23

3.2K 350 37
                                    


Have a nice day 🌻

🥀🥀🥀

"Lo gak tau siapa gue?!"

Aray menggelengkan kepalanya.

"Gue..." Lelaki aneh itu mendekati Aray lantas tangannya dengan cepat mentoyor kepala Aray.

Lantas Aray meringis kesakitan dengan mulut yang terbuka lebar serta kaget akan perbuatan lelaki itu, tak mau terkena pukulan lagi, Aray menjauhkan dirinya dari lelaki tadi. 

Lelaki itu semakin mendekatinya dengan wajah sangar. "Kalo Lo berdua macam-macam gue bakalan_"

"Berdua?" Potong Aray, dia semakin bingung dengan ucapan lelaki itu, berdua bagaimana jelas-jelas Aray menjumpainya sendirian.

"Gue bakalan gangguin kalian terus."

Sinting.

Kata itu yang ada di otak Aray, dia benar-benar tidak mengerti maksud pembicaraan itu, mungkin orang di depannya otaknya sedikit miring.

"Lo salah orang." Jelas Aray kemudian melangkahkan kakinya.

"Dasar bodoh! Lo benar-benar gak kenal gue?!"

Sedetik kemudian langkah kaki Aray berhenti lagi, dia membalikkan badannya. "Emang Lo siapa?"

Lelaki itu memukul jidatnya dengan sangat kesal, "gue.." dia menunjuk dirinya. "Deni!" Jawabnya.

"DENI?" Aray menaikan kedua alisnya. "Lo Deni yang nakal itu?" Ucapnya heboh yang langsung berlari memeluk orang di depannya seperti cowok pada umumnya.

Karena masih kesal Deni malah membalasnya dengan memukul kepala Aray. "Bangke Lo."

Jika tadi Aray meringis kesakitan kini dia malah tertawa. Tepatnya menertawai dirinya sendiri yang tidak mengenal lelaki itu.

"Pake ketawa lagi." Tutur Deni yang masih kesal.

"Lagian Lo sok-sokan drama gak jelas, dasar bodoh!" Balas Aray mengjitak kepala Deni.

"Seharusnya Lo langsung tanda, Lo udah lupa sama muka gue hah?"

"Iya-iya gue salah." Jawab Aray yang masih tertawa kecil.

Sudah bertahun-tahun keduanya tidak bertemu, dan sekarang saat berjumpa mereka sudah sangat berbeda, tidak seperti dulu yang tidak pernah akur sama sekali.

***

"Jadi, Lo kerja disini sekarang?" Deni menatap sekeliling cafe sambil menikmati latte macchiato yang dia pesan.

Aray mengangguk mengiyakan. "Lo sendiri kenapa bisa tau gue disini?" Tanya Aray yang duduk didepan Deni.

"Gak usah gue jawab Lo juga udah tau jawabannya," jawab Deni.

Aray tersenyum tipis. "Kayla?" Tanyanya memastikan.

"Iya," jawab Deni. "Lo tau rumah Kayla dimana?"

"Lo waras?"

"Kenapa emangnya?"

"Kayla gak tau Lo ada di Jakarta?"

Deni menggelengkan kepalanya. "Gue sengaja gak kasih tau, biar surprise." Jawabnya. "Belakangan ini gue jarang komunikasi sama dia,  dia telpon gak pernah gue angkat, sengaja." Deni tertawa renyah.

Aray hanya diam melihat kelakuan orang didepannya.

"Lo kenapa gak pernah kasih kabar sama kita?" Semprot Deni tiba-tiba.

Aray tak tahu menjawab apa sekarang.

"Atau Lo udah sombong sekarang, karena Lo lebih tampan dari gue iya?!" Pekiknya yang membuat beberapa pengunjung melihat kearahnya.

"Lo bisa tenang gak?"

Deni malah cengengesan tak jelas. "Sorry-sorry kebawa suasana gue." Celetuknya.

"Gue bukan gak mau kabari, gue gak punya nomor Lo bahkan gue udah lupa rumah gue yang lama. "Bohong Aray, semoga Deni percaya dengannya.

"Alah fucek Lo," kesal Deni menatap sangat Aray.

Aray hanya diam tanpa menjawab. Tak berapa lama Deni kembali mengoceh.

"Oh iya Ray, mulai hari ini  gue bakalan tinggal di Jakarta, soalnya bokap juga pindah kerja." Jelas Deni menyenderkan tubuhnya.

"Itu artinya Lo pindah sekolah juga?"

"Iya, sekolah baru gue, SMA Bintang," jawab Deni.

Aray menegakkan tubuhnya. "Itu SMA gue!" Serunya heboh.

"Gue juga tau kali, besok gue udah bisa masuk."

Aray memicingkan matanya. "Kenapa Lo pindah ke sekolah itu?" Ada nada sedikit tidak setuju dari perkataannya.

"Emang itu sekolah Lo? ya suka-suka gue dong." Jawabnya tak mau kalah.

Aray memalingkan wajahnya tak ingin melihat Deni. Gak ada gunanya adu mulut dengan Deni, pasti dia bakalan kalah.

"Di sekolah Lo banyak cewek cantik gak? Yang bodinya seksi-seksi gitu. Boleh dong kenalin sama gue." Gumam Deni tiba-tiba.

"Ogah."

Setelahnya Aray kembali bekerja, sedangkan Deni menatap bingung manusia itu.

***

Aray mematikan mesin motornya saat sampai di depan rumah besar, hampir sebulan dia tidak menginjak tempat itu.

Dia berjalan menaiki tangga teras rumah dan membunyikan bel yang terletak di pintu utama rumah tersebut.

Tak butuh waktu lama seorang lelaki paruh baya keluar, lantas dia begitu terkejut melihat orang di depannya. "Aray!" Sontak dia langsung memeluk Aray dan mengelus lembut kepala Aray.

Aray langsung terpaku di tempatnya, dia begitu syok mendapat perhatian lembut seperti itu. Perlahan tangannya membalas pelukan itu dengan senyum manis.

"Om udah lama nunggu kamu pulang, ini juga rumah kamu, janji sama om kamu gak boleh pergi lagi!" Ucap Tama menatap Aray lekat.

Aray hanya membalasnya dengan senyum kikuk.

***

Lelaki tampan itu memasuki kamar yang sudah lama tidak ia jumpai, Aray menarik napasnya, bahkan tidak pernah terbesit di pikirannya jika dia akan kembali di sini lagi.

Aray membuka jendela kamarnya, angin langsung menyambutnya beramai-ramai hingga rambut dan bajunya ikut bergerak. Aray menutup matanya menikmati sebentar kesejukannya.

Drettt

Aray membuka matanya saat ponselnya berbunyi, satu pesan masuk dari nomor yang tidak ia kenal.

Save nomor gue ya, Kayla.

Aray mengerutkan keningnya, memang sampai saat ini dia tidak punya kontak wanita itu. Bukan dia tidak ingin tapi dia tidak mau menambah masalahnya dengan Gilang.

Malam ini Lo bisa temani gue pergi ke toko buku?

Pesan dari Kayla lagi, Aray hanya membacanya, dia masih berpikir. Sedetik kemudian satu pesan masuk tetapi bukan dari nomor yang sama.

Milka:
Aray
Malam ini temani gue ya, gue mau beli novel baru.

Lantas Aray harus memilih siapa?

•••

Ada yang masih ingatkah Deni siapa??

Jangan males buat vote dan komen ya! Dan buat silent reader coba deh sesekali vote dan komen, ku merindukan kalian 🙃🙃

Oke sampai jumpa di bagian selanjutnya

Terimakasih

Ainun_hsn
28 Maret 2023

Dunia ArayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang