Di culik

10.3K 1.4K 25
                                    


Oscar yang tengah menggantikan seorang bartender yang tak masuk kerja tiba-tiba mendapat telepon dari Tince. Si babu El itu menangis, sambil bercerita tersendat-sendat yang samar-samar Oscar tangkap ucapannya. Intinya El di culik oleh beberapa orang berbadan kekar dan di masukkan ke sebuah mobil berplat nomer yang Tince hapal. Seketika Oscar panik langsung meninggalkan Klubnya untuk mencari El. Dia meminta beberapa bodyguard Club ikut membantu dan menghubungi temannya yang bekerja di kepolisian untuk melacak plat nomer mobil yang membawa El.

Sedang El sendiri terbangun di sebuah ruangan yang sangat terang karena tepat di atasnya ada lampu bulat putih. Tanpa sadar, ia meraba perutnya yang menonjol. Bayinya masih ada. Kemudian El melihat ke kanan kirinya. Bajunya sudah di ganti dengan baju pasien rumah sakit.

"Dokter anastesi sama dokter kandungannya kapan datangnya? Keburu pasien bangun." El samar-samar mendengar percakapan dua orang perawat yang berseragam hijau. Apa gunanya dokter kandungan dan dokter anastesi? El dimana sekarang?
"Aku sebenarnya gak mau ngebantu ngelakuin ini. Masak ada orang yang minta buat aborsi. Untung di bayar mahal."

Mata El membulat sempurna. Melakukan aborsi? Anaknya akan di luruh paksa? Siapa orang yang tega melakukan ini padanya. Ia memang tak begitu menginginkan anak ini namun jika kehilangannya ia tak akan sanggup. Terbayang wajah Oscar yang sangat senang serta berbinar ketika melihat perutnya. Ck... kenapa di saat keadaan gawat darurat seperti ini El harus ingat itu laki belok arah. Ia harus berpikir cara untuk kabur.

Di sela-sela kesadarannya yang belum terkumpul sempurna. El berusaha bangkit bangun, mengesampingkan sakit di kepalanya. El mengumpulkan tenaga agar bisa menginjak ubin. Ia harus tetap kuat.

"Eh mbaknya mau kemana?" Sapa seorang suster yang tadi sibuk mengoceh. El tahu niat mereka jahat.
Tanpa mereka duga El menyerang mereka. Mendorong satu suster sampai terjungkal jatuh ke lantai berikutnya ia mendorong suster satunya dengan meja troli yang berisi alat bedah dan alat kesehatan. El memang masih lemah tapi tak akan ia biarkan dirinya kalah. El mengacak-acak ruang yang ia tepati. Lalu keluar membuka pintu.

Naas memang satu suster berteriak meminta tolong hingga pada pria yang El tebak berprofesi sebagai bodyguard datang berbondong-bondong. El tahu ia akan di tangkap. Larinya tak cepat apalagi ia tak memakai alas kaki. Telapak kakinya yang biasa memakai sepatu bermerk di paksa berdarah-darah terhujam kerikil dan juga serpihan benda tajam yang ada di tanah.

Namun El selalu di naungi dewi keberuntungan. Ketika Sampai di jalan beraspal sebuah mobil berhenti dengan mengerim mendadak tepat di sampingnya.

Cittt

Pintu mobil sedan itu terbuka. "Masuk!!"

El ragu, masuk atau di tangkap. Karena ia merasa sama saja ketika mengenali siapa yang sedang memegang setir. El mengambil opsi pertama. Satu perempuan lebih mudah di hadapi dari pada beberapa pria berbadan kekar. Ketika El sudah duduk, si pengemudi langsung menancapkan gasnya. Meninggalkan orang-orang yang mengumpat serta marah-marah karena tak berhasil menangkap El.

"Kenapa loe ke sini? Kenapa loe bisa datang? Apa jangan-jangan loe yang ngrencanain penculikan gue!!"
Perempuan yang memakai pakaian serba hitam serta kaca mata hitam itu diam. Konsentrasi mengemudikan kendaraan. "Jawab!! perempuan sundall!!"

"Bukan saya yang mau menculik kamu. Suami saya maksudnya papi kamu yang merencanakan semua ini."El menggeleng tak percaya. Papinya tak suka El, itu pasti. Namun mencoba menculik El serta menggugurkan kandungannya, rasanya terlalu kejam serta tak manusiawi.

"Gue gak akan percaya sama omongan loe yang busuk itu. Dulu gue bisa loe tipu sekarang nggak!!"

"Terserah kamu percaya atau tidak. Tapi saya bisa ke sini, karena mendapat informasi dari papi kamu. Saya datang untuk menyelamatkan kamu!!" El berdecih, menyelamatkan? Bukannya perempuan ini yang dulu mencelakai ibunya hingga mati cepat. "Kita dulu berteman Mika, saya tetap peduli sama kamu."

BersamamuWhere stories live. Discover now