44 - Setidaknya, bertahan

6K 419 29
                                    

Arsen berdiri dihadapan Lova. Laki-laki itu tak berani mengangkat kepalanya dan menatap mata Lova. Kabar itu memang sudah sampai ditelinga Lova namun gadis itu ingin Arsen yang memberitahunya sendiri tentang hal itu. Ia tak ingin dengar dari orang lain.

"Maafin aku. Kamu ga marah kan?" laki-laki itu masih menunduk, tak berani menatap wajah pacarnya itu.

"Hm."

Laki-laki itu mengerucutkan bibirnya, walau Lova tak dapat melihat ekspresi menggemaskan laki-laki itu.

"Udah, gapapa." gadis itu mengusap puncak kepala Arsen.

Arsen mengangkat kepalanya, menatap gadis itu dengan tatapan berbinar, "Benelan?" ucapnya, sok imut.

"Iya, om mesum."

"Ih gak mesum!" laki-laki itu mengerucutkan bibirnya.

Arsen memang tak malu bersikap seperti anak kecil dihadapan Lova. Bagi Lova, Arsen adalah laki-laki yang berbeda dengan yang lainnya. Dia menggemaskan.

Laki-laki itu memeluk Lova dengan manjanya, "Jangan marah ya. Nanti aku nangis."

"Iyaiyaa, cengeng."

"Huh!"

Laki-laki itu memeluk Lova, mereka berdua duduk dikelas yang sepi itu karena murid-murid lainnya sudah pulang. Bel pulang memang sudah berbunyi sejak tadi tapi Arsen dan Lova masih menghabiskan waktu bersama-sama dikelas itu.

"Besok kan minggu.. Aku mau lari pagi ya?" tanya gadis itu, bermaksud untuk meminta izin terlebih dahulu.

"Sama siapa?"

"Temen."

"Cewe? Cowo?"

Jika membahas soal pergi atau apapun, Arsen mendadak berubah menjadi dingin. Semenjak kejadian itu, ia berubah menjadi sosok yang sangat posesif. Ia tidak suka jika miliknya sampai disentuh orang lain.

"Cewe semua kok." sahut gadis itu, sembari tersenyum tipis.

"Yaudah terserah kamu aja." balas laki-laki itu, acuh.

Sebenarnya, ia kurang suka. Tapi bagaimanapun juga, tak mungkin jika ia terus mengekang gadis itu. Lagipula setiap kali ia dibohongi, ia selalu gampang percaya lagi. Tapi kali ini ia yakin, Lova tak akan berbohong.

"Sayang..?" Lova mengelus wajah laki-laki yang sedang bersender dipundaknya itu namun Arsen tak menjawab, ia hanya diam. "Marah?"

Arsen menggeleng pelan.

"Jujur."

Kali ini, Arsen mengangguk pelan. "Aku ga suka."

"Ya kamu gamau ikut, masa aku ga boleh keluar buat lari pagi doang? Aku cape dikekang terus, kemana-mana ga boleh. Mending jadi patung aja." balas gadis itu, sedikit agak kasar.

Arsen terdiam sesaat kemudian merebut ponsel gadis itu. Ia membuka grup yang isinya hanya gadis itu dengan orang-orang yang akan ikut jogging besok.

"Ini ada 2 cowo. Kamu bilang, cewe semua?" laki-laki itu menunjukkan ponsel milik gadis itu sendiri. Terpampang 2 nama teman laki-lakinya di grup itu. Nathan, dan Rio.

"Ya aku gatau. Awalnya emang cewek semua terus mereka mau ikut jadi ya sekalian." sahut gadis itu cuek.

"Terus kamu tetep maksa ikut sampe boong sama aku, gitu?" laki-laki itu mengerutkan dahinya sambil menatap gadis itu.

"Ya aku bosen dirumah terus. Kemana-mana ga boleh."

"Kan bisa sama cewek aja!"

"Ya aku gatau." gadis itu merebut ponselnya yang ada ditangan Arsen. Laki-laki itu membuang muka.

ARSEN (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ