24

3.2K 387 21
                                    

Aku yang terlalu berharap atau kamu yang nggak pernah bisa diharapkan

•••

"Bunda, aku pergi dulu."

Cewek yang memakai celana jeans hitam, cardigan abu-abu dan kaos putih di dalamnya. Ia menuruni anak tangga teras rumahnya. Dengan senyum yang mengembang dia berjalan setengah berlari mendatangi lelaki yang tengah duduk di atas motor ninja didepan gerbang rumahnya.

"Hai." Sapa wanita itu.

Merasa ada seseorang yang memanggil, Aray yang tengah sibuk dengan ponselnya lantas menoleh ke samping kiri.

Sontak Aray terdiam memandang wanita itu. Entah kenapa Aray sedikit terpesona melihat cewek di sampingnya itu malam ini.

Gadis itu adalah Milka.

Rambut yang diikat kuda, penampilan yang terlihat biasa saja tapi mampu membuat Aray berdecak kagum pada Milka.

"Heh, kok bengong?" Tanya Milka mengerutkan keningnya.

Seketika Aray tersadar dan langsung menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lo beda." Jawab Aray.

"Beda apanya?" Tanya Milka lagi tersenyum jahil sembari meletakkan jari telunjuk pada dagunya.

Aray membuka mulutnya ingin menjawab tetapi rasanya sangat sulit untuk mengatakan jawaban yang ada di otaknya. Jadi, dia memilih untuk diam.

Milka tersenyum manis melihat Aray yang menjadi salah tingkah. "Cantik ya?" Lantas Aray langsung memandangnya dan menggeleng cepat. "Jujur aja deh, gue cantikan? Iya lah orang dari tadi Lo liatin gue mulu." Ejek Milka memukul lengan Aray.

Aray berpura-pura memasang wajah datar, seolah-olah tak mendengar perkataan Milka. Aray mengambil helm dan memberikannya pada Milka. "Buruan naik." Perintahnya.

Masih dengan senyumnya Milka menuruti perkataan Aray. Untuk kedua kalinya dia bersama Aray di malam hari, entah kenapa hatinya kini begitu senang.

***

"Lo suka baca novel?" Tanya Aray tanpa melihat Milka, dia sibuk melihat novel-novel yang tertata rapi di depannya.

"Suka, emang Lo gak suka?"

"Gak, novel gak ada manfaatnya." Jawab Aray.

Milka langsung menatapnya. "Siapa bilang gak ada manfaatnya, dan Lo tau baca novel itu bisa ngobatin hati yang lagi terluka karena cinta atau karena permasalahan lainnya, dan orang yang hobi baca novel itu konsentrasinya bagus." Jawab Milka bersemangat.

"Iya bagus, sampai dipanggil pun Lo gak denger kan?" Ujar Aray tersenyum hingga menampilkan lesung pipinya.

Mendengarnya membuat Milka jadi tertawa sedangkan Aray hanya tersenyum.

"Coba deh Lo baca novel." Kata Milka.

"Kenapa?"

"Ya biar Lo gak stres!"

"Mending gue baca buku." Cetus Aray sembari berjalan menyusuri lorong novel lainnya.

Aray mengambil salah satu novel, melihat covernya dan membaca sinopsisnya lalu meletakkannya kembali. Kegiatan itu yang sedari tadi iya lakukan sambil menunggu Milka. Dia heran kenapa perempuan kalau beli novel itu suka sekali berlama-lama, padahal tinggal melihat covernya saja dan langsung membayarnya. Aray curiga jangan-jangan para cewek langsung membaca novel tersebut sampai habis atau jangan-jangan hanya membaca endingnya saja, setelahnya pulang tanpa membeli. Perempuan itu memang aneh dan sulit dimengerti.

Semakin bosan, Aray memilih melangkah menuju rak buku-buku pelajaran. Setidaknya itu lebih menyegarkan pandangannya.

"Aray."

Panggilan itu membuat Aray menoleh, dia terkejut karena yang memanggilnya adalah Kayla.

"Lo ngapain disini? Bukannya Lo ada kerjaan ya?" Tadi saat Kayla meminta Aray untuk menemaninya, lelaki itu beralasan bahwa dia ada kerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan.

Aray menelan ludahnya, kenapa Kayla ada di tempat yang sama dengannya.

"Kayla Lo gue cari-cari disini rupanya, dah yuk balik gue pusing lihat tempat ini." Deni yang baru datang tidak menyadari Aray di depannya, dia sibuk mengoceh tak jelas sampai akhirnya dia mengikuti pandangan Kayla. "Lo kesini juga Ray?" Tanya Deni.

Kayla masih memandang lekat mata Aray walaupun lelaki itu sama sekali tak membalasnya.

Kayla butuh jawaban.

"Tadi selesai kerja gue langsung kesini, mau beli...." Aray melihat buku kimia di depannya lantas langsung mengambilnya. "Buku ini, ada tugas soalnya." Jawab Aray.

"Ohhh sekarang IPS ada kimianya ya." Ucap Deni mengangguk-anggukan kepala dengan wajah polos. "Gue masuk IPS sengaja mau menghindar dari kimia, ternyata sama aja."

Aray menghela napasnya, kenapa dia begitu bodoh padahal dia bisa mengambil buku lain, ini kenapa malah buku kimia.

Satu hal yang ia tahu, Aray telah membohonginya.

Dengan pandangan dingin, Kayla memandang wajah Aray, tatapan kecewa terlihat jelas di wajahnya.

"Deni, gue mau pulang sekarang!"

Tepat saat Kayla membalikkan badan, saat itu juga Milka ada didepannya. Dia bisa mengambil kesimpulan bahwa Aray menolaknya karena ingin pergi bersama Milka. Itu berarti, dia benar-benar sudah hilang dari kehidupan lelaki itu.

"Lo ada disini juga?" Milka mendekati Kayla setelahnya berdiri di samping Aray.

Kayla membalikkan badannya. Dengan senyum manis dia menatap kedua orang itu. "Iya, pas banget ya kita ketemu." Ucapnya.

Deni hanya diam, dia masih berpikir bagaimana bisa IPS ada pelajaran kimianya.

"Iya, gue udah janjian sama Aray malam ini. Iya gak Ray?"

Kayla menatap wajah Aray, dia ingin melihat respon lelaki itu. Aray tersenyum tipis dan itu semakin membuat hati Kayla sakit.

"Oh bagus kalau begitu!" Ujar Kayla dengan nada tak suka.

"Lo gak bareng Gilang?" Tanya Milka.

"Rencananya sih gue mau pergi bareng Aray, tapi dianya bohong!" Ujar Kayla to the points.

Milka langsung mengerutkan keningnya. "Maksud Lo?" Tanyanya cepat.

"Gue salah ngomong gak usah Lo pikirin." Jawab Kayla masa bodoh.

Milka menatap Aray, Mata Kayla tak sengaja melirik tangan Milka yang merangkul lengan Aray begitu mesra. "Aray apa Lo sejahat itu sama gue?!" Pekiknya membuat ketiga orang itu terkejut. Kayla benar-benar sudah tidak tahan lagi menahan semua ini, kadang-kadang Aray baik dengannya dan ini dia malah diperlakukan seperti ini. Lelaki itu seakan-akan memainkan perasaannya.

"Kayla Lo kenapa?" Tanya Deni memegang kedua pundak Kayla, wanita itu terlihat emosi dengan napas naik turun begitu cepat.

Lantas Aray langsung mendekati gadis itu, tak peduli Milka yang menarik lengannya.

Satu tetes air mata Kayla jatuh dan dia langsung membersihkannya. Kayla menghempaskan tangan Deni, dia tidak butuh dikasihani.

Kayla memandang Aray yang berjalan ke arahnya, lantas dia memundurkan langkahnya.

"Gue harap Lo bahagia."

Setelah mengatakan itu Kayla melangkah pergi.

___

Part selanjutnya udah aku tulis, kalau vote udah sampai 65 langsung aku update!
Jadi tergantung kalian mau cepet up atau enggak.

Terimakasih.

Ainun_hsn
29 Maret 2023

Dunia ArayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang