Wujud orang yang di sebut ayah.

12.8K 1.4K 50
                                    


Para karyawan Oscar menatap satu sama lain. Pasalnya sang bos yang terkenal sangat akurat mengolah uang tiba-tiba mentraktir mereka minum dan makan. "Apa bos punya pacar lagi, dia jadi baik banget," ujar seorang perempuan bayaran bernama Dona. Sedang bartender yang ada di hadapan Mona menggadikkan bahu. Mereka tahu orientasi Oscar itu melenceng namun untuk turut campur lebih jauh, mereka tak punya nyali dan takut di pecat.

"Hai!!" sapa Oscar dengan wajah yang super cerah ceria.

"Boss!!" Balas para karyawan dengan kompak.

"Makan, minum sepuasnya. Gue yang traktir." Mereka masih heran hanya menganggukkan kepala.

"Dalam rangka apa, bos kok nraktir kita? Bos punya pacar baru?"

"Ini lebih menggembirakan dari pada dapat pacar. Gue akan punya anak."

"Oh jadi bos bakal ngangkat anak asuh, selamat ya boss!!"

"Yah bukanlah, gue bakal punya anak kandung."

"Anak kandung? Bos ikut surrogate mother, sewa rahim?"

Oscar menggeleng. "Gak, gue bikinnya manual. Gak perlu sewa rahim-rahiman."

Para karyawan Oscar hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing lalu menatap sambil mencerna kebenaran yang bosnya lontarkan. Apa bos mereka telah bertobat dan menemukan wanita yang membuatnya jatuh cinta. Alangkah malangnya nasib perempuan yang mengandung benih dari pria berperilaku belok itu. Berubah normal secepat ini, rasanya tak mungkin.

🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇

"Anak kita harus mendapatkan penanganan dokter terbaik. Kita harus teratur memeriksakannya, jangan telat minum obat dan vitamin. Oh jangan lupakan susu ibu hamilnya," ujar Oscar yang kini sedang mengantri periksa di dokter kandungan. El mendesah lelah, Oscar baik sekali sebagai ayah dan juga pendamping. Sayang sekali Oscar tak suka perempuan, andai lelaki normal maka dengan senang hati El akan menerima pinangannya walau tanpa cinta.

"Suaminya perhatian sekali ya?" tanya seorang ibu setengah tua duduk di samping El. "Anak pertama kalian?"

"Iya buk, doakan dia sehat-sehat saja." Oscar mengelus perut El yang kini mulai agak terlihat membuncit walau tak kentara.

"Dulu waktu anak pertama. Suami saya senangnya minta ampun. Nganterin saya cek up terus tapi giliran anak ke empat. Dia cuek, malah cenderung gak suka kalau saya hamil lagi." Gerutuan ibu di sampingnya hanya di balas El dengan ringisan tak enak. Ini anak pertama dan terakhirnya dengan Oscar. Hubungan mereka hanya pertemanan bukan suami istri namun hendak mengaku El terlalu malu. Takut dia malah di pandang sinis atau sebelah mata.

"Nyonya Mikaella." Oscar buru-buru mengajak El untuk berdiri. Tak sabaran sekali ingin melihat tumbuh kembang sang anak. El hanya pasrah, ia bahagia juga namun tak seantusias Oscar. El menatap laki-laki itu agak lama. Akankah hubungan mereka akan sama ke depannya nanti setelah anak mereka lahir?

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Lihatlah El!!" Oscar melihat hasil USG dengan sinar mata berbinar. "Dia masih kecil tapi udah gemesin gini. Apalagi pas nanti lahir. Kira-kira pas lahir dia mirip siapa ya?" El tak pernah menerka sejauh itu. Baginya kehamilan ini antara mukjizat dan juga kesialan. "El, loe tunggu di sini. Gue mau nebus obat dulu." El duduk, tanpa sadar ia mengelus perutnya. Beruntungnya sang anak dapat limpahan kasih sayang dari ayahnya tentu berbeda dengan nasib El dulu. Ayahnya selalu mengatakan andai saja ibunya melahirkan anak lelaki. Apa El mampu memberi anak ini kasih sayang yang besar, seperti ibunya?

"Mika?"

Kepala El di paksa menengadah ketika ia mendengar namanya di panggil. Ada seorang perempuan memakai gaun bewarna kuning pastel dengan lengan tiga perempat di padukan sepatu stelleto hitam. Dari sekali lihat pun El tahu, perempuan yang ada di hadapannya adalah seorang yang cukup kaya tapi tetap saja baju mahal yang di kenakannya terlihat murahan.

BersamamuHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin