🌜21. Awal Segalanya.🌛

31.7K 2.4K 110
                                    

Patah hati itu biasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Patah hati itu biasa. Selanjutnya hanya berharap, semoga nantinya hati ini jatuh sedalam-dalamnya kepada dia yang tidak biasa.

-Algifary-

¶¶¶

Pagi ini seperti biasa. Hidup Disya sangat jauh dari kata istimewa. Begitu keluar menuruni tangga di teras depan, heran menyerang karena mendapati seorang pria baya tak dikenal.

"Siapa, ya?"

Pria baya yang sedang mengelap kaca depan mobil Disya tersenyum sopan. "Perkenalkan nona, saya Abdi. Sopir pribadi nona Disya. Saya mulai bekerja hari ini atas perintah nyonya besar."

Deg.

Apa maksudnya?

Begitu sibuk bergolak pikiran, semuanya terjawab oleh pesan masuk yang baru sampai.

From: Mama.

Saya tidak mau nama baik saya tercoreng hanya karena bocah liar seperti kamu. Terlalu bebas dan murahan karena sering keluar malam!

Senyum di bibir Disya merekah. Tak peduli ada berapa banyak rentetan kalimat hinaan dalam teks itu, hanya satu hal yang Disya tangkap; Mamanya masih peduli.

"Anterin saya ke sekolah, Pak."

¶¶¶

Berdiri di depan pintu, dengan tatapan nanar. Kalian pasti tahu dia siapa? Bicara memang adalah hal termudah. Kalimat Naufal itu benar adanya.

Algi tidak tahu persis kenapa hatinya masih terus terasa diremas melihat Inara dan Galins sedang berdua dan tertawa.

"Kalau Lo mau, gue bisa bantu untuk pisahin mereka. So, Lo gak perlu munafik sama perasaan Lo sendiri." Disya menyilangkan tangan di dada. Berdiri dengan angkuh dari belakang Algi. Waktunya menjadi penghasut dimulai.

"Siapa, ya?" ujar Algi sarkastis, menaikkan sebelah alisnya. "Perusuh bukan?"

Dengan senyum liciknya, Disya memasang ekspresi santai. "Gue tau kali, Lo mengorbankan perasaan Lo hanya demi persahabatan Lo sama Galins. But, you can see that. Sahabat Lo itu ngerebut cewek yang Lo suka. Thats friend? Really?"

Algi mendengus, kemudian memilih berlalu. Ke kantin lebih tepatnya, mungkin di sana ia akan menyumpal mulut Disya dengan mangkuk bakso.

Tak ingin menyerah begitu saja, Disya mengekor di belakang Algi. "Kalau Lo mau, gue bisa bantu Lo dapetin cew—"

Warm In The Arms ✔Where stories live. Discover now