Jarak membentang

13K 1.3K 17
                                    


Setelah mereka mabuk dan tidur bersama. Hubungan Oscar dan El masih baik-baik saja, mereka sering berkomunikasi via ponsel, saling bertukar kabar. El sibuk dengan New York fashion week sedang Oscar sibuk dengan Club, gym, serta stripstis dance yang ia rintis.

"El, sering nelepon?"

Oscar bergidik lalu buru-buru meletakkan ponsel. "Hampir dua bulanan ini jarang. Mungkin dia sibuk ngejar Milan fashion week atau projek lain. Kita tahu El adalah perempuan paling aktif."

"Kapan dia pulang?"

"Harusnya sebulan lalu tapi El mungkin memperpanjang masa hidupnya di Amerika. Dia senang berada di New York."

Padahal orang yang sedang mereka bicarakan kini sudah pulang dari dua minggu lalu tapi El sengaja pindah apartemen dan menghindari semua orang.

"Hoek... hoek.. hoek...!!" El hampir menangis, entah untuk ke berapa kalinya dia muntah dan berlari ke kamar mandi. Keadaan aneh tubuhnya ini sudah terjadi satu bulanan lebih sejak tahu kalau dirinya tengah hamil. Yah El benar-benar ceroboh, kesibukan selama di New York membuatnya lupa meminum pil pencegah kehamilan dan kebodohan Oscar yang membuang spermanya sembarangan membuahkan hasil. El tak tahu harus di apakan kandungannya. Kalau menggugurkan jelas tak tega, kalau menuntut Oscar tanggung jawab ia tak mau.

Ponselnya berkedip-kedip, ia menghindari semua orang namun tak ganti nomer ponsel. Oscar sudah menelponnya sebanyak tiga kali namun tak El angkat. Kali ini apa yang gay itu mau bahas atau sekedar bicarakan. Katanya Oscar sudah move on dari Mac dan kini tengah dekat dengan seorang chef restoran Prancis. Tuh kan Oscar saja bisa berpindah hati secepat itu, sedang El malah kini hamil tanpa suami atau pacar. El merasa sebal, sedih, gelisah saat Oscar berceloteh ria tentang chef itu, mungkin karena bawaan bayinya El jadi uring-uringan serta cemburu berat.

Bunyi bel apartemen berbunyi, makanan pesanannya telah datang. Saatnya mengisi perut. Semoga saja janinnya kali ini tidak rewel, mau makan tanpa di muntahkan.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Oscar melatih otot bisep dan trisepnya agar terlihat semakin macho serta jantan. Ia bangga dengan perut six pax yang dimilikinya. Ia merasakan sensasi luar biasa ketika para pria gay manatapnya penuh minat atau sekedar meraba perutnya yang keras.

"Andai kamu itu laki-laki tulen, sudah pasti aku akan menyeretmu ke ranjang." Kepala Oscar menengadah ke atas ketika mendengar suara seorang perempuan yang kini memakai celana hitam ketat serta bra sport bewarna pink muda.

"Hai Claire, apa kabar?"

"Fine, aku selalu baik asal ada lelaki yang menyuplai asupan danaku." Oscar menarik bibirnya sedikit. Perempuan dengan tipu dayanya, salah satu hal yang ia tak suka. Mereka yang katanya mahluk lemah dan harus di lindungi, nyatanya mahluk mengerikan yang bisa mengendalikan serta membatasi gerak lelaki dari segala arah. Apanya yang lemah, mereka  membawa dua gunung saja mampu.

"Tidak bersama trainermu?"

"Bagaimana kalau kau saja yang jadi trainerku?" Claire memang perayu ulung. Matanya yang sebulat bola dan berwarna coklat madu itu mengerling nakal.

"Bayaranku cukup mahal, aku takutnya kau tidak mampu."

"Sombong sekali tapi tidak apa-apa. Biasanya aku di beri uang tapi untukmu pengecualian."

Tawa Oscar meledak, ia tak serius menjadi trainer Claire. Jujur ia risih bila berhadapan dengan wanita cantik, genit, serta perayu ulung. Sentuhan Claire layaknya kotoran yang harus ia cuci. "Aku tidak mau membuang uang yang kau hasilkan dengan susah payah berlenggok-lenggok di catwalk. Sejak kapan kau kembali dari Amerika?"

"Sejak dua minggu lalu, yah Amerika sangatlah bebas dan nyaman hingga aku memperpanjang sedikit visaku."

Tentang Amerika dan sedikit lama tinggal, ia jadi teringat seseorang. "Yah aku juga ingin ke sana. Bagaimana kabar El, ku dengar dia salah satu desainer yang ikut serta?"

"Oh, El kemarin pulang bersamaku."

"Apa?" Pekikan Oscar, membuat Claire sampai menjauhkan diri karena terkejut. "Maaf, maksudmu El sudah kembali?"

"Iya, dia kembali dua minggu lalu!"

Oscar jadi berpikir. Kenapa El sudah ada di. Indonesia tapi tak mengabarinya bahkan seminggu ini El tak mengangkat panggilannya atau sekedar membalas chatnya. Apa yang terjadi dengan El, atau anak itu pulang lalu di culik orang. Seingatnya Oscar, ayah El seorang yang sangat berpengaruh serta berkuasa.

🐉🐉🍆🍆🍆🍆🍆🍆🍆

El benci ini, selain hidup di pinggir kota. Ia tak punya asisten yang membawakan barang belanjaan. Tak punya mobil pribadi, El jadi harus naik kendaraan umum walau bukan angkot juga. Baru sembuh dari mualnya, tapi El harus mengurusi dirinya sendiri. Sungguh kehidupan El yang layaknya tuan putri kini terjungkir balik.

"Hallo?"

"---"

"Gimana butik? Baik kan selama gue tinggal." Awas saja kalau sampai Tince, sang asisten setengah jadi itu menghancurkan atau memakai koleksi butik untuk mangkal.

"----"

"Gue butuh asisten rumah tangga, mobil dan juga beberapa sketsa. Yah gue mungkin sampai setahun menepi di pinggir kota."

"---"

"Untuk sementara loe urus butik. Gue juga gak akan ikut ke Italia. Batalkan janji temu atau fashion show satu tahun ke depan." El tahu pasti Tince di ujung telepon sedang menggerutu sebal sambil meninju-ninju ke udara.

"----"

"Gue juga gak akan terima pesanan desain baju dari siapapun." El dengan susah payah berjalan serta membawa sekantong kresek belanjaan sambil mengangkat telepon. Bahaya memang tapi itu kebiasan buruk El yang di anggapnya sebagai multi talenta.

"----"

"Apa!!?" Pekiknya keget. "Loe kasih tahu dimana gue. Kan gue udah bilang, jangan kasih tahu keberadaan gue sama siapa pun. Kuping loe budeg apa!!" El berteriak marah lalu berdecih. Kalau Tince di sini, sudah ia jitak kepalanya dan El tendang kelerengnya yang tak berguna itu. Namun langkahnya di paksa berhenti ketika melihat seorang pria sudah berdiri di depan pintu apartemennya. Terlambat sudah walau sudah marah-marah.

"Hai El...."

Sialan.

Orang yang di hindarinya malah datang dan kini ada di hadapannya. El langsung mengeratkan jaket dan mengancingkan kancing terakhirnya. El khawatir kalau-kalau perut sedikit buncitnya terlihat. Dengan senyum terbaiknya, El memasang wajah ceria menyambut seorang sahabat.

🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄

BersamamuWhere stories live. Discover now