27 - Kanaya

5.3K 446 3
                                    

19 Agustus 2018. Tanggal dan hari terindah bagi seorang Arsen. Padahal awalnya ia sudah putus asa dengan perasaannya. Tapi untunglah gadis bernama Lova itu sudah putus dengan pacarnya itu.

Laki-laki itu masuk kedalam rumahnya sambil tersenyum manis. Ia baru saja kembali setelah mengantar pacarnya pulang.

"Arsen?"

Laki-laki itu menoleh saat mendengar suara seorang wanita yang memanggilnya, "Iya, ma? Kenapa?"

"Kamu bisa jemput Kanaya, kan? Naya pulang jam 4 sore." sahut Carmilla.

"Jam 4?" Arsen menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, "10 menit lagi." lirihnya, ia menoleh pada Carmilla, "Kenapa harus aku? Kan bisa suruh Suhan, dia kan abangnya."

"Lalu kamu siapanya? Kamu kan juga abangnya."

"Iya, tiri."

"Tetep aja ga ada bedanya."

"Ada lah. Kandung itu ada hubungan darah, kalau tiri nggak."

"Jangan jawab mama!"

Arsen diam, ia menatap Carmilla, wanita itu tampak kesal.

"SMP Merah Putih, bisa jemput dia kan, Rega?"

Arsen mendesah lelah, "Kenapa harus aku? Aku baru pulang, udah disuruh pergi lagi?"

"Kamu ga bisa bantu mama?" wanita itu mengerutkan dahinya sambil menatap Arsen. Putranya itu hanya diam saat wanita itu melangkah perlahan menghampiri dirinya. "Kalau kamu ga bisa bantu mama, buat apa kamu hidup? Ga guna, kan? Mending kamu tabrakin diri kamu ke tiang listrik sampe mati. Percuma kan kamu hidup, ga guna."

Arsen masih diam, ia menatap kedua manik mata Carmilla dan disaat itu juga, hatinya memanas seperti terbakar.

Laki-laki itu langsung berbalik tanpa menyahut ucapan Carmilla. Ia berlari keluar rumah dan beberapa saat kemudian, Carmilla bisa mendengar suara deru mesin motor yang semakin lama semakin menjauh.

Arsen tidak fokus pada jalanan, pikirannya kacau. Emosinya kembali memuncak hanya karna wanita itu. Sudah bagus dia pergi, kenapa harus kembali bersama anak-anak tirinya?

Arsen menghentikan motornya dikalangan sekolah SMP Merah Putih. Didepan gerbang sekolah itu, sudah banyak orang tua yang sedang menunggu anak-anaknya pulang. Ada juga tukang ojek online yang menunggu kliennya sembari duduk diatas motor mereka masing-masing.

Arsen menuruni motornya, ia menatap kedalam sana. Kenapa ia harus menjemput Kanaya disaat dia saja tidak tau dimana kelas gadis itu, kapan gadis itu pulang. Dan yang terpenting, apakah gadis itu tau bahwa Arsen menjemputnya?

Bagaimana jika Arsen menunggunya tapi ternyata gadis itu tidak tau dan pulang duluan? ARRGGHHH!

Arsen mengerang kesal saat ribuan pikiran negatif mulai menyerang dirinya. Tanpa ia sadari, orang-orang disekitarnya mulai menatap kearahnya. Bagaimana tidak, ia mengerang dengan cukup kencang.

Laki-laki itu memejamkan matanya sebentar, meredakan rasa malunya. Kemudian ia melangkah masuk kedalam area sekolahan yang cukup besar itu.

Belum ada satupun murid yang terlihat, sepertinya bel masih belum berbunyi. Berapa lama lagi ia harus menunggu?

"ABAANGGG!"

Arsen berbalik dengan cepat saat seorang gadis memanggilnya sambil menepuk kedua pundaknya, Arsen meringis kesal saat mendapati gadis itu adalah Kanaya, adik tirinya.

"Kok abang yang jemput?" gadis itu menatap Arsen dengan tatapan curiga.

"Gamau? kalo gamau yaudah, pulang naik ojol aja lu."

ARSEN (END)Where stories live. Discover now