🌜Epilog.🌛

32.5K 3.4K 2.4K
                                    

Sudah terlalu banyak hal yang aku relakan untuk tidak dimiliki, dan kamu adalah salah satunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah terlalu banyak hal yang aku relakan untuk tidak dimiliki, dan kamu adalah salah satunya.

-Ladisya-

¶¶¶

Apa yang bisa diharapkan dari ketidakpercayaan seseorang? Ketika ucapan mu bukan lagi hal yang ia gubris, ataupun kejujuran mu tak lagi menjadi kepentingannya.

Seseorang yang telah berhenti untuk kamu jadikan sandaran atau pelindungmu. Seseorang yang dengannya kamu putus asa untuk sekedar didengarkan.

Disya yang bertahan pada keputusannya meninggalkan Algi. Disya yang bersikeras memenangkan pikiran, bukan kata hatinya.

Gadis itu percaya terhadap waktu bahwa suatu hari lukanya akan sembuh. Luka perpisahan dengan pemuda yang disebut cinta pertamanya.

Sementara Algi sendiri tahu jika ini takkan mudah. Gadisnya memang keras kepala. Iya, Algi harus menjadikan Disya gadisnya kembali.

"Sya, aku tau kamu marah. Bahkan levelnya lebih dari itu. Kamu kecewa. Aku tau, Sya," Algi menangkup kedua pipi Disya.

Sebanyak apapun air mata Algi tersamarkan oleh hujan, namun matanya yang memerah tak bisa berbohong. Disya menyingkirkan perlahan tangan Algi, "Aku harap kamu paham arti kata berakhir, Al."

Sebelum Disya berjalan pergi menjauh, Algi berlutut di hadapannya. Ini kesalahannya yang membuat Disya marah, Algi tidak keberatan melakukan apa saja demi memperoleh maaf serta kesempatan.

"Kamu boleh kecewa, kamu boleh marah, kamu boleh ngelakuin apa aja ke aku, tapi saat ini ..." Algi tersendat, "Saat ini aku mohon supaya kamu inget janji kamu ke Mama. Kamu ga akan ninggalin aku, Sya."

Tangis Disya pecah, gadis itu semakin terisak.

Algi mendongak sambil meraih kedua tangan Disya, "Cukup duniaku yang hancur karena kepergian Mama, tolong ... Tolong jangan hancurin hidup aku dengan kepergian kamu, Disya. Please..."

"Bangun, Al. Kamu ga harus kek gini."

Algi tetap di tempatnya, "Please..."

"Kamu ga harus mengemis kesempatan apapun dari aku. Kesempatan yang bahkan ga akan aku kasi karena kita udah ngga sejalan."

"Sya,"

"Lupain soal janji aku ke Mama kamu, karena posisinya di sini bukan aku yang ninggalin kamu tapi sebaliknya! Aku harap kamu berdiri sekarang karena apa yang kamu mau, ga bisa aku kasi!"

Kedua tangan Disya terlepas. Semua kalimat Disya berhasil melukai harga diri serta perasaan Algi. Disya tetap di sini atau akan berubah pikiran melihat sorot terluka di mata Algi.

Pilihan Disya hanyalah pergi dari hadapan Algi, berlari memasuki rumahnya namun Algi mengejarnya lagi. Sayangnya Algi kalah cepat, terlebih ketika jarinya terjepit oleh pintu.

Warm In The Arms ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang