🌜35. Status Baru.🌛

38.5K 2.7K 544
                                    

Ada yang sudah mencintai sebelum dekat, ada pula yang belajar mencintai setelah bersama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada yang sudah mencintai sebelum dekat, ada pula yang belajar mencintai setelah bersama. Dan gue bingung di posisi yang mana.

-Algifary-

¶¶¶

Bisa dibilang bila perasaan Algi belum mantap di satu titik. Entah ini hanya ketertarikan sesaat pada Disya, atau hal tersembunyi yang belum mampu ia kuak lebih jauh.

Namun, mendengar nama Zendro seolah sedang menangkap sinyal bahaya di sekitarnya. Algi tahu, dirinya sendiri pun masuk dalam kategori lelaki brengsek, namun bisa ia hitung berapa kali perbuatan tak terpuji itu dilakukan.

Sedangkan melalui cerita Rovez, Zendro adalah seorang penjahat kelamin kelas wahid. Algi geram begitu melihat kehadiran Zendro berdiri di depan gerbang.

"Hai sayang." kalimat keramat yang menjijikkan untuk didengar, baik oleh Disya pun Algi sendiri.

Dengan angkuh Disya bersedekap. "Lo lagi, lo lagi, membosankan banget hidup gue diisi sama orang macam lo."

Apa sebenarnya yang Zendro pandang dari Disya? Kata-kata gadis yang baru saja resmi jadi kekasihnya itu teramat tajam.

Bukan karena memperhatikan, hanya saja raut muka Zendro terlihat lebih redup dan pucat ditambah keringat bercucuran di dahinya. "Happy birthday. Gue dapet laporan kado mahal dari gue ditolak."

Sejauh ini masih wajar, pikir Algi. Cukup memperhatikan dari jarak beberapa meter saja. Tapi Algi masih tetap bisa mendengar percakapan mereka. "Mahal? Seharga uang jajan gue sebulan maksud lo?"

Dengusan Zendro menandakan harga dirinya mulai direndahkan. Seolah seperti kebiasaan, Zendro mendekat memperpendek jarak wajahnya dengan Disya. "Atau, cincin ini mau gue pasangkan langsung ke jari manis lo, sayang."

Segera Disya menepis tangannya dari Zendro. "Sehari tanpa halu bisa, kan? Otak lo yang kotor itu perlu dibersihin."

Mata tajam Zendro menyorot jari telunjuk Disya di depannya. Bagaikan psikopat, tangan Zendro meraih pergelangan Disya dan mengecup tangan gadis itu. "Ah, gadisku semakin sombong rupanya. Jangan sampai mempermalukan diri lo sendiri jika suatu saat bertekuk lutut di kaki gue."

"Lepasin gue, bajingan!" antara geram karena Algi tak kunjung membelanya, ingin sekali Disya meludahi wajah Zendro.

Hampir bibir tipis pria itu menyentuh kulit pipi Disya, dorongan kasar tangan besar di sana mengharuskan Zendro untuk mundur. "Waktu abis, lo boleh pergi."

"Anjing!" umpat Zendro mengeraskan rahang. "Lo gak berhak ngusir gue, bocah tengik!"

Algi tetap tenang melihat sorot jengkel pada Disya. Tahu bila Disya sedikit sebal karena Algi hanya menjadi penonton sejak tadi. "Gue berhak, karena dia ..." Algi menoleh menatap Disya. "Adalah milik gue mulai detik ini."

Warm In The Arms ✔Where stories live. Discover now