazza.

Seorang gadis berambut hitam curly yang tampak indah itu baru saja melayangkan tamparan keras diwajah seorang laki-laki dihadapannya. Gadis itu harus mendongak untuk menatap wajah laki-laki yang lebih tinggi daripada dirinya itu.

"DENGER YA! MULAI HARI INI, DETIK INI JUGA, GUE SAMA LO, PUTUS! GUE GA SUKA SAMA LO, LO CUMA SAMPAH! LO DENGER GUE? GUA CUMA MAININ LO DOANG! GUE GA PERNAH SUKA ATAU SAYANG SAMA LO, CAM KAN ITU BAIK-BAIK YA. GANTENG, GA BIKIN GUE LULUH DAN BERTEKUK LUTUT DIHADAPAN LO!" teriak gadis itu dengan lantang sambil mengacungkan jari telunjuknya dihadapan wajah laki-laki itu.

Laki-laki itu hanya diam saja, walau ia habis ditampar, ia tak merasakan apapun. Tatapannya menghunus gadis itu namun gadis itu berpura-pura baik-baik saja dan menyembunyikan keadaannya yang sebenarnya.

Agar gadis itu tak malu, ia lebih dulu pergi meninggalkan laki-laki itu sendirian ditengah lapangan sebelum laki-laki itu yang pergi lebih dulu.

Laki-laki itu menatap punggung gadis itu, "Tuh cewek, nampar atau ngelus sih? Ga sakit.." Batinnya, ia tersenyum kemudian ikut pergi dari sana sementara puluhan bahkan ratusan orang mengelilingi lapangan dan menyaksikan semua kejadian itu.

Arsen membuyarkan lamunannya, ia baru saja mengingat kenangan lamanya dengan Kiara. Sampai sekarang ia masih tidak paham. Jika gadis itu tidak menyukainya, kenapa ia merindukannya?

Ia mengusap wajahnya dengan kasar kemudian bangkit dan pergi begitu saja. Ganang hanya menatap laki-laki itu tanpa bicara apapun.

Arsen pergi ketoilet dan masuk kedalam toilet yang sepi itu. Laki-laki itu terus melamun sepanjang kegiatannya membuang air kecil.

Laki-laki itu segera kembali ke kelas setelah dari toilet. Namun langkahnya terhenti diambang pintu saat seorang gadis tiba-tiba muncul dan mencium dirinya, tepat di bibir.

Saat ini, waktu seperti membeku. Arsen terdiam, semua isi kelas itu terdiam menyaksikan kejadian itu.

Mata laki-laki itu membulat sempurna. Menatap gadis yang baru saja mencium dirinya, tepat di bibir.

Angel, murid kelas 10, salah satu murid yang merupakan anak berkebutuhan khusus yang selalu berbuat semaunya dan merepotkan guru-guru disekolah itu. Tingkahnya seperti gadis gila namun entah mengapa gadis itu bisa bersekolah disekolah itu.

Gadis itu sudah banyak membuat masalah, mulai dari pergi ke kantin saat jam pelajaran. Pergi ke kelas lain saat kelas itu ada guru. Membiarkan air diwastafel menyala sampai banjir. Dan masih banyak lagi.

Gadis itu tak pernah menyinggung Arsen. Begitupun juga sebaliknya. Namun entah sejak kapan gadis itu datang ke kelasnya dan tiba-tiba mencium dirinya.

Waktu seakan tak akan pernah kembali jalan sebelum akhirnya Arsen melotot pada gadis itu, tatapannya memancarkan kemarahan yang belum pernah orang lain lihat dalam diri Arsen.

Dan kurang dari 1 menit, berita itu menyebar disatu sekolah. Arsen, laki-laki pujaan puluhan murid perempuan, mendapatkan first kissnya dari seorang gadis yang merupakan anak berkebutuhan khusus.

Gadis itu hanya menyeringai dan tersenyum lebar seolah tak ada apapun yang terjadi. Puluhan murid disekolah ini tak menyukai sikap gadis itu namun apa boleh buat, ia hanyalah anak berkebutuhan khusus yang bertingkah layaknya orang gila, begitu pikir orang-orang.

Mereka tak tau apa yang diderita Angel. Yang mereka tau adalah, Angel tak bisa dimarahi. Karena jika dia dimarahi, itu akan berpengaruh pada kejiwaannya. Itulah alasan mengapa sebanyak apapun dan sebesar apapun kesalahan yang ia perbuat, ia tak pernah mendapat omelan atau sekedar ganjaran.

Orang-orang berpikir, itu akan berbeda jika urusannya dengan Arsen. Namun kejadian yang terjadi, sangatlah mengejutkan.

Arsen hanya menghentakkan kakinya dengan kesal kemudian mengusap-usap bibirnya dengan kencang dan kembali duduk ditempat duduknya seolah tiada apapun yang terjadi.

Gadis itu juga langsung pergi sambil tersenyum lebar seolah tidak ada apapun yang terjadi. Arsen melakukan itu bukan tanpa alasan. Walau harga dirinya baru saja dijatuhkan, ia tetap harus menahan emosinya.

Karena jika tidak, mungkin gadis bernama Angel itu sudah Arsen lempar keluar jendela. Walau gadis itu matipun, Arsen tak peduli. Karena jika mati, tinggal dikubur saja, begitu pikir Arsen.

Arsen berusaha tampak tenang namun Gazza bisa melihat kegelisahan dimimik wajah temannya itu. Setiap menit, setiap detik, Arsen selalu menanyakan hal yang sama pada Gazza. "Gua ceritain ke Lova ga ya? Lova bakal marah ga ya?" pertanyaan yang sama selalu ia ucapkan seolah-olah ia takut ketahuan telah melakukan dosa besar.

Gazza, Ganang, Bagas, Aldo, Micho dan Adit berusaha menenangkan kegelisahan laki-laki itu disaat anak-anak lainnya malah berbisik dan membicarakan kejadian tragis itu.

Jika Arsen tak menahan diri, anak-anak itu mungkin tidak akan bisa melihat matahari terbit lagi esok pagi.

Kabar itu menyebar dengan cepat. Anak-anak menatap Angel dengan tatapan benci bercampur sinis setiap gadis itu melewati koridor sekolah. Namun tak ada yang berani menindas gadis itu karena ia dilindungi oleh hampir semua guru disekolahan itu.

Tatapan benci menghunus Angel terang-terangan namun gadis itu tak berhenti tersenyum karena memang ia tak paham dengan keadaan sekitarnya. Sikapnya sama persis seperti anak usia 5 tahun disaat usianya sudah menginjak 15 tahun.

Tragedi tragis hari ini, tak pernah Arsen lupakan. Ia mengingat wajah Angel, kapanpun.

Dan disaat wajah Angel muncul dipikirannya, api yang membara kembali membakar hati dan perasaannya. Namun ia belajar mengontrol emosinya itu. Tapi ia tak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia membenci gadis yang bernama Angel.

Oh, bukan benci..

Tapi, sangat sangat sangat sangat membencinya. Bencinya telah meresap sampai ketulang. Bahkan jika gadis itu berlutut dan mencium kakinya, Arsen tak akan pernah memaafkan gadis itu seumur hidupnya.


ARSEN (END)Where stories live. Discover now