🌜56. Happy Valentine!🌛

33.1K 2.6K 473
                                    

Dan semenjak kamu selalu di sini, kebiasaan baruku hanyalah merindu kala jarak memberi ruang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan semenjak kamu selalu di sini, kebiasaan baruku hanyalah merindu kala jarak memberi ruang.

-Ladisya-

¶¶¶

Rindu tinggalah rindu bila tak berujung temu, karena sejatinya siksaan si pecinta adalah bentangan jarak antara mereka.

Cinta juga tinggal cinta bila tak ada pembuktian. Sebab semua orang bisa bicara, namun hanya setengahnya yang bisa memberi bukti.

Seringkali kita menutup mata akan kesalahan seseorang, dengan dalih menerima apapun yang ia lakukan. Tanpa disadari, memberi kesempatan untuk dikecewakan berkali-kali.

Menutup telinga dari fakta, beralasan bahwa hanya orang itu yang kamu percaya, bukan asumsi mulut orang lain. Berkesempatan untuk dibohongi lagi dan lagi.

Atau, menutup hati dari yang bisa menarikmu untuk tidak terjerat ilusi perasaan. Klasik. Kamu setia dan berdiam dalam hampa. Iya.

Serta kini tidak ada kata yang lebih tepat untuk disematkan kepada Disya karena memiliki Algi selain beruntung. Algi yang manis dan sabar. Algi yang terlalu hebat bisa membuat Disya tak ingin melirik yang selain dirinya.

Disya tersenyum cerah melihat ninja merah itu akhirnya berhenti tepat di depannya. Senyum gadisnya menular, Algi menstandar motor namun belum memilih turun. "Selamat pagi,"

"Pagi juga. Kamu ga apapa bawa motor?" tanya Disya menilik cowok jangkung itu.

Algi mengangguk sambil tersenyum. "Udah pulih seratus persen."

"Yakin?"

Sekarang Algi terkekeh. Turun dari motornya kemudian menjepit hidung Disya. "Yakin, sayang. Udah gapapa."

Disya memberengut menyingkirkan tangan Algi yang berakhir digenggam. "Sakit, Al!"

Cup!

"Nah, masih sakit, gak?" tanya Algi setelah mengecup kecil pucuk hidung Disya. Cengengesan saat Disya melotot padanya.

"Apaan sih, ih!" sembur Disya menoyor pipi Algi membuat pemuda itu tertawa kecil.

"Yang dikecup idungnya, kenapa yang merah malah pipinya, hm?" seraya mengusap-usap kedua pipi merona Disya.

Bibir Disya mengerucut. Ini masih terlalu pagi dan Algi sudah membuatnya sebal sekaligus bahagia. "Diem gak! Udah ayo berangkat. Nanti telat gara-gara kamu!"

"Iya, iya berangkat. Mukanya ga usah serem gitu." ledek Algi.

Baru saja ia akan menaiki motornya, sedan silver keluar dari gerbang. Terdapat Marie di dalam kendaraan tersebut. Dari balik kaca mobil yang setengah terbuka, Algi mengangguk sopan pada Mama Disya. Walaupun reaksi wanita itu adalah hanya melirik beberapa detik.

Warm In The Arms ✔Where stories live. Discover now