32

3K 341 9
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca atau sesudah baca.

Happy reading

•••

"Pesanan meja nomor empat,"

"Ini pesanan meja paling ujung,"

"Dan ini meja nomor delapan,"

"Yang terakhir nomor enam dekat jendela."

Aray mengangguk patuh, tangannya mengangkat nampan berisi makanan dan minuman sesuai dengan pesanan pelanggan.

Bisa dibilang lelaki itu tidak ada istirahat, dari tadi dia terus berjalan ke sana-kemari mengantar makanan dan setelahnya membersihkan meja agar terlihat bersih jika ada pelanggan yang nantinya akan datang lagi.

Tidak hanya itu, Aray juga melayani pelanggan dengan sangat sopan. Walaupun tak jarang dari mereka yang meminta Aray untuk mengambil ini itu dan Aray tetap menurutinya. Padahal mereka melakukan itu semua hanya ingin melihat ketampanan dari cowok pemilik lesung pipi tersebut.

Jika tadi Aray mengatakan akan berangkat sekolah. Ternyata dia memilih untuk tidak hadir dan bekerja di cafe Mutiara. Padahal untuk anak sekolah sepertinya, pemilik cafe mengijinkan bekerja pada saat siang atau pulang sekolah. Tapi kali ini Aray yang meminta dengan alasan guru rapat jadi sekolah diliburkan. Lantas mereka percaya begitu saja.

Setidaknya dia tidak ingin menyusahkan orang lain.

Aray melihat jam yang berada di pergelangan tangan kirinya.

Pukul dua lewat.

"Ray, Lo udah makan?"

Iqbal, teman satu kerjanya yang bertanya. "Makan dulu gih gak usah kerja mulu." Sambungnya.

Benar, dari tadi perut Aray belum di isi dengan nasi, Aray hanya mengganjalnya dengan roti. Wajar saja perutnya masih kesakitan hingga sekarang.

"Gue ngantar pesanan yang terakhir dulu," jawabnya lalu mengambil nampan yang berisi tiga piring nasi goreng dan tiga jus jeruk. Melihatnya mendadak perut Aray kembali lapar, baiklah dia akan mengisi perutnya setelah mengantar pesanan ini.

Sedangkan Iqbal menggeleng-gelengkan kepalanya. Sungguh temannya itu bekerja sangat keras hari ini.

Aray berjalan berhati-hati sembari membawa makanan tersebut. Dicarinya meja bernomor enam. Matanya membelak melihat sepasang manusia yang menempati meja itu.

Sial, dia mengenal orang tersebut. Kayla dan Deni yang masih menggunakan seragam sekolah. Kayla yang duduk membelakanginya sedangkan Deni menghadap ke arahnya. Semoga Deni belum menyadari kehadirannya.

Aray membalikkan badannya. Mencari seseorang yang bisa menolongnya.

"Kenapa?" Tanya Iqbal saat Aray memanggilnya.

"Gue minta tolong, antar makanan ini_"

"Ah sorry gue kebelet." Iqbal menyelonong pergi begitu saja padahal Aray belum selesai bicara.

Aray menghela napas panjang.

"Woy Ray!"

Suara Deni yang memanggilnya, tidak ada jalan lain. Aray akan mendatangi dua makhluk hidup itu.

Dengan wajah sumringah Kayla menolehkan kepalanya ke belakang. Menatap Aray yang berjalan mendekati mejanya. Sedang berkerja saja lelaki itu terlihat sangat tampan. Jika seperti ini bagaimana bisa Kayla menjauhi Aray?

Dunia ArayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang