🌜34. Pacar?🌛

38.2K 3K 758
                                    

Rupanya tidak semua bentuk penjilat itu buruk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rupanya tidak semua bentuk penjilat itu buruk. Contohnya ke dia, aku benci kamu berubah menjadi ... Aku menginginkanmu.

-Ladisya-

¶¶¶

Jika kalian mampu mengatur jalan hidup, atau lebih sederhananya lagi mengetahui akan seperti apa perjalanan kalian nantinya, tentu tidak ada kasus benci menjadi cinta.

Segala sumpah serapah, caci maki lengkap dengan tindakan yang tidak mencerminkan kebaikan, berbalik bak bumerang.

Selama berkendara Algi gelisah. Ia tidak sadar mengatakan kalimat perwakilan bahwa dirinyalah posisi manusia yang tidak ingin kehilangan si gadis barbar.

Tepat kala ucapan Algi selesai, Disya mencelos pergi tanpa sepatah kata, tanpa menoleh, tanpa isyarat baik. Dan Algi tidak menyukai sikap itu.

Sesampainya Algi di rumah, memarkir ninjanya di garasi lalu masuk ke dalam rumah. "Loh, ini kan mobilnya—"

"Selesai kelayapannya, lil bro?" suara di ambang pintu mengejutkan Algi.

"Bang Rovez," ucap Algi menghampiri sang kakak lalu memeluknya erat. "Lo kapan balik?"

"Baru dua jam. Abis dari tempat Galins?" tanya Rovez menepuk pipi adiknya. "Sekolah lo gimana? Gue mantau nilai lo."

Algi menggaruk tengkuknya. "Masih gitu-gitu aja, bang."

"Bandel." komentar cowok berkacamata itu kemudian masuk duluan. Duduk di sofa menghadap ke arah layar komputernya yang masih menyala.

"Lo baru balik, tapi masih ngurusin kerjaan. Istirahat dulu lah." pungkas Algi melihat saudaranya yang kecanduan bekerja.

"Time is money." jawab Rovez santai.

"Berapa hari di rumah?" tanya Algi tidak begitu tertarik dengan pekerjaan sang kakak.

"Nanti malem gue balik lagi. Ada proyek baru yang musti gue selesaikan." Rovez menyeruput kopi hitamnya.

Lilly bergabung bersama kedua putranya. "Katanya kangen sama Mama, dua hari di rumah bisa kan, sayang?"

Rovez melirik ibunya lantas tersenyum manis. "Tanggung jawab Rovez besar untuk bantu Papa, Ma. Apalagi sekarang kita lagi menghadapi lawan yang licik."

Algi membuang muka saat kakaknya menatapnya. Algi belum siap jika harus bergelut dalam kesibukan seperti kakaknya. "Lo kenapa buang muka? Nikmati dulu main-mainnya. Nanti, perusahaan yang ada di swedia juga lo yang pegang."

"Jangan omongin sekarang, bang. Nanti ya nanti aja. Masih pengen cinta-cintaan." ujar Algi lempeng.

"Kurangin dikit sifat jujur lo. Depan cewek lo kelewat jujur, cepet mati anak orang." ujar Rovez membuka kacamatanya.

Warm In The Arms ✔Where stories live. Discover now