11

4.6K 465 34
                                    

Aku kembali, cepat atau lama sih aku updatenya:v?

Kalau misalnya kalian mau aku update setiap Minggu. Kasih komentarnya yang banyak + vote nya biar aku makin sering ngetik dan cepat update, hehe.

Oke cus dibaca pelan-pelan biar feel nya lebih kerasa. Btw tolong tandai typo.

___

Hujan melanda kota Jakarta sore ini alhasil Kayla tidak dapat menunjukkan sebuah tempat yang kemungkinan bisa memulihkan kembali ingatan Aray.

Di sinilah kedua manusia itu berada, di sebuah halte yang tampak terlihat sepi hanya ada mereka berdua. keduanya sibuk dengan urusan masing-masing, Kayla sibuk mengusap-usap lengannya berusaha menghilangkan rasa dingin di sekujur tubuhnya. Sedangkan Aray, handphone lelaki itu masih disita oleh Kayla, alhasil dia sibuk menatap air yang tergenang di depannya.

Tidak ada yang berbicara diantara keduanya membuat suasana menjadi hening hanya bunyi hujan yang terdengar. Kayla menghela napasnya dia tidak suka suasana seperti ini. Sebenarnya sedari tadi dia ingin mengajak lelaki itu mengobrol hanya saja dia teringat kelakuan manis Aray tadi yang membuat hatinya berdebar kencang, dia takut jika menatap mata milik Aray, dis malah tidak bisa menetralkan denyut jantungnya.

"Kayla."

Tubuh Kayla menjadi kaku saat namanya dipanggil. Pasalnya ini baru pertama kali Aray memanggil namanya setelah bertahun-tahun. Apalagi lelaki itu memanggil namanya dengan sangat lembut.

"Iya?" Mata keduanya bertemu membuat detak jantung Kayla tidak stabil, ah mengapa bisa seperti ini pikir Kayla.

"Lo kedinginan?"

Pertanyaan itu mampu membuat Kayla bergeming. Apa dia tidak salah dengar? Pikiran Kayla menjalar kemana-mana, dia yakin dan percaya Aray akan memberikan jaket yang lelaki itu gunakan. Ah manis sekali.

"Lumayan." Jawab Kayla tersenyum.

"Sama, gue juga kedinginan."

Senyum Kayla memudar, imajinasinya yang indah itu seketika dipatahkan oleh perkataan Aray.

"Hujannya udah mau reda," Aray menatap Kayla. "Mau pulang naik taksi atau gue antar?"

Rasanya Kayla ingin berteriak sekarang juga. Pertanyaan seperti apa itu? Ya jelas dirinya lebih memilih diantar pulang. Berdua-duaan dengan Aray ditemani dengan rintihan hujan adalah momen yang paling disukai oleh Kayla. Dia ingin menjadi seperti Milea, yang selalu dilindungi oleh Dilan.

Tidak mendapatkan jawaban apapun, Aray memilih untuk berdiri lalu mendongak ke atas memastikan apa benar hujan sudah reda. Sedetik kemudian hujan kembali turun dengan deras, Aray berdecak sebal. Jika terus seperti ini bisa dipastikan hujan akan bertahan sampai malam tiba dan itu artinya dia akan berduaan terus dengan gadis itu.

Kayla mengerutkan keningnya bingung saat tangan Aray menjulur ke arahnya. Lelaki itu menatapnya dengan wajah sangat datar membuat Kayla bertambah bingung.

"Apa?"

"Handphone gue."

Buru-buru Kayla memberikan handphone itu kepada Aray dan langsung diterima oleh Aray.

Kayla menarik panjang napasnya. Mengapa suasana menjadi canggung seperti ini. Dimana sosok Aray yang selalu menghiburnya disaat situasi seperti ini. Apa mungkin cowok yang di depannya ini memang bukan Aray yang dia cari?

Tangan Aray sibuk mengetik sesuatu dengan cepat di ponselnya. Diam-diam Kayla melirik kegiatan Aray, dia sangat penasaran dengan siapa lelaki itu berkomunikasi.

"Ray."

"Hm,"

"Gue boleh nanya sesuatu?"

"Hm."

Dunia ArayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang