Ketika Naima bertitah

9.9K 1.6K 72
                                    


Naima mencoba menetralkan degup jantungnya kini. Mengetahui fakta yang dapat membuatnya mati muda. Oscar adalah ayah bayi El, adiknya. Si gay itu, si pria yang doyan batangan!! Catat pria yang tak suka vagina lalu bagaimana cara mereka membuat anak? Rasa mualnya memikirkan bergumul dengan gaya anus. Ia redakan dengan meminum teh mint, tentu yang El suguhkan. Tapi sumpah, teh ini tak membantu sama sekali. El memang tak pintar dalam bidang akademik tapi menghancurkan masa depannya sendiri itu namanya sudah keterlaluan.

"Jadi, kakak kenal Oscar?"

"Oscar?"

"Maksud aku Panji. Kalian dulu satu kampus?" Naima paham jika nama asli pria itu pun tak bergema lagi. Sudah di ganti ternyata. Oscar dulu bisa membuat beberapa gadis menjerit saat berhasil menjebol gawang tapi mereka, para gadis bodoh itu tak tahu kalau idola mereka ternyata seorang dengan seks menyimpang. Naima bergidik lalu menatap sang adik iba. Apa El termasuk dalam salah satu gadis bodoh itu? El itu pemilih. Ibarat memilih pacar layaknya penyeleksian dalam ajang pencarian bakat. Naima ingin menampar pipinya berkali-kali agar terbangun tapi sayang ini kenyataan. Ia akan punya keponakan yang darahnya sama DNAnya dengan si homo. Apa suka sesama jenis bisa menurun ke anak cucu?

"Iya, kami sama-sama jurusan ekonomi. Aku dua tahun lebih tua darinya." Naima melirik Oscar sadis. Pria itu bersikap biasa. Walau Naima yakin kalau Oscar sudah keluar keringat panas dingin dari telapak tangannya. "Oh ya Jika, kamu masih berhubungan sama Darius?"

Skakmatt, bahu Oscar menegang. Rupanya Naima masih ingat pacar laki-lakinya dulu ketika kuliah. Kiamat sudah. Menurut cerita El, Naima adalah satu-satunya keluarga yang masih menganggapnya ada. Jika Naima menyuruh El dan Oscar berpisah pastilah El akan langsung meninggalkannya. Hal itu tentu tak boleh terjadi. "Aku udah lama gak ketemu sama dia mbak. Aku denger dia udah nikah?"

Naima tersenyum meremehkan. Yah mereka si gay berdalih bertobat dengan menikah tapi ia tahu kalau pada akhirnya pernikahan bagai neraka. Darius menikah namun ia meninggalkan anak dan istrinya demi seorang lelaki. Miris memang. Bagusnya memang El tak di nikahi atau sebenarnya El tahu siapa Oscar sebenarnya. El memang ceroboh tapi dia bukan orang yang gegabah mengambil keputusan. Baguslah kalau adiknya tahu, bagaimana harus bertindak.

"Darius itu siapa kak?"

"Temen lama kita. Temen Saka." El langsung cemberut jika diingatkan dengan mantan tunangan kakaknya yang brengsek itu. Saka Barata, seseorang di masa lalu Naima yang ingin El cekik.

"Kakak sekalian kan makan malam sama kita. Kebertualan tadi Oscar beli makanan banyak." Naima menggeleng pelan. Ia butuh bicara dengan Panji, hanya berdua. Banyak yang harus mereka bahas tapi tentu El tak perlu di libatkan.

"Enggak. Kakak mau pulang aja. Tapi bisa kan kakak suruh Panji untuk nganterin aku ke bawah. Banyak yang mesti kita omongin. Soalnya ada reuni kampus bulan depan." Bohongnya agar El tak curiga. El sebenarnya agak cemas dengan tatapan Naima pada Oscar tapi kakaknya bukan wanita culas yang suka memanfaatkan orang lain.

"Gak apa-apa. Aku juga sekalian akan nganter kakak."

"Gk usah. Kamu di sini aja. Kakak kasihan lihat perut kamu yang udah besar harus jalan agak jauh." Naima tersenyum ramah lalu ia mengambil tas baru mengecup pipi El bermaksud pamit pulang. Oscar sendiri sudah tegang, seperti seorang pengedar narkoba yang akan di jatuhi hukuman mati. Naima menyimpan banyak pertanyaan untuknya tapi lagi-lagi demi El apa sih yang tak bisa ia lakukan?

Oscar layaknya asisten yang mengekori Naima dari belakang. Sebelum perempuan itu tiba-tiba menghentikan langkah. "Lo!!" Tunjuknya angkuh padanya. "Gimana bisa lo jadi ayah anaknya El?"

"Kami sudah berteman semenjak 3 tahun lalu. Kami tidak sengaja tidur bersama dan terjadilah." Naima tak percaya. Terbentuknya sebuah janin bisa semudah itu. Sekali berhubungan langsung jadi, seperti di sinetron saja.

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang