16

3.9K 372 35
                                    

Happy reading guys 🤸🤸

🌠🌠🌠

"Terima kasih sampai jumpa kembali." Ucap Milka setelah kedua pelanggan café beranjak pergi dari duduknya.

Senyumnya yang manis berubah menjadi gelisah. Dia kembali menatap hapenya, Aray juga belum membaca pesan yang dikirimnya setengah jam yang lalu.

Pukul 8.

Seharusnya Aray sudah berada di café mutiara, tidak biasanya lelaki itu seperti ini. Milka yakin aray sedang ada masalah sekarang.

"Iqbal,"

Yang dipanggil lantas menoleh. "Milka? Kenapa? Muka lo panik banget?"

"Lo tau gak Aray lagi dimana? Gue hubungi nomornya gak aktif."

Iqbal mengerutkan keningnya, "emang lo gak tau dia habis berantem sama gilang."

"Gilang?"

"yoi."

"Lo tau dari mana?" tanyanya penasaran soalnya Iqbal bukan siswa di tempat sekolahnya.

"Temen gue yang bilang."

Milka mengangguk paham, wajar saja dirinya tidak tahu, pasalnya kemarin Milka harus merawat nyokapnya yang sedang sakit. Jadi, Milka memutuskan untuk tidak masuk sekolah.

Iqbal kembali dengan pekerjaanya sedangkan Milka masih sibuk dengan pikirannya. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi kepada Aray. Andai saja kemarin dia ada di sekolah, bisa dipastikan dia akan menghabiskan Gilang dengan pukulannya.

Pintu café terbuka, seseorang masuk dengan wajah datarnya. Siapa lagi kalau bukan, Aray Naufal Alam. Cowok yang dinantikan oleh Milka.

"Aray,"

Milka langsung mendekati pria itu, lantas wajahnya menjadi kaget melihat luka memar diujung bibir lelaki itu. "bibir lo memar kenapa dibiarin aja nanti bisa makin parah." Paniknya.

Aray yang sama sekali tidak peduli memilih untuk berjalan menuju ruang ganti baju. Dia tidak ingin moodnya diganggu malam ini. Sudah cukup Rika menghancurkan moodnya jangan sampai bertambah lagi.

Milka yang diacuhkan begitu saja tidak ingin menyerah, dia tidak suka perkataanya diabaikan. Milka memilih untuk mengejar lelaki itu.

Aray yang tadinya hendak masuk ke dalam ruang ganti baju tiba-tiba Milka menarik tangannya begitu saja membawanya pergi dari tempat itu.

"Milka, lepasin. Gue masu kerja!"

"ikut gue dulu, luka lo itu harus diobati." Ucapnya sambil menarik tangan Aray.

"Gue baik-baik aja!"

Lantas Milka melepaskan genggamannya menatap lekat Aray. "baik-baik apa yang lo maksud? Lo terluka Aray, gue minta jangan bantah ucapan gue malam ini!"


***

Aray meringis kesakitan saat lukanya diberi olesan obat oleh Milka. Bahkan setelah kejadian itu dia tidak peduli dengan diri sendiri. Lihat saja luka yang awalnya terlihat biasa kini menjadi luar biasa sakitnya. Seharusnya dia mendengar perkataan Kayla dari awal.

Tiba-tiba saja pikirannya jatuh kepada Kayla, dia tidak tahu bagaimana kabar gadis itu sekarang setelah ia pergi dari rumah sakit.

Mengapa Kayla tidak mendatanginya? Apa gadis itu sudah tidak peduli dengannya?

Atau Aray harus berhenti untuk menyukai Kayla?

Jika begitu, Aray akan mencobanya.

Milka menarik napas lalu membuangnya perlahan. "Kenapa Lo bisa berantem sama Gilang?"

Dunia ArayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang