🌜24. Sisi Lain.🌛

32.3K 2.5K 242
                                    

Terlalu rumit untuk dijelaskan, begitu dalam untuk dirasakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Terlalu rumit untuk dijelaskan, begitu dalam untuk dirasakan. Katanya, itu cinta.

-Ladisya-

¶¶¶

Harapan demi harapan terus bergolak. Harapan semoga suara degup jantung Disya tak terdengar oleh Algi. Pembawaan apa yang Algi miliki hingga mampu melemparkan Disya kedalam rasa tak bernama.

Tapi tunggu, lo ini apa sih sebenernya.

Pertanyaan macam apa itu? Sejenis penghinaan, mengejek, atau memang sengaja? Ah, ya, Disya lupa bahwa kakak kelasnya ini sekalinya ketus berbicara akan membuat orang-orang ingin menenggelamkannya ke dasar laut.

"Gue nenek lampir. Itu kan yang sering lo bilang, beserta semua geng lo itu!" tajam Disya. Sial, Disya sampai melupakan Angel yang masih ada dalam pangkuannya.

"Lo ngelawak?" balas Algi sarkas.

Hingga Aisyah datang membawa kursi roda. "Angel sementara pakai ini dulu, ya... Kata Ibu, nanti beli tongkat yang baru."

"Iya, Kak." Angel mengikut. "Angel mau pakai kursi roda, Kakak peri."

Antara ingin tertawa dan tersedak. Algi hanya mengulum bibir dalamnya.

Disya tersenyum kepada Angel. "Ya udah, Angel pake ini dulu, nanti kakak beliin tongkat yang baru."

"Terima kasih, kakak yang paling baik." puji Angel berseru riang.

Saking gemasnya Disya menghujani ciuman di pipi Angel. Selanjutnya dengan pelan Disya mendudukkan Angel ke atas kursi roda. "Aisyah, dorongnya hati-hati yah."

"Tapi tunggu dulu, kakak mau bagiin hadiah dulu buat Angel sama yang lainnya." Algi berjongkok di depan Angel. Cowok itu melirik Disya. "Kakak Peri, bantuin gue ya."

Gondok. Kenapa setiap pengucapan kata dari Algi terdengar seperti meledek Disya secara halus. "Hm!"

Mereka mulai membagikan hadiah kepada anak-anak panti. Tak ada satupun yang terlewatkan. Sesekali Algi mencuri lirik, melihat Disya dengan versi yang berbeda. Seratus delapan puluh derajat berbeda dari Ladisya Isabelle sang ratu bully Pelita Harapan.

Begitu Disya membalas tatapannya, Algi menoleh ke arah lain, berpura-pura acuh dan tak peduli. "Mau ngeliatin gue doang, apa kasi hadiah ke anak itu?"

Krik.

"Kepedean, njir!" ketus Disya memberikan buah tangan yang sejak tadi hanya terus Disya genggam.

"Sebentar baik, sebentar jahat. Sebentar lembut, sebentar kasar. Lo itu adalah mahluk yang paling membingungkan." Algi berkomentar di tengah aktifitas.

"Peduli? Makasih!" acuh Disya. Nadanya ketus, namun bisa tersenyum untuk mereka yang sedang bahagia karena mendapat hadiah.

Percaya diri sekali si rambut pirang kecoklatan ini. Algi hanya tersenyum miring. "Bukan peduli. Cuma melihat banyak fakta yang ada."

Warm In The Arms ✔Where stories live. Discover now