🌜25. Bantuan.🌛

32.1K 2.6K 194
                                    

Orang bilang, seseorang yang membantu memulihkan luka lebih istimewa ketimbang cinta pertama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Orang bilang, seseorang yang membantu memulihkan luka lebih istimewa ketimbang cinta pertama. Gue dalam proses menunggu seseorang itu:)

-Algifary-

¶¶¶

Seperti pagi pagi sebelumnya, tidak ada bahagia ataupun bentuk kehangatan di rumah itu. Disya hanya menonton saat sopirnya membawakan koper sang Ibu. Wanita itu sudah akan berangkat ke Swiss saat ini juga.

Tak ada salam perpisahan, pelukan rindu, pun kecupan selayaknya Ibu dan anak pada umumnya. Dalam hati Disya meringis perih, sebenci inikah Ibunya?

"Hati-hati di jalan, Ma." pesan Disya mencoba tersenyum yang hanya berakhir terabai.

Marie melangkah seakan tak melihat putrinya, Disya pun segera keluar untuk berangkat sekolah. Sesampainya di sekolah pun Disya terus mengerucut tanpa gairah.

Tidak ada warna seperti kebanyakan orang. Diberi wujud paras cantik, harta berlimpah, diberi cap anak hits ternyata bukan jaminan bahwa Disya adalah orang yang bahagia.

Disya menunduk sebentar, mengikat tali sepatunya. Moodnya buruk, disela menunduk air matanya berkesempatan untuk jatuh. "Jangan di sini, bego!"

Umpatnya mengusap air mata yang berderai. Disya ingin tertawa, Disya ingin diberitahu bahwa ada warna lain dalam hidupnya selain hitam.

Tepat kala gadis itu bangun, mata kehijauan miliknya bertemu dengan mata teduh milik Algi. Kenapa ketemu dia terus, sih?

Disya mengambil langkah cepat. Tak berniat menyapa walau tadi malam dirinya merasa gugup luar biasa di dekat Algi.

"Kapan sih, tu orang gue liat senyum?" gumam Algi melihat punggung Disya kian menjauh. "Wajahnya selalu aja ditekuk."

Semua siswa siswi sudah berbaris rapi. Galins yang saling merangkul mesra dengan Inara. Algi hanya diam, lalu Naufal merangkulnya. "Geli, anjir!"

"Lah, daripada lo keliatan ngenes?" canda Naufal. Algi terpancing dan jengkel mendorong Naufal ke arah Maesaroh si gadis berbadan jumbo.

"Algi, kenapa lo masukin gue ke kandang bayi paus?" keluh Naufal dibalas Algi terkekeh.

Tanpa cowok itu sadari ia malah berdiri di samping Disya. Gadis itu anteng saja, hingga kedatangan siswa lain yang saling mendorong membuat keduanya berdempetan. "Lo ngapain!?" ketus Disya.

"Ikut barisan, lah!" balas Algi biasa saja tanpa dibumbui sikap jutek.

"Lepas!" Disya menyentak, Algi pun melepaskan. Keduanya saling melirik tak ramah.

"Gak usah ngegas sehari, bisa kan?" cetus Algi merasa selalu ada aura mengerikan bila di dekat Disya.

"Enggak!" sahut Disya judes. Algi hanya bersedekap menahan jengkel yang serasa menggunung.

Warm In The Arms ✔Where stories live. Discover now