4 - Hari Kesialan Arsen!

11.7K 856 7
                                    

Arsen berdiri sendirian ditoilet laki-laki. Ia membuka pakaiannya serta baju dalamnya, kemudian mengelap tubuhnya yang lengket dengan sapu tangannya yang telah ia basahkan.

Laki-laki itu benar-benar jijik pada dirinya sendiri. Tubuhnya lengket dan bau teh manis sehingga ia terus menggosok tubuhnya berkali-kali hingga akhirnya tubuhnya sudah tak lengket.

Arsen kembali mengenakan semua pakaiannya. Kemudian ia membasuh wajahnya di wastafel sembari menatap bayangan dirinya sendiri di cermin.

Kenapa ia selalu merasa dirinya jelek? Tapi kenapa orang-orang melihatnya sebagai orang yang tampan? Ia juga bingung.

Laki-laki itu segera melangkah keluar dan hendak kembali ke kelasnya. Namun sebelum ia tiba di kelasnya, bel istirahat sudah lebih dulu berbunyi.

Ia tersenyum kemudian bersender di dinding dekat kelasnya. Ia yakin, ke 6 temannya itu akan datang. Ditambah 1 orang anak baru itu, si Harry Potter. Sekarang, mereka ber 8.

Dan ternyata, benar saja. 7 orang itu baru saja keluar dari kelas sebelum akhirnya mereka berhenti karena mereka menyadari bahwa Arsen tengah menatap mereka.

"Hai abang, ganteng deh." Gazza mengedip-ngedipkan matanya pada Arsen.

Arsen hanya bergidik jijik, "Mau kemana lu? Siapa yang ngajak Harry Potter?"

Ganang, Gazza, Adit, Micho, dan Bagas langsung menatap Aldo.

"Solid guys." ucap laki-laki itu kemudian ia menyengir.

Arsen melangkah melewati teman-temannya itu kemudian langsung merangkul Verdo dan setengah menyeret laki-laki itu menuju kantin lebih dulu.

Seperti pada umumnya, kantin memang selalu ramai. Dan tempat duduk selalu ramai lebih dulu. Padahal sepertinya bel istirahat baru saja berbunyi. Kenapa sudah penuh?

Entahlah Arsen yang tidak peka atau apa. Tapi ia tidak menyadari bahwa hampir semua murid di Kantin itu menatapnya.

Bayangkan saja. Tinggi, tampan, putih, manis, siapa yang tidak tertarik walau hanya untuk menoleh kearahnya? Sayangnya, ia terlalu pelit ekspresi dan jarang tersenyum.

"Penuh, Ry." ucap Arsen, kecewa.

Verdo mendongak, menatap Arsen yang lebih tinggi daripada dirinya, "Ry?" ia menatap Arsen dengan tatapan polosnya.

"Harry."

"Nama aku Verdo, bukan Harry."

"Tapi lu mirip Harry Potter." sahut Micho, tiba-tiba.

Verdo hanya menoleh sekilas. Ia diam saja. Sebenarnya, siapa sih orang-orang ini? Pertama, laki-laki yang bernama Arsen ini memaksa dirinya untuk duduk bersamanya. Kedua, saat orang lain yang bersalah, ia malah mengakuinya sebagai kesalahannya. Ketiga, sekarang Arsen merangkulnya dan menyeretnya ketempat ramai.

Sesungguhnya, Verdo tidak pernah suka berada ditempat ramai. Ia lebih suka sendirian dikelas.

Arsen berjalan mendahului Verdo dikarenakan jalanan yang akan mereka lalui sangatlah sempit, hanya muat satu orang saja. Ditambah lagi, kanan kiri mereka adalah lapak orang berjualan.

Laki-laki itu berjalan ditengah-tengah 2 baris meja tempat orang yang sedang menikmati makanan mereka masing-masing.

Mereka melewati semua itu dengan sangat hati-hati karena suasana yang ramai sebelum akhirnya seseorang yang duduk didepan Arsen, bangkit dan berbalik kemudian menabrak tubuh laki-laki itu.

Es teh. Lagi-lagi, tubuhnya tersiram es teh. Ia mendongakkan kepalanya, menatap seorang gadis yang menabraknya dan menumpahkan es teh ke seragamnya lagi. Kenapa hari ini, Arsen Raditya Arkharega sangat-sangat sial?!

"Lu, bosen hidup?" Arsen menatap gadis itu dengan tajam.

Gadis itu hanya mematung, menatap Arsen dengan tatapan lugu.

Arsen meringis kesal, ia menyeka pakaiannya yang basah. Kemudian, ia berbalik menatap teman-temannya. "Mood makan gua ilang, sumpah."

"M-maaf, gue ga sengaja." gadis itu menatap Arsen dengan tatapan takut-takut.

Arsen merebut gelas es teh milik gadis itu kemudian menumpahkan seluruh sisa es teh digelas itu ke kepala gadis itu.

Gadis itu terdiam, mematung. Air dingin itu mengalir membasahi tubuhnya, seragamnya basah, rambutnya lengket, wajahnya lengket. Gadis itu mendongak, menatap Arsen dengan tatapan kesal.

"Sorry, gua ga sengaja." Arsen menekankan setiap kata dalam ucapannya kemudian ia mengembalikan gelas yang sudah kosong itu pada tangan gadis itu.

Laki-laki itu mendorong gadis itu dengan kasar kemudian pergi begitu saja meninggalkan teman-temannya tanpa peduli pada setiap orang yang sedang menatapnya saat itu.

~~~

Lagi-lagi, ia kembali ke toilet. Mengelap tubuhnya yang lengket seperti yang sudah ia lakukan sebelumnya. Ia benar-benar geram. Bahkan ia menatap pantulan dirinya sendiri di cermin dengan tatapan kesal.

Hari ini, banyak orang-orang menyebalkan. Seragam laki-laki itu pun menjadi kotor dan lengket. Ia bisa gila kalau setiap hari selalu begini.

Ia melempar sapu tangannya ke sembarang arah kemudian mengenakan kembali pakaiannya dan pergi dari sana dengan kesal.

Laki-laki itu kembali ke Kelas. Ternyata, teman-temannya sudah duduk manis di Kelas, menunggunya kembali.

"Hei, Arsen!" sapa Aldo.

Ke 6 orang itu langsung bangkit dan menghampiri Arsen yang kini sudah duduk dibangkunya dengan ekspresi dan tatapan kesal.

"Badan lu bau teh manis, anjir." seru Bagas, ceplas-ceplos.

Micho, Ganang, Gazza, Aldo, Adit dan Arsen langsung memelototi laki-laki itu sedangkan laki-laki itu hanya nyengir ga jelas.

"Gila, sial banget gua hari ini. Baju gua kotor semua lagi." ucap Arsen, laki-laki itu melihat tubuhnya sendiri.

"Mereka tuh kayaknya pada sengaja ga sih?" tanya Micho. 7 dari mereka langsung menoleh kearahnya, tak terkecuali Verdo.

"Sengaja gimana maksud lu?" Arsen bertanya balik.

"Ya sengaja numpahin es tehnya ke lu. Kan ga ada yang tau.. Bisa aja cewek itu disuruh sama Vito atau Rendi yang dendam sama ucapan lu kan? Ga ada yang tau..." jelas Micho dengan nada ragu, ia mengangkat kedua bahunya.

Arsen terdiam sesaat, ia meratapi nasib seragam ditubuhnya, "Okay. Nanti pulang, jangan pulang dulu." ucapnya kemudian duduk membelakangi teman-temannya.

"Mau kemana?" tanya mereka serempak, kecuali Verdo yang sedari tadi diam saja. Lagipula, ia tidak termasuk kan?

Arsen menoleh sekilas, "Liat aja nanti.." ucap dia, kemudian tersenyum.

Verdo diam saja, menatap Arsen yang duduk disampingnya dan seketika tampak bahagia. "Aku ga termasuk, kan?" tanya laki-laki itu, ragu.

Arsen menoleh ke arah Verdo, "Mulai hari ini, lu jadi salah satu diantara kita. Jadi apapun yang kita lakuin, harus sama-sama."

"Kenapa harus?"

"Karena..." Arsen memberi jeda. "Kita temen, kan?"

Verdo mengangguk-angguk, matanya masih menatap manik mata Arsen. "Terus memangnya mau ngapain?"

"Ngelakuin sesuatu yang menarik. Lu pasti belom pernah, cobain sekali-kali, seru deh!"

"Sesuatu yang menarik.." Verdo mengalihkan pandangannya dari tatapan Arsen, "Selain belajar dirumah, ga ada sesuatu yang menarik sih biasanya."

"Makanya jangan homeschooling mulu, ga kesepian apa lu?" tanya Arsen. Ia duduk menghadap ke papan tulis didepan, begitupun dengan Verdo.

Verdo menggeleng, Arsen hanya melirik sosok laki-laki itu melalui ekor matanya. Hidup Verdo sangat membosankan bagi seorang Arsen...


ARSEN (END)Where stories live. Discover now