Berubah demimu

10.4K 1.6K 101
                                    


Oscar hanya bisa jadi pengawas saat melihat Tuan Narendra memasuki butik. Untunglah ia sigap memasang CCTV pada butik milik El. Matanya bergerak gelisah, merasa was-was. Sebab tahu ayah El berkunjung bukan untuk berdamai tapi melakukan suatu pangancaman.

Sampai beberapa jam kemudian setelah ayah El itu telihat keluar. Wanita yang tengah hamil  tujuh bulan itu tak kunjung menghubnginya. Oscar sadar jika hubungan mereka bukan seperti dahulu. Persahabatan mereka kian hancur dan buruk seiring usia kandungan El yang bertambah.

Kalau si perempuan hamil itu tetap bisu dan menyimpan rahasia. Oscar hanya bisa menghubungi pria setengah wanita yang berhias rambut kemoceng. Tince layaknya operator bank yang menjelaskan dengan ramah dan antusias pada nasabah baru. Tak tahu saja habis menjelaskan hingga mengeluarkan hujan ludah dan gerakan gemulai. Tince merasa seperti permen karet. habis manis sepah di buang. Eh tapi tetap nekat menempel pada sol sepatu. Menyebalkan.

Oscar merasa lega ketika tahu tak terjadi apapun pada El. Ngeri saja kalau dulu membayangkan jika El sempat di tampar hingga pipinya berubah merah. Namun Oscar tak mau berpangku tangan. Niatnya melamar di tolak tapi banyak jalan kan menuju roma alias banyak cara guna melindungi El.

"Kenapa sih tiba-tiba ngajak mamah ketemuan?" Hana mendengus. BUkannya tak suka bertemu sua dengan sang putra. Hanya nyelonong dari pantauan Tuan Rahardjo itu amat sulit. kalau ia ketahuan menemui putra buangan mereka. Bisa jadi ia akan ikut di buang atau lebih parahnya di asingkan ke luar negera.

"Ada yang mau Oscar omongin mah. Penting banget . Ini soal El." Nama El di sebut membuat mata Hana berbinar terang. Ada apa gerangan dengan menantu wanna be nya. Nyidam apa gerangan? Apa ingin sekali makan masakan Hana yang jelas tak akan pernah bisa di terima lidah serta perut.

"El kenapa?" Setelah banyak hal yang Hana asumsikan yang keluar dari mulutnya hanya dua kata.

"Dia sama bayinya baik-baik aja. Aku mau cerita masalah keluarga El!" Hana mengibaskan tangan ke udara sembari menyedot lemon mint tea yang ia pesan. Ck... mau asal anak itu dai kolong jembatan pun atau tempat pelacuran hana tak peduli. Yang penting perempuan itu mau menerima anaknya apa adanya. toh putranya adalah manusia paling bobrok dan seorang pria yang berlumuran dosa.

"Mamah gak masalah jikalau El itu cuma anak orang miskin."

"Masalahnya El bukan anak dari keluarga sembarangan. Dia anak dari Hutomo Enterprise sekaligus...."

"El anak Narendra Hutomo. Sekjen partai banteng merah itu?" Hana terpekik. Sebegitu terkenal dan berkuasanya calon besannya. NIlai tambah ini akan membuat suaminya berbunga-bunga.

"Iya. Itu masalahnya. Papi El gak suka kalau El hamil di luar nikah."

"Itu masalah gampang kan. Tinggal nikahin aja. Bilang kamu Panji Rahardjo pasti ayahnya El langsung setuju buat nikahin kalian." Hana seolah lupa jika Panji adalah anak yang tak pernah di akui keberadaanya bahkan di kartu keluarga juga tak ada namanya.

"El yang gak mau. Lagi pula orang tahunya keluarga Rahardjo hanya punya dua putri." Hana terdiam. Suaminya dulu juga begitu amat. Langsung mendepak Oscar tanpa mau melalui masa mediasi dulu. Apalagi dengan kekuasaan Narendra yang besar tak akan sulit untuk menemukan kekurangan putranya. Demi Tuhan Oscar itu gay bukan orang yang tersesat ke jalan kemaksiatan lalu jadi baik dengan kata tobat.

"Lalu? Kamu bisa apa kalau sudah begitu?"

"Aku butuh bantuan mamah buat balik ke Rahardjo Corp." Hana tersedak minuman. Putranya mau kembali ke kandang singa atau kembali berperang dengan sang ayah. Hana bakal angkat tangan jika ini terjadi. "Aku tahu sahamku belum di balik nama. Aku bakal gunain kekuasaan Rahardjo untuk ngelindungin El mah."

"Lalu gimana denagn papa kamu?" Oscar menghembuskan nafas berat lalu meraih tangan sang bunda. Dengan nada memohon dia berkata.

"Aku mau damai sama papah. Aku mau coba berubah. Demi papah demi mamah demi El dan demi anak aku." Sudah pantaskah Hana menangis haru sekarang. Panjinya mau kembali ke dalam pelukannya. Doa-doanya ternyata di jawab Tuhan. "Please... mamah bantu aku ketemu papah." Oscar pasrah jika pada akhirnya dirinya akan di hakimi sang papah. Ia pun rela di caci, kalau pun di hajar ia tak akan membalas. Rasa takutnya tak bisa melindungi El, rasa khawatirnya tak bisa bersama El dan juga anaknya lebih pekat dari pada apapun.

"Pasti mamah bantu." Hana langsung memeluk putra sulungnya dengan amat erat. Air mata kebahagiaannya luruh. Biar saja mereka jadi bahan tontonan, biar saja ia di anggap tante kurang belaian. Setelah ini ia harus berterima kasih pada El yang telah banyak andil dalam perubahan Oscar yang semakin baik dan menuju waras.

*********************************

El tahu kalau Oscar menghubungi Tince untuk mematainya. Mereka tentu membahas kedatagan papinya ke butik. BUkan El merasa mandiri kini hingga tak mengatakan apapun pada Oscar. Hanya saja kekhawatiran laki-laki abnormal itu bisa mendatangkan baper yang berlebihan. El menyadari benih cinta untuk Oscar mulai tumbuh dengan subur. Ia menyalahkan sisi hatinya yang teralalu rapuh, mudah tersentuh kebaikan. Di tambah lagi semakin ke sini, Oscar layak menyandang predikat suami idaman. Oscar jelas sayang dia serta anaknya, Oscar jelas akan jadi suami siaga, Oscar terlalu perhatian, Oscar tampan serta baik hati belum lagi El jamin Oscar laki-laki yang tak akan tergoda pelakor tapi malah akan jatuh ke pelukan pebinor. Ck....Ck... El akhirnya yang akan merasakan nestapa, nelangsa dan sakit hati. Mengharpkan pedang yang tegak berdiri, mungkin sampai kiamat.

El dengan kesal langsung menggigit apel tanpa mncuci kulitnya terlebih dulu. Begini amat rasanya cinta sendiri. "El, kamu sudah makan?"

El tesentak Oscar datang dengan melongokkan kepala di pintu dapur. LIhatlah laki-laki itu begitu tampan dengan jambang tipisnya. Sesuatu dalam diri El mengerang lirih tapi ia tahan karena gengsi. "Udah." El semakin terlihat aneh saat menjawab ketus.

"Aku bawain kamu buah mangga, jeruk dan semangka." Yah mereka lagi. kapan Oscar akan membawakannya buah Zakar. El hampir memukul kepalanya karena punya pikiran yang jorok.

"Terima kasih."

"OH ya El, mamah pingin temenin kamu periksa kandungan minggu ini. Enggak apa-apa kan? Kamu gak keberatan kan?" Lihat-lihat El punya suami baik, siaga dan mertua pengertian. Ya Tuhan nikmat mana yang kau dustakan namun El memilih jalan sesat untuk tak menikah.

"Enggak, biarin aja mamah ikut." Kaki El menapak pergi. BERsama Oscar hanya berdua kadang membuat pikirannya tak waras. Namun tampaknya Oscar yang merespon aneh perubahan sikap El yang di rasanya ketus.

" Kamu sakit El?" tanyanya sambil meraba dahi El denagn punggung tangan.

"Aku sehat."

"Kalau begitu sepertinya kita perlu bicara."

******************************************

Dikit ya? gak apa-apa kan? Terus terang aku susah garapkarya lain. Aku sadar kadang buat cerita melankolis saat hati lagi seanng itu susah. Aku tanya-tanya ke penulis senior, yah emang gaya tulisanku gak bisa melow drama banget. aku gak bisa but cewek lemah di siksa batin, raga serta jiwanya atau cewek cengeng. Cuma aina ajayang menderita, jangan yang lain deh.

jangan lupa vote dan komentarnya

mau tanya dong!! banyak nulis pindah lapak ke akun selain watpad yang berbasis koin. Emang dari koin itu dapat duit? dapat royalti ya? Mau juga ikutan bingung cerita mana yang ma di pindah. Hahahhaha

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang