09

5.1K 508 54
                                    

"Milka!"

Suara panggilan itu membuat Milka menoleh, Aray sedang berjalan ke arahnya.

"Lo apa-apaan sih dia gak sengaja!" Ucap Aray.

Milka menatap tajam lelaki itu. "Gue gak ada urusan sama Lo! Jadi mendingan Lo pergi dari sini!" Dia mendorong pundak Aray tetapi tidak memberikan efek apapun pada Aray.

Aray memalingkan wajahnya menatap gadis yang kini masih menangis. "Lo balik ke kelas," ucapnya.

"Tapi bukunya_"

"Udah itu urusan gue, Lo gak perlu takut, Milka cuma lagi dapet aja, jadi begini marah-marah gak jelas." Ucapnya yang langsung mendapat pelototan tajam dari Milka.

Buru-buru gadis itu pergi.

"Apa-apaan Lo suruh dia pergi!"

Aray tidak menjawab, dia kini berjongkok mengambil buku Milka yang tadi sempat terjatuh.

"Marah-marah gak jelas, Lo gak liat anak orang sampe nangis Lo buat? Didatengin orang tuanya mampus Lo!" Celetuk Aray yang kini sudah berdiri. "Nih, buku Lo," wajah Aray mendadak syok melihat Milka yang tiba-tiba menangis. "Lah, kok jadi Lo yang nangis?" Aray menggaruk rambutnya yang tak gatal sama sekali, kenapa sekarang jadi seperti ini?

Tangisan Milka semakin kuat hingga membuat Aray menjadi panik. "Woi, Lo kenapa? Gak gue apa-apain kok nangis? Milka, jangan buat gue panik." Aray melihat sekelilingnya, terlihat sepi hanya ada Kayla yang menatapnya, kemudian gadis itu pergi begitu saja. Dia harus apa sekarang?

"Lo marah karena gue suruh tuh cewek pergi? Mau gue panggil lagi? Biar Lo bisa marahin dia? Iya?" Aray semakin panik, Milka sama sekali tak kunjung diam.

Untuk pertama kalinya dia menyesal udah menolong orang lain.

Hanya satu jalannya, membawa Milka pergi dari tempat ini.

🌸🌸🌸

Sepasang manusia itu kini sedang berada di atap sekolah, keduanya duduk di bangku panjang. Milka yang masih asik menangis sedangkan Aray hanya menatapnya dengan pandangan heran.

"Udah nangisnya?" Tanya Aray ketika suara tangisan itu perlahan-lahan menghilang. "Nih minum," dia menyodorkan sebotol air yang sedari tadi ia pegang.

Milka mengambilnya. "Bukain." Perintahnya.

Aray mematuhinya, kalau saja cewek itu tidak dalam kondisi seperti ini bisa dipastikan Aray tidak mengindahkan permintaan itu.

"Lo kenapa?" Aray menyodorkan kembali botol minuman itu dan langsung di teguk oleh Milka.

Milka tidak menjawab dia hanya menatap sinis Aray. "Kenapa lihat gue kayak gitu?" Tanya Aray panik.

"Ngapain Lo kesini?! Udah sana Lo pigi aja!" Ketusnya.

"Gimana gue mau pergi Lo nangisnya di depan gue."

"Sekarang gue gak nangis lagi kan? Buruan pergi!"

Aray mendengus. "Tetap aja nanti kalau orang lain pada tanya kenapa Lo nangis, yang disalahin tetap gue!" Ujarnya tak kalah ketus.

Dunia ArayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang